Pelatih PSMS PT LI tagih gaji Rp140 juta
A
A
A
Sindonews.com - Pelatih Suimin Diharja mengaku tidak mau menerima SK pemberhentian dari manajemen PSMS versi PT Liga Indonesia. Dia tetap menuntut haknya yang belum diterima selama lima bulan. Jika dihitung, gaji yang seharusnya diterima sejak pembentukan tim sebesar Rp150 juta rupiah. Jumlah itu dikurangi uang yang sudah pernah diterimanya sekitar Rp10 juta.
"Sekitar Rp140 juta, itu belum kompensasi putus kontrak. Pemain juga haknya belum. Jadi, kami enggak mau terima SK yang sudah dibacakan tadi. Intinya kami kasih deadline 10 April, kalau tidak ada kepastian hak kami, maka kami akan mengadu misalnya ke DPR. Karena hak kami belum diberikan, maka sampai hari ini kami masih skuat PSMS," tegasnya.
Menurutnya, jikapun pengurus tidak langsung membayarkan haknya, dia menuntut adanya bukti hitam di atas putih menyatakan waktu penyelesaian gaji paling lambat yang disahkan notaris. "Yang pasti keputusan tanggal 10 April besok. Setidak-tidaknya ada pegangan kami yang punya kekuatan hukum. Kalau janji-janji saja, kami enggak mau terima," timpalnya.
Suimin menambahkan dalam SK yang dibacakan, Suharto AD mengambil alih jabatan pelatih kepala. "Abang (saya) menerima keputusan tapi belum mau menerima SK-nya, karena abang mau menerimanya bersamaan hak yang dibayar. Kalau keluar SK dan hak, otomatis abang akan angkat kaki, kunci inipun (kamar) akan abang serahkan ke Suharto," lanjutnya.
Mantan pelatih Sriwijaya, Persijap, PSDS, Persitara, PSPS, Semen Padang ini menegaskan, sebagai pelatih dia sudah mengerti resiko dipecat. "Profesional itu kejam, kalau memang evaluasi dia (Indra Sakti) abang keluar ya enggak apa-apa. Tapi namanya profesional," ucapnya.
Setelah dipecat, dirinya belum mengetahui langkah berikutnya lantaran fokus penyelesaian gajinya. "Ya, doakan saja saya bisa dapat klub. Tapi bagaimanapun, saya tidak kapok di PSMS. Enggak tahun ini, tahun depan masih ada peluang, mudah-mudahan saja," bebernya
"Sekitar Rp140 juta, itu belum kompensasi putus kontrak. Pemain juga haknya belum. Jadi, kami enggak mau terima SK yang sudah dibacakan tadi. Intinya kami kasih deadline 10 April, kalau tidak ada kepastian hak kami, maka kami akan mengadu misalnya ke DPR. Karena hak kami belum diberikan, maka sampai hari ini kami masih skuat PSMS," tegasnya.
Menurutnya, jikapun pengurus tidak langsung membayarkan haknya, dia menuntut adanya bukti hitam di atas putih menyatakan waktu penyelesaian gaji paling lambat yang disahkan notaris. "Yang pasti keputusan tanggal 10 April besok. Setidak-tidaknya ada pegangan kami yang punya kekuatan hukum. Kalau janji-janji saja, kami enggak mau terima," timpalnya.
Suimin menambahkan dalam SK yang dibacakan, Suharto AD mengambil alih jabatan pelatih kepala. "Abang (saya) menerima keputusan tapi belum mau menerima SK-nya, karena abang mau menerimanya bersamaan hak yang dibayar. Kalau keluar SK dan hak, otomatis abang akan angkat kaki, kunci inipun (kamar) akan abang serahkan ke Suharto," lanjutnya.
Mantan pelatih Sriwijaya, Persijap, PSDS, Persitara, PSPS, Semen Padang ini menegaskan, sebagai pelatih dia sudah mengerti resiko dipecat. "Profesional itu kejam, kalau memang evaluasi dia (Indra Sakti) abang keluar ya enggak apa-apa. Tapi namanya profesional," ucapnya.
Setelah dipecat, dirinya belum mengetahui langkah berikutnya lantaran fokus penyelesaian gajinya. "Ya, doakan saja saya bisa dapat klub. Tapi bagaimanapun, saya tidak kapok di PSMS. Enggak tahun ini, tahun depan masih ada peluang, mudah-mudahan saja," bebernya
(aww)