Olimpian Uni Soviet meninggal di usia 80
A
A
A
Sindonews.com - Juara Olimpiade kedua dalam sejarah tinju Uni Soviet, Vladimir Yengibaryan, mengembuskan napas terakhirnya pada usia 80 tahun di Los Angeles, Amerika Serikat, akhir pekan kemrin (2/2). Petinju asal Yerevan, Armenia tersebut menyabet medali emas Olimpiade Melbourne 1956 di cabang olahraga tinju kelas welter.
Gelar tersebut merupakan prestasi puncaknya sebagai petinju amatir, setelah pada 1953 dan 1955 ia berhasil menyabet emas (kelas ringan) dan perunggu (kelaswelter junior) di Kejuaraan Amatir Eropa. Yengibaryan, yang memulai karirnya sebagai petinju kelas bantam, kembali menyabet emas di Kejuaraan Amatir Eropa pada 1957 dan 1959
Sayangnya, di Olimpiade Roma 1960, Yengibaryan gagal mempertahankan emasnya, setelah ia tersingkir di babak perempatfinal. "Saya tidak pernah mencium kanvas (atau kalah KO) di seluruh karir saya," ucap Yengibaryan mengenang masa jayanya.
"Saya merupakan Pretty Boy, tidak memiliki bekas luka dan tidak ada bengkak, tapi tangan saya hancur karena tinju, saya begitu banyak melayangkan pukulan saya ke arah lawan saya," tutur mantan petinju yang juga mendirikan Sekolah Olahraga untuk Anak dan Pemuda di Yerevan setelah pensiun dari tinju.
Yengibaryan sendiri memutuskan hijrah dari Armenia ke Los Angeles pada 1992. Setelah kematiannya, dia tentu akan sangat dirindukan tidak hanya oleh masyarakat tinju Armenia tetapi juga oleh para pecinta tinju dunia.
Gelar tersebut merupakan prestasi puncaknya sebagai petinju amatir, setelah pada 1953 dan 1955 ia berhasil menyabet emas (kelas ringan) dan perunggu (kelaswelter junior) di Kejuaraan Amatir Eropa. Yengibaryan, yang memulai karirnya sebagai petinju kelas bantam, kembali menyabet emas di Kejuaraan Amatir Eropa pada 1957 dan 1959
Sayangnya, di Olimpiade Roma 1960, Yengibaryan gagal mempertahankan emasnya, setelah ia tersingkir di babak perempatfinal. "Saya tidak pernah mencium kanvas (atau kalah KO) di seluruh karir saya," ucap Yengibaryan mengenang masa jayanya.
"Saya merupakan Pretty Boy, tidak memiliki bekas luka dan tidak ada bengkak, tapi tangan saya hancur karena tinju, saya begitu banyak melayangkan pukulan saya ke arah lawan saya," tutur mantan petinju yang juga mendirikan Sekolah Olahraga untuk Anak dan Pemuda di Yerevan setelah pensiun dari tinju.
Yengibaryan sendiri memutuskan hijrah dari Armenia ke Los Angeles pada 1992. Setelah kematiannya, dia tentu akan sangat dirindukan tidak hanya oleh masyarakat tinju Armenia tetapi juga oleh para pecinta tinju dunia.
(nug)