Nasib PSMS PT LI miris, pemain makan nasi bungkus
A
A
A
Sindonews.com - PSMS Medan versi PT Liga Indonesia seharusnya kembali berlatih setelah memukul PS Bengkulu 4-1, Sabtu (9/2). Namun, di lapangan Kebun Bunga tidak ada aktivitas, Senin (11/2).
Pelatih PSMS Suimin Diharja terlihat hilir-mudik dari kamarnya ke kamar asisten, Suharto. Sementara Suharto hanya tidur di kamarnya. Dikonfirmasi, Suharto tidak bisa berkata banyak. "Memang tidak latihan," ujarnya dengan nada lesu.
Sementara, Sekretaris tim PSMS Medan versi PT LI Fityan Hamdy dengan nada bercanda mengatakan, PSMS tidak berlatih hingga pertandingan berikutnya lawan PS Bangka, Kamis (14/2) mendatang.
Penjaga gawang PSMS, Herman Batak bahkan berceloteh di status Blackberry Messenger miliknya dengan menulis, "No Money, No Training" yang berarti tidak ada uang, tidak latihan.
Namun, berdasarkan pantauan di Stadion Kebun Bunga Medan, tidak ada aktivitas dilakukan. Termasuk petugas kantin PSMS Medan yang dipimpin Misnawati tidak terlihat menyiapkan makanan bagi pemain.
Bahkan, kejadian itu sudah terjadi sejak Jumat (8/2) lalu, kantin PSMS yang biasanya sibuk dengan aktivitas masak-memasak tidak terlihat melakukan pekerjaannya. Bahkan, salah seorang koki kantin PSMS, Neneng, mengatakan, pihaknya tidak memasak lantaran tidak ada biaya dari pengurus.
"Bagaimana mau masak? Uangnya tidak ada. Ibu haji (Misnawati) juga tidak datang ke mes. Mungkin lagi pusing memikirkan ini," kata Neneng.
Pemandangan miris terjadi satu hari jelang pertandingan (Jumat 8/2). Pemain yang biasanya hilir-mudik ke dapur PSMS Medan, harus makan nasi bungkus yang dibeli dari luar. Indra terlihat hadir, tapi tidak ada perubahan pada kehadirannya itu.
Indra Sakti Harahap yang berusaha dihubungi mengenai hal tersebut melalui pesawat telepon seluler miliknya, tidak berhasil dikonfirmasi karena nonaktif.
Miris, laga perdana yang digelar dengan hasil kemenangan, malah diawali dengan kondisi klub yang serba tidak jelas. Suka cita lantaran meraih tiga poin di laga perdana tidak dirayakan lantaran kondisi keuangan yang minim.
Entah apa yang ada di pikiran Indra Sakti dalam mengelola klub yang dipimpinnya tersebut. Tanpa dana, dirinya tetap ngotot untuk terus maju sebagai ketua umum. Bahkan, anehnya lagi, uang hasil penjualan tiket pertandingan kepada suporter dikabarkan juga dikantongi olehnya, tanpa memberikan penjelasan kepada Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Pertandingan, Saryono.
"Uang tiket suporter waktu diminta tidak ada. Suporter bilang, uangnya sudah diambil ketum (Indra Sakti)," ungkapnya.
Masalah sebenarnya sudah mulai mendera PSMS Medan sejak lama. Kendati sudah membayar satu bulan gaji pemain namun dipotong beberapa persen, kondisi berbeda diterima pelatih. Bahkan, empat pelatih yakni Suimin Diharja, asisten pelatih Suharto, Colly Misrun dan pelatih penjaga gawang, Mardianto dikabarkan belum menerima sepeserpun dana dari Indra.
Tidak hanya itu, operasional kantin, panpel mulai dari mencetak tiket hingga oprasional lainnya, menggunakan dana dari Saryono dan manajer tim Sarwono. Tanpa dana dari Indra yang notabene merupakan penyandang dana klub satu-satunya, Saryono harus berutang dengan beberapa pihak seperti biaya keamanan, hotel tempat wasit menginap dan beberapa hal lainnya.
Demi menutup malu, beberapa ofisial harus merogoh kocek pribadinya untuk operasional. Namun, karena sudah terlampau banyak menanggung beban, akhirnya mereka pasrah dengan situasi yang terjadi.
"Jika di awal saja sudah begini, bagaimana dengan pertandingan-pertandingan selanjutnya?," ungkap salah seorang ofisial yang menolak namanya disebutkan.
Pelatih PSMS Suimin Diharja terlihat hilir-mudik dari kamarnya ke kamar asisten, Suharto. Sementara Suharto hanya tidur di kamarnya. Dikonfirmasi, Suharto tidak bisa berkata banyak. "Memang tidak latihan," ujarnya dengan nada lesu.
Sementara, Sekretaris tim PSMS Medan versi PT LI Fityan Hamdy dengan nada bercanda mengatakan, PSMS tidak berlatih hingga pertandingan berikutnya lawan PS Bangka, Kamis (14/2) mendatang.
Penjaga gawang PSMS, Herman Batak bahkan berceloteh di status Blackberry Messenger miliknya dengan menulis, "No Money, No Training" yang berarti tidak ada uang, tidak latihan.
Namun, berdasarkan pantauan di Stadion Kebun Bunga Medan, tidak ada aktivitas dilakukan. Termasuk petugas kantin PSMS Medan yang dipimpin Misnawati tidak terlihat menyiapkan makanan bagi pemain.
Bahkan, kejadian itu sudah terjadi sejak Jumat (8/2) lalu, kantin PSMS yang biasanya sibuk dengan aktivitas masak-memasak tidak terlihat melakukan pekerjaannya. Bahkan, salah seorang koki kantin PSMS, Neneng, mengatakan, pihaknya tidak memasak lantaran tidak ada biaya dari pengurus.
"Bagaimana mau masak? Uangnya tidak ada. Ibu haji (Misnawati) juga tidak datang ke mes. Mungkin lagi pusing memikirkan ini," kata Neneng.
Pemandangan miris terjadi satu hari jelang pertandingan (Jumat 8/2). Pemain yang biasanya hilir-mudik ke dapur PSMS Medan, harus makan nasi bungkus yang dibeli dari luar. Indra terlihat hadir, tapi tidak ada perubahan pada kehadirannya itu.
Indra Sakti Harahap yang berusaha dihubungi mengenai hal tersebut melalui pesawat telepon seluler miliknya, tidak berhasil dikonfirmasi karena nonaktif.
Miris, laga perdana yang digelar dengan hasil kemenangan, malah diawali dengan kondisi klub yang serba tidak jelas. Suka cita lantaran meraih tiga poin di laga perdana tidak dirayakan lantaran kondisi keuangan yang minim.
Entah apa yang ada di pikiran Indra Sakti dalam mengelola klub yang dipimpinnya tersebut. Tanpa dana, dirinya tetap ngotot untuk terus maju sebagai ketua umum. Bahkan, anehnya lagi, uang hasil penjualan tiket pertandingan kepada suporter dikabarkan juga dikantongi olehnya, tanpa memberikan penjelasan kepada Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Pertandingan, Saryono.
"Uang tiket suporter waktu diminta tidak ada. Suporter bilang, uangnya sudah diambil ketum (Indra Sakti)," ungkapnya.
Masalah sebenarnya sudah mulai mendera PSMS Medan sejak lama. Kendati sudah membayar satu bulan gaji pemain namun dipotong beberapa persen, kondisi berbeda diterima pelatih. Bahkan, empat pelatih yakni Suimin Diharja, asisten pelatih Suharto, Colly Misrun dan pelatih penjaga gawang, Mardianto dikabarkan belum menerima sepeserpun dana dari Indra.
Tidak hanya itu, operasional kantin, panpel mulai dari mencetak tiket hingga oprasional lainnya, menggunakan dana dari Saryono dan manajer tim Sarwono. Tanpa dana dari Indra yang notabene merupakan penyandang dana klub satu-satunya, Saryono harus berutang dengan beberapa pihak seperti biaya keamanan, hotel tempat wasit menginap dan beberapa hal lainnya.
Demi menutup malu, beberapa ofisial harus merogoh kocek pribadinya untuk operasional. Namun, karena sudah terlampau banyak menanggung beban, akhirnya mereka pasrah dengan situasi yang terjadi.
"Jika di awal saja sudah begini, bagaimana dengan pertandingan-pertandingan selanjutnya?," ungkap salah seorang ofisial yang menolak namanya disebutkan.
(aww)