Mijo Dadic: Gaji telat, saya pulang
Minggu, 09 Desember 2012 - 14:15 WIB

Mijo Dadic: Gaji telat, saya pulang
A
A
A
Sindonews.com - Pemain bertahan Pelita Bandung Raya Mijo Dadic mengungkapkan prihatin dengan kejadian yang menimpa Diego Mandieta belum lama ini. Akibat gaji belum terbayar selama enam bulan, Mandieta tak mampu bertahan dari penyakit yang membuatnya meninggal dunia.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi Mijo Dadic. Pemain bertahan Pelita Bandung Raya ini mengaku kecewa dengan terlantarnya Diego. Menurutnya, klub seharusnya bisa lebih memperhatikan para pemainnya. Karena perhatian klub merupakan salah satu bentuk profesionalitas dalam industri sepakbola.
“Kalau saja saya tahu kondisi Diego, pasti akan saya bantu sebisa saya. Tapi kemarin saya tidak ada kontak dengan dia. Saya sangat kecewa dengan kejadian ini, tapi mau bagaimana lagi, Diego sudah tidak ada. Saya lihat, banyak pengurus klub di Indonesia yang tidak mengerti apa itu profesionalisme. Mereka mungkin tahu masalah bisnis, tapi tidak paham arti profesionalisme,” kata Dadic, Minggu (9/12/2012).
Pemain asal Kroasia ini juga mengatakan, kejadian serupa tidak hanya ada di Persis Solo. Bahkan, dirinya sempat mengalami kejadian yang sama saat bermain di Deltras Sidoarjo. Saat itu, pembayaran gaji Dadic terlambat hingga enam bulan. Dia pun berharap tidak ada lagi permasalahan serupa yang terjadi di masa mendatang.
“Bukan hanya Persis Solo yang memiliki masalah financial seperti itu, yang cenderung tidak memperhatikan pemainnya. Kalau saja posisi saya ketika di Deltras seperti Diego Mendieta (sakit), mungkin saja akan terjadi hal yang sama. Saat itu tidak ada yang membantu dan peduli kepada saya. Padahal di sini saya bersama istri dan anak, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan mereka,” kata Dadic.
Pemain kelahiran 15 Oktober 1981 itu pun meminta semua pemain asing di Indonesia lebih jeli memilih klub. Mengetahui kondisi financial sebuah klub sepakbola merupakan hal utama yang harus dilakukan sebelum menandatangani kontrak. Jangan sampai, tenaga para pemain disia-siakan dengan imbalan yang tidak jelas. Karena bagaimana pun, kata Dadic, seorang pemain layaknya karyawan dalam sebuah perusahaan.
“Klub harus bertanggungjawab terhadap pemain-pemain yang dikontraknya. Kejadian-kejadian seperti kemarin tidak boleh terus terulang. Untuk para pesepakbola asing yang main di Indonesia, mereka harus benar-benar mempertimbangkan dalam memilih klub. Saya belajar banyak dari pengalaman tahun yang lalu. Karena itu, kalau gaji saya telat dibayar satu bulan saja, hal pertama yang saya lakukan adalah langsung pulang ke negara saya,” tegas Dadic.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi Mijo Dadic. Pemain bertahan Pelita Bandung Raya ini mengaku kecewa dengan terlantarnya Diego. Menurutnya, klub seharusnya bisa lebih memperhatikan para pemainnya. Karena perhatian klub merupakan salah satu bentuk profesionalitas dalam industri sepakbola.
“Kalau saja saya tahu kondisi Diego, pasti akan saya bantu sebisa saya. Tapi kemarin saya tidak ada kontak dengan dia. Saya sangat kecewa dengan kejadian ini, tapi mau bagaimana lagi, Diego sudah tidak ada. Saya lihat, banyak pengurus klub di Indonesia yang tidak mengerti apa itu profesionalisme. Mereka mungkin tahu masalah bisnis, tapi tidak paham arti profesionalisme,” kata Dadic, Minggu (9/12/2012).
Pemain asal Kroasia ini juga mengatakan, kejadian serupa tidak hanya ada di Persis Solo. Bahkan, dirinya sempat mengalami kejadian yang sama saat bermain di Deltras Sidoarjo. Saat itu, pembayaran gaji Dadic terlambat hingga enam bulan. Dia pun berharap tidak ada lagi permasalahan serupa yang terjadi di masa mendatang.
“Bukan hanya Persis Solo yang memiliki masalah financial seperti itu, yang cenderung tidak memperhatikan pemainnya. Kalau saja posisi saya ketika di Deltras seperti Diego Mendieta (sakit), mungkin saja akan terjadi hal yang sama. Saat itu tidak ada yang membantu dan peduli kepada saya. Padahal di sini saya bersama istri dan anak, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan mereka,” kata Dadic.
Pemain kelahiran 15 Oktober 1981 itu pun meminta semua pemain asing di Indonesia lebih jeli memilih klub. Mengetahui kondisi financial sebuah klub sepakbola merupakan hal utama yang harus dilakukan sebelum menandatangani kontrak. Jangan sampai, tenaga para pemain disia-siakan dengan imbalan yang tidak jelas. Karena bagaimana pun, kata Dadic, seorang pemain layaknya karyawan dalam sebuah perusahaan.
“Klub harus bertanggungjawab terhadap pemain-pemain yang dikontraknya. Kejadian-kejadian seperti kemarin tidak boleh terus terulang. Untuk para pesepakbola asing yang main di Indonesia, mereka harus benar-benar mempertimbangkan dalam memilih klub. Saya belajar banyak dari pengalaman tahun yang lalu. Karena itu, kalau gaji saya telat dibayar satu bulan saja, hal pertama yang saya lakukan adalah langsung pulang ke negara saya,” tegas Dadic.
(akr)