ITHB menang telak, UPI menang dramatis
A
A
A
Sindonews.com – LA Lights Campus League 2013 regional Bandung berakhir. Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) tampil sebagai juara di kategori putra, sedangkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjadi yang tak terkalahkan di kelas putri. Keduanya dipastikan juara setelah melakoni partai final di GOR C-Tra Arena, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Jumat (12/4).
Laga sengit berlangsung dalam final putri. Meski berhasil meraih gelar juara tahun ini, UPI dipaksa bersusah payah mengalahkan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang juga menjadi rival utama mereka selama tiga tahun terakhir. Kekuatan kedua tim imbang hingga waktu regular habis, pertandingan pun harus menyertakan dua babak tambahan untuk mengetahui tim pemenang. Bahkan kemenangan UPI diperoleh hanya dengan selisih satu angka, 61-60.
Baik UPI maupun Unpad memang belum menunjukkan permainan alot di awal-awal pertandingan. Tempo permainan masih tampak normal, kedua tim lebih berhati-hati dalam memperagakan strategi mereka. Quarter pertama berakhir untuk keunggulan UPI 18-12. Memasuki quarter kedua, UPI hanya mampu menambah sebelas poin. Sementara Firsza dkk berhasil mengumpulkan tiga belas poin tambahan. Meski akhir quarter kedua masih menjadi milik UPI, Unpad mampu mempersempit ketertinggalan menjadi 29-25.
Suasana panas mulai terjadi saat pertengahan quarter ketiga. Kedua tim saling mengejar dalam raihan angka, bahkan skor sempat menunjukkan angka imbang 31-31 dan 33-33. Pertandingan ketat juga membuat stamina para pemain terkuras. Kelelahan mulai terihat di qurter yang berakhir dengan kedudukan 41-35 untuk UPI tersebut.
Memasuki quarter keempat, kondisi fisik kedua tim semakin menurun. Namun hal itu tidak membuat tensi pertandingan berkurang. Bahkan, permainan cepat di tengah stamina yang sudah terkuras, membuat banyak pemain mengalami kram. Chaerany, Sarah, Firsza, dan Pusphaningtyas dari Unpad; serta pemain UPI, Masita terpaksa dibawa keluar lapangan karena gangguan pada kaki mereka.
Di quarter terakhir ini, Unpad dan UPI silih berganti unggul dalam raihan poin, meski hanya dengan selisih rata-rata satu angka saja. Unpad hamper kalah saat pertandingan tersisa satu menit mereka tertinggal 51-50. Namun Dea tampil sebagai penyelamat dengan sumbangan satu poin melalui free throw. Kedudukan kembali imbang dan memaksa diadakannya dua babak overtime.
Di dua babak perpanjangan waktu tersebut, UPI dan Unpad masih saja ngotot memperagakan skema cepat. Hal itu membuat semakin banyak pula pemain yang jatuh karena cedera. Overtime pertama berakhir dengan skor masih imbang 56-56.
Di akhir perpanjangan waktu kedua, Ingrid berhasil membawa UPI unggul dua angka melalui free throw dan mengubah skor menjadi 61-59. Di dua puluh detik terakhir, Unpad sebenarnya memiliki kesempatan menyamakan kedudukan. Namun free throw Sarah hanya mampu menyumbang satu poin tambahan untuk timnya. UPI pun memastikan kemenangan dengan skor 61-60.
“Ya, kami memang gagal mempertahankan gelar juara tahun lalu. Tetapi para pemain pun sudah berusaha habis-habisan. Persiapan kami menghadapi kompetisi ini minim, itu salah satu kendala. Kami hanya memiliki motivasi sebagai juara musim lalu. Tetapi memang permainan cepat UPI merepotkan kami, ditambah dengan adanya empat pemain baru di tim kami untuk mengganti empat senior mereka,” ujar Pelatih Unpad Opin setelah pertandingan.
Sementara itu, Pelatih tim putrid UPI Lukmannul Hakim Lubay justru mengaku kaget dengan pencapaian ini. Hal itu karena sejak awal, dia hanya menargetkan lolos final di Campus League tahun ini. “Sebenarnya secara skill kami kalah dari Unpad, hanya saja mental para pemain sangat bagus. Saya selalu menekankan untuk mengutamakan kerjasama tim, tidak ada pemain yang dijadikan andalan meski berstatus bintang. Dan hal itu yang membuat kami bias menang,” ujarnya.
Sementara di final kategori putra, ITHB tidak mengalami kendala apapun untuk memastikan gelar juara. Mereka mengalahkan tim underdog Institut Teknologi Telkom dengan skor telak 101-26. Pelatih ITHB Yosef Pratiknyo menyebut, kunci kemenangan anak asuhnya adalah mengutamakan defence. “Di Campus League tahun-tahun sebelumnya kami selalu menjadi runner up, karena di final dikalahkan Universitas Maranatha. Tapi kali ini memang kondisinya berbeda, sehingga kami bisa juara,” ujarnya.
Sementara itu, meski hanya meraih tempat kedua, prestasi tersebut merupakan pencapaian yang membanggakan bagi IT Telkom. Mengingat di musim sebelumnya, mereka hanya finish di posisi ke empat. “ITHB merupakan tim basket yang levelnya mungkin sudah seperti professional, jadi dengan mendapatkan juara dua pun kami sudah bangga. Semoga tahun depan bisa lebih dari ini,karena sepertinya komposisi tim kami 70 % masih sama dengan tahun ini,” ujar Pelatih IT Telkom Hedy Imanuel.
Laga sengit berlangsung dalam final putri. Meski berhasil meraih gelar juara tahun ini, UPI dipaksa bersusah payah mengalahkan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang juga menjadi rival utama mereka selama tiga tahun terakhir. Kekuatan kedua tim imbang hingga waktu regular habis, pertandingan pun harus menyertakan dua babak tambahan untuk mengetahui tim pemenang. Bahkan kemenangan UPI diperoleh hanya dengan selisih satu angka, 61-60.
Baik UPI maupun Unpad memang belum menunjukkan permainan alot di awal-awal pertandingan. Tempo permainan masih tampak normal, kedua tim lebih berhati-hati dalam memperagakan strategi mereka. Quarter pertama berakhir untuk keunggulan UPI 18-12. Memasuki quarter kedua, UPI hanya mampu menambah sebelas poin. Sementara Firsza dkk berhasil mengumpulkan tiga belas poin tambahan. Meski akhir quarter kedua masih menjadi milik UPI, Unpad mampu mempersempit ketertinggalan menjadi 29-25.
Suasana panas mulai terjadi saat pertengahan quarter ketiga. Kedua tim saling mengejar dalam raihan angka, bahkan skor sempat menunjukkan angka imbang 31-31 dan 33-33. Pertandingan ketat juga membuat stamina para pemain terkuras. Kelelahan mulai terihat di qurter yang berakhir dengan kedudukan 41-35 untuk UPI tersebut.
Memasuki quarter keempat, kondisi fisik kedua tim semakin menurun. Namun hal itu tidak membuat tensi pertandingan berkurang. Bahkan, permainan cepat di tengah stamina yang sudah terkuras, membuat banyak pemain mengalami kram. Chaerany, Sarah, Firsza, dan Pusphaningtyas dari Unpad; serta pemain UPI, Masita terpaksa dibawa keluar lapangan karena gangguan pada kaki mereka.
Di quarter terakhir ini, Unpad dan UPI silih berganti unggul dalam raihan poin, meski hanya dengan selisih rata-rata satu angka saja. Unpad hamper kalah saat pertandingan tersisa satu menit mereka tertinggal 51-50. Namun Dea tampil sebagai penyelamat dengan sumbangan satu poin melalui free throw. Kedudukan kembali imbang dan memaksa diadakannya dua babak overtime.
Di dua babak perpanjangan waktu tersebut, UPI dan Unpad masih saja ngotot memperagakan skema cepat. Hal itu membuat semakin banyak pula pemain yang jatuh karena cedera. Overtime pertama berakhir dengan skor masih imbang 56-56.
Di akhir perpanjangan waktu kedua, Ingrid berhasil membawa UPI unggul dua angka melalui free throw dan mengubah skor menjadi 61-59. Di dua puluh detik terakhir, Unpad sebenarnya memiliki kesempatan menyamakan kedudukan. Namun free throw Sarah hanya mampu menyumbang satu poin tambahan untuk timnya. UPI pun memastikan kemenangan dengan skor 61-60.
“Ya, kami memang gagal mempertahankan gelar juara tahun lalu. Tetapi para pemain pun sudah berusaha habis-habisan. Persiapan kami menghadapi kompetisi ini minim, itu salah satu kendala. Kami hanya memiliki motivasi sebagai juara musim lalu. Tetapi memang permainan cepat UPI merepotkan kami, ditambah dengan adanya empat pemain baru di tim kami untuk mengganti empat senior mereka,” ujar Pelatih Unpad Opin setelah pertandingan.
Sementara itu, Pelatih tim putrid UPI Lukmannul Hakim Lubay justru mengaku kaget dengan pencapaian ini. Hal itu karena sejak awal, dia hanya menargetkan lolos final di Campus League tahun ini. “Sebenarnya secara skill kami kalah dari Unpad, hanya saja mental para pemain sangat bagus. Saya selalu menekankan untuk mengutamakan kerjasama tim, tidak ada pemain yang dijadikan andalan meski berstatus bintang. Dan hal itu yang membuat kami bias menang,” ujarnya.
Sementara di final kategori putra, ITHB tidak mengalami kendala apapun untuk memastikan gelar juara. Mereka mengalahkan tim underdog Institut Teknologi Telkom dengan skor telak 101-26. Pelatih ITHB Yosef Pratiknyo menyebut, kunci kemenangan anak asuhnya adalah mengutamakan defence. “Di Campus League tahun-tahun sebelumnya kami selalu menjadi runner up, karena di final dikalahkan Universitas Maranatha. Tapi kali ini memang kondisinya berbeda, sehingga kami bisa juara,” ujarnya.
Sementara itu, meski hanya meraih tempat kedua, prestasi tersebut merupakan pencapaian yang membanggakan bagi IT Telkom. Mengingat di musim sebelumnya, mereka hanya finish di posisi ke empat. “ITHB merupakan tim basket yang levelnya mungkin sudah seperti professional, jadi dengan mendapatkan juara dua pun kami sudah bangga. Semoga tahun depan bisa lebih dari ini,karena sepertinya komposisi tim kami 70 % masih sama dengan tahun ini,” ujar Pelatih IT Telkom Hedy Imanuel.
(wbs)