Taufik sedih tinggalkan dunia bulutangkis
A
A
A
Sindonews.com - Usai sudah karir pebulu tangkis terbaik Indonesia, Taufik Hidayat. Tunggal putra andalan Indonesia itu gagal menutup karier dengan manis pada Djarum Indonesia Open Super Series 2013. Dia takluk dari tunggal putra India, B Sai Praneeth, melalui pertarungan tiga set, 21-15 12-21 17-21, pada babak pertama, Rabu (12/6/2013).
Menanggapi atas kekalahan tersebut, Taufik mencoba bersikap lapang dada. Namun baginya yang lebih membuat sedih adalah harus meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya sebagai pebulutangkis hebat yang pernah dimiliki Indonesia.
"Kecewa iya, kalah menang bisa. Tapi meninggalkan bulu tangkis. Selama 25 tahun ini yang lebih berat bagi saya. Jangan dilihat hanya dari satu pertandingan tapi lihat prestasi saya terdahulu," ujar Taufik seusai pertandingan.
Pria berusia 30 tahun itu juga menuturkan sempat mengalami suatu periode sulit dalam hidupnya, ketika harus memilih pilihan hidup menjadi seorang pebulutangkis profesional.
"Saat berusia 14 tahun di suruh pilih sekolah atau bulu tangkis itu paling diingat dan sulit bagi saya. Jangan setengah hati, mau bulu tangkis atau sekolah. Karena bila ingin menjad atlet harus total dan menjadi terbaik," ungkap peraih emas olimpiade Athena 2004
Meski menutup karier dengan kekalahan, Taufik Hidayat tetap mendapat tempat di hati para penonton. Ketika pertandingan berakhir, sejumlah suporter memajang spanduk merah bertuliskan "Terima kasih Taufik Hidayat. Legend."
Menanggapi atas kekalahan tersebut, Taufik mencoba bersikap lapang dada. Namun baginya yang lebih membuat sedih adalah harus meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya sebagai pebulutangkis hebat yang pernah dimiliki Indonesia.
"Kecewa iya, kalah menang bisa. Tapi meninggalkan bulu tangkis. Selama 25 tahun ini yang lebih berat bagi saya. Jangan dilihat hanya dari satu pertandingan tapi lihat prestasi saya terdahulu," ujar Taufik seusai pertandingan.
Pria berusia 30 tahun itu juga menuturkan sempat mengalami suatu periode sulit dalam hidupnya, ketika harus memilih pilihan hidup menjadi seorang pebulutangkis profesional.
"Saat berusia 14 tahun di suruh pilih sekolah atau bulu tangkis itu paling diingat dan sulit bagi saya. Jangan setengah hati, mau bulu tangkis atau sekolah. Karena bila ingin menjad atlet harus total dan menjadi terbaik," ungkap peraih emas olimpiade Athena 2004
Meski menutup karier dengan kekalahan, Taufik Hidayat tetap mendapat tempat di hati para penonton. Ketika pertandingan berakhir, sejumlah suporter memajang spanduk merah bertuliskan "Terima kasih Taufik Hidayat. Legend."
(wir)