Adu strategi Djanur dan Jacksen
A
A
A
Sindonews.com - Pertandingan Persib Bandung melawan Persipura Jayapura di Stadion Siliwangi, Bandung, Minggu malam (13/1) akan jadi pertarungan adu strategi dua pelatih, Djadjang Nurdjman (Persib) dan Jacksen F Tiago (Persipura).
Buat Djadjang musim ini merupakan debut perdana dirinya menjadi pelatih kepala di level senior. Selama ini pelatih berusia 54 tahun yang akrab disapa Djanur tersebut lebih banyak berkutat di level junior. Sekalipun pernah menjabat sebagai pelatih senior, baik semasa aktif jadi staf pelatih di Persib maupun Pelita Jaya statusnya hanya caretaker atau pelatih sementara.
Djanur memang tergolong terlambat terjun ke level senior. Lisensi kepelatihannya pun baru ia perbaharui dari B Nasional ke A Nasional pada tahun 2009 lalu. Tidak mengherankan jika di usianya yang sudah lebih dari matang untuk seorang pelatih, baru pada musim 2012/2013 ini, ayah dari empat orang anak ini memegang kepercayaan sebagai pelatih senior.
Nasib berbeda justru dialami pelatih Persipura, Jacksen F Tiago. Selepas pensiun sebagai pemain, pria asal Brasil berusia 44 tahun itu langsung terjun dalam dunia kepelatihan. Prestasinya pun cukup mentereng, total Jacksen sudah mengoleksi tiga gelar juara Liga bersama dua klub berbeda. Masing-masing pada tahun 2004 bersama Persebaya dan Persipura Jayapura pada musim 2008/2009 serta 2010/2011.
Meski kalah pengalaman maupun prestasi dari Jacksen. Djanur ingin membuktikan, klub yang sudah membesarkannya tidak salah menaruh kepercayaan kepada dia musim ini. Sebagai langkah awal, Djanur mesti mempin Maung Bandung mengalahkan Mutiara Hitam di laga pertama kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012/2013.
Djanur menyadari jika debut perdananya sebagai pelatih di level senior tidak akan mudah. Persipura bukan lawan yang kualitas permainannya berada dibawah Maung Bandung. "Persipura merupakan tim mapan, paling stabil dalam beberapa musim terakhir. Bicara kekuatan dan materi pemain juga cukup merata. Saya pikir semua pemai Persipura patut diwaspadai," jelas Djanur.
Djanur menilai dari semua lini, sektor tengah Persipura merupakan lini yang paling diwaspadai. "Zah Rahan pastinya akan jadi kreator serangan Persipura. Tapi mereka juga punya para gelandang yang kualitasnya cukup baik seperti Gerald Pangkali dan Immanuel Wanggai. Jangan lupa juga di depan mereka memiliki para pemain berkualitas, di sana ada Boaz Solossa dan Patrich Wanggai," ungkap Djanur.
Sementara itu, Jacksen menilai Persib dibawah kepemimpinan Djanur mengalami perubahan karakter permainan. "Mungkin sedikit berbau Barcelona. Karena Persib kini lebih terlihat sebagai tim yang cukup mengedepankan permainan satu dua dengan lebih banyak mengalirkan umpan-umpan pendek," ujar Jacksen.
Bagi Jacksen, secara kolektivitas permainan, Persib memiliki ciri khas yang bisa membuat lawan kebingunan. Terutama pola bangun serangan dimana Herman Dzumafo Epandi yang berposisi sebagai striker tunggal pada aplikasinya memainkan peran sebagai gelandang.
"Mereka memiliki lini kedua (tengah) yang cukup bagus, nyatanya saat tampil di Inter Island Cup. Banyak gol Persib justru datang dari pemain lini kedua," tandas Jacksen.
Buat Djadjang musim ini merupakan debut perdana dirinya menjadi pelatih kepala di level senior. Selama ini pelatih berusia 54 tahun yang akrab disapa Djanur tersebut lebih banyak berkutat di level junior. Sekalipun pernah menjabat sebagai pelatih senior, baik semasa aktif jadi staf pelatih di Persib maupun Pelita Jaya statusnya hanya caretaker atau pelatih sementara.
Djanur memang tergolong terlambat terjun ke level senior. Lisensi kepelatihannya pun baru ia perbaharui dari B Nasional ke A Nasional pada tahun 2009 lalu. Tidak mengherankan jika di usianya yang sudah lebih dari matang untuk seorang pelatih, baru pada musim 2012/2013 ini, ayah dari empat orang anak ini memegang kepercayaan sebagai pelatih senior.
Nasib berbeda justru dialami pelatih Persipura, Jacksen F Tiago. Selepas pensiun sebagai pemain, pria asal Brasil berusia 44 tahun itu langsung terjun dalam dunia kepelatihan. Prestasinya pun cukup mentereng, total Jacksen sudah mengoleksi tiga gelar juara Liga bersama dua klub berbeda. Masing-masing pada tahun 2004 bersama Persebaya dan Persipura Jayapura pada musim 2008/2009 serta 2010/2011.
Meski kalah pengalaman maupun prestasi dari Jacksen. Djanur ingin membuktikan, klub yang sudah membesarkannya tidak salah menaruh kepercayaan kepada dia musim ini. Sebagai langkah awal, Djanur mesti mempin Maung Bandung mengalahkan Mutiara Hitam di laga pertama kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2012/2013.
Djanur menyadari jika debut perdananya sebagai pelatih di level senior tidak akan mudah. Persipura bukan lawan yang kualitas permainannya berada dibawah Maung Bandung. "Persipura merupakan tim mapan, paling stabil dalam beberapa musim terakhir. Bicara kekuatan dan materi pemain juga cukup merata. Saya pikir semua pemai Persipura patut diwaspadai," jelas Djanur.
Djanur menilai dari semua lini, sektor tengah Persipura merupakan lini yang paling diwaspadai. "Zah Rahan pastinya akan jadi kreator serangan Persipura. Tapi mereka juga punya para gelandang yang kualitasnya cukup baik seperti Gerald Pangkali dan Immanuel Wanggai. Jangan lupa juga di depan mereka memiliki para pemain berkualitas, di sana ada Boaz Solossa dan Patrich Wanggai," ungkap Djanur.
Sementara itu, Jacksen menilai Persib dibawah kepemimpinan Djanur mengalami perubahan karakter permainan. "Mungkin sedikit berbau Barcelona. Karena Persib kini lebih terlihat sebagai tim yang cukup mengedepankan permainan satu dua dengan lebih banyak mengalirkan umpan-umpan pendek," ujar Jacksen.
Bagi Jacksen, secara kolektivitas permainan, Persib memiliki ciri khas yang bisa membuat lawan kebingunan. Terutama pola bangun serangan dimana Herman Dzumafo Epandi yang berposisi sebagai striker tunggal pada aplikasinya memainkan peran sebagai gelandang.
"Mereka memiliki lini kedua (tengah) yang cukup bagus, nyatanya saat tampil di Inter Island Cup. Banyak gol Persib justru datang dari pemain lini kedua," tandas Jacksen.
(wbs)