Wali Kota Solo: Sebelum ada jawaban PSSI, Muscab Persis ilegal
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Solo FX Hadi 'Rudy' Rudyatmo mengkritik keras inisiatif pengurus PSSI Solo dan klub internal Persis yang mengagendakan menggelar Muscab Persis Solo akhir pekan ini. Rudy menilai, sebelum ada jawaban dari PSSI, hasil Muscab menjadi cacat hukum.
Mantan Ketua Umum Persis Solo ini mengatakan, sejauh ini sudah mengirim surat ke PSSI untuk menggelar muscab. Namun, institusi sepakbola di Tanah Air ini belum memberikan rekomendasi. "Silakan kalau mau Muscab, saya tidak akan hadir selama belum ada jawaban dari PSSI. Selama belum ada jawaban (dari PSSI), hasil Muscab ilegal, dan saya tidak mau tahu," ungkap Rudy, kemarin.
Pengcab PSSI dan klub internal Persis mengagendakan muscab pada Minggu (27/1) mendatang. Mereka menilai dengan muscab, maka konflik dan dualisme Persis bisa diakhiri. Selain itu, adanya muscab dianggap bisa menyehatkan dunia persepakbolaan di Kota Bengawan, yang dalam dua tahun terakhir ini kondisinya runyam.
Koordinator klub internal Persis Solo Teddy Agung Sulistyo mengatakan, dengan muscab maka kondisi dan nasib Persis Solo kembali sehat sebelum terjadi dualisme. Jika tidak digelar muscab, maka tim tetap terbengkelai, pembinaan jalan di tempat serta kondisi klub internal Persis juga tidak terurus.
Namun, Rudy menduga muscab yang digelar tersebut punya 'agenda terselubung', yakni mengarahkan Persis berlaga di kompetisi yang dioperatori PT Liga Indonesia (Liga).
"Kalau muscab hanya untuk persiapan Persis berlaga di PT Liga, lebih baik tidak perlu dilaksanakan. Lebih baik, klub internal Persis itu menutup utang-utang Persis selama ini seperti tunggakan stadion dan katering bagi pemain. "Lebih baik bayar utang dulu," imbuhnya.
Rudy menambahkan, seharusnya klub-klub internal berperan aktif dalam mendukung Persis selama berkompetisi, khususnya seputar finansial. Sejauh ini, klub internal hanya berpangku tangan saja untuk urusan finansial selama mengarungi kompetisi.
"Jika memang Persis milik klub-klub internal, siapa yang berani melunasi utang-utang selama Persis seperti tunggakan gaji atau sewa stadion. Saya tidak mau nombok lagi,' tegasnya.
Pria kelahiran Solo, 13 Februari 1960 ini memastikan jika Muscab tetap digelar akhir pekan ini, tidak akan menghadirinya. Selain persoalan legalitas, pada saat bersamaan Rudy punya agenda keluarga yang tidak bisa ditinggalkan. "Jika tetap digelar Minggu besok, saya tidak akan hadir. Saya mau mantu," ungkapnya.
Mantan Ketua Umum Persis Solo ini mengatakan, sejauh ini sudah mengirim surat ke PSSI untuk menggelar muscab. Namun, institusi sepakbola di Tanah Air ini belum memberikan rekomendasi. "Silakan kalau mau Muscab, saya tidak akan hadir selama belum ada jawaban dari PSSI. Selama belum ada jawaban (dari PSSI), hasil Muscab ilegal, dan saya tidak mau tahu," ungkap Rudy, kemarin.
Pengcab PSSI dan klub internal Persis mengagendakan muscab pada Minggu (27/1) mendatang. Mereka menilai dengan muscab, maka konflik dan dualisme Persis bisa diakhiri. Selain itu, adanya muscab dianggap bisa menyehatkan dunia persepakbolaan di Kota Bengawan, yang dalam dua tahun terakhir ini kondisinya runyam.
Koordinator klub internal Persis Solo Teddy Agung Sulistyo mengatakan, dengan muscab maka kondisi dan nasib Persis Solo kembali sehat sebelum terjadi dualisme. Jika tidak digelar muscab, maka tim tetap terbengkelai, pembinaan jalan di tempat serta kondisi klub internal Persis juga tidak terurus.
Namun, Rudy menduga muscab yang digelar tersebut punya 'agenda terselubung', yakni mengarahkan Persis berlaga di kompetisi yang dioperatori PT Liga Indonesia (Liga).
"Kalau muscab hanya untuk persiapan Persis berlaga di PT Liga, lebih baik tidak perlu dilaksanakan. Lebih baik, klub internal Persis itu menutup utang-utang Persis selama ini seperti tunggakan stadion dan katering bagi pemain. "Lebih baik bayar utang dulu," imbuhnya.
Rudy menambahkan, seharusnya klub-klub internal berperan aktif dalam mendukung Persis selama berkompetisi, khususnya seputar finansial. Sejauh ini, klub internal hanya berpangku tangan saja untuk urusan finansial selama mengarungi kompetisi.
"Jika memang Persis milik klub-klub internal, siapa yang berani melunasi utang-utang selama Persis seperti tunggakan gaji atau sewa stadion. Saya tidak mau nombok lagi,' tegasnya.
Pria kelahiran Solo, 13 Februari 1960 ini memastikan jika Muscab tetap digelar akhir pekan ini, tidak akan menghadirinya. Selain persoalan legalitas, pada saat bersamaan Rudy punya agenda keluarga yang tidak bisa ditinggalkan. "Jika tetap digelar Minggu besok, saya tidak akan hadir. Saya mau mantu," ungkapnya.
(aww)