Asri makin agresif, serangan Persib lebih variatif
A
A
A
Sindonews.com - Persib Bandung menggila di empat pertandingan terakhir di Indonesia Super League (ISL) 2013. Kemenangan dengan jumlah gol banyak seakan menjadi kebiasaan Atep dkk dalam kurun satu bulan ini.
Diawali dengan kemenangan pada derby Bandung melawan Pelita Bandung Raya (PBR), pertandingan yang diwarnai pesta gol terus berlanjut hingga laga pembalasan melawan Persisam Samarinda akhir pekan lalu.
Tajamnya lini depan menjadi faktor utama yang menentukan. Pembantaian di sejumlah pertandingan menjadi indikasi stabilitas di sektor penyerangan. Pergerakan Sergio van Dijk, Hilton Moreira, dibantu akselerasi M Ridwan, membuat benteng pertahanan lawan kelimpungan. Belum lagi Kenji Adachihara yang kerap menjadi kartu truf untuk melebur motivasi lawan.
Namun performa memuaskan ini juga tak lepas dari 'bendungan' yang dibangun Pelatih Djadjang ''Djanur'' Nurdjaman di lini tengah. Ya, duet Hariono dan Asri Akbar di beberapa laga terakhir kian menyita perhatian. Sejajar di sektor jangkar, kedua gelandang bertahan ini mampu menjadi barisan peredam pertama sebelum serangan lawan menyentuh area pertahanan.
Pertama kali di operasikan saat bertandang ke Stadion Kanjuruhan, Malang, 31 Mei 2013, duet ini terbukti bisa membuat frustasi inisiator serangan lawan. Meski kalah 0-1, para pemain Arema Cronous sempat kebingungan mencari celah untuk menekan Persib.
Efeknya, pertandingan berlangsung seimbang walaupun Pangeran Biru tampil dibawah tekanan ribuan Aremania. Kekalahan di pertandingan itu pun tidak terlalu disayangkan publik sepakbola Bandung dan Jawa Barat. Hal itu karena performa gemilang Firman Utina dkk dianggap mampu mengobati kekecewaan.
Sebelumnya, Djanur lebih sering menempatkan Asri Akbar sebagai pemain pelapis. Kadang, dia masuk menggantikan gelandang serang. Hal itu untuk memperkuat pertahanan Persib dalam kondisi unggul. Namun mantan pilar Persiba Balikpapan ini juga sering menjadi sosok pengganti, di saat Hariono harus ditarik keluar lapangan, atau absen dalam pertandingan.
Asri dan Hariono memang memiliki karakter kembar. Sama-sama keras, tegas, dan lugas dalam menghalau arus bola ke lini pertahanan Pangeran Biru. Permainan mereka simpel, hanya blocking dan tackling. Apiknya performa duet mereka membuat Djanur lebih sering menggunakan skema 4-2-3-1 belakangan ini. Sebelumnya, formasi 4-4-2 atau 4-3-3 dengan satu gelandang bertahan, seolah menjadi strategi utama bagi tim pelatih Persib.
"Ketika pertama kali diduetkan sejak awal pertandingan, keduanya langsung memberi efek positif untuk kuatnya pertahanan kami. Pekerjaan para defender menjadi sangat terbantu. Sehingga pertahanan kami lebih kuat. Tapi karena laga melawan Arema itu pertama kali duet Asri-Hariono tampil sejak awal, jadi belum sebaik akhir-akhir ini," ucap Djanur.
Bersama Pangeran Biru musim ini, total Asri sudah tampil dua puluh kali. Namun, tiga belas laga di antaranya turun sebagai pemain pengganti. Baru tujuh kali dia dipasang sejak awal pertandingan. Dari nominal tersebut, pemain kelahiran 29 Januari 1984 ini sudah mengoleksi 700 menit bermain untuk Persib.
"Saat pertama kali duet ini dioperasikan, masalah sebenarnya ada pada diri Asri. Dia terlihat masih canggung saat harus saling mengisi dengan Hariono. Itu menurut saya wajar, karena sebelumnya Asri memang lebih banyak tampil di akhir pertandingan sebagai pengganti. Tapi saat ini, dia mampu menunjukkan kelasnya. Duet Hariono-Asri menjadi opsi tambahan saya untuk menambah variasi skema bermain Persib," ujar Djanur.
Ditanya kelebihan utama dari sosok Asri, pelatih asli Sunda ini menjawab singkat. "Dia sangat disiplin," sebut Djanur.
Mendapat apresiasi karena performa yang sudah tergali, Asri mengaku tidak memiliki keinginan yang muluk. Dia menyebut, kegemilangannya mengisi lubang yang disisakan Hariono di sektor gelandang bertahan, semata hanya untuk menjawab kepercayaan pelatih.
"Tentu sebuah kebanggaan bagi saya, dan senang bisa terus dipercaya oleh pelatih di beberapa pertandingan terakhir. Meski sekarang sudah lebih mendapat porsi tampil, tapi tentu saya masih harus meningkatkan performa. Intinya selalu bermain maksimal di setiap pertandingan," kata pemain berpostur 169 cm ini.
Diawali dengan kemenangan pada derby Bandung melawan Pelita Bandung Raya (PBR), pertandingan yang diwarnai pesta gol terus berlanjut hingga laga pembalasan melawan Persisam Samarinda akhir pekan lalu.
Tajamnya lini depan menjadi faktor utama yang menentukan. Pembantaian di sejumlah pertandingan menjadi indikasi stabilitas di sektor penyerangan. Pergerakan Sergio van Dijk, Hilton Moreira, dibantu akselerasi M Ridwan, membuat benteng pertahanan lawan kelimpungan. Belum lagi Kenji Adachihara yang kerap menjadi kartu truf untuk melebur motivasi lawan.
Namun performa memuaskan ini juga tak lepas dari 'bendungan' yang dibangun Pelatih Djadjang ''Djanur'' Nurdjaman di lini tengah. Ya, duet Hariono dan Asri Akbar di beberapa laga terakhir kian menyita perhatian. Sejajar di sektor jangkar, kedua gelandang bertahan ini mampu menjadi barisan peredam pertama sebelum serangan lawan menyentuh area pertahanan.
Pertama kali di operasikan saat bertandang ke Stadion Kanjuruhan, Malang, 31 Mei 2013, duet ini terbukti bisa membuat frustasi inisiator serangan lawan. Meski kalah 0-1, para pemain Arema Cronous sempat kebingungan mencari celah untuk menekan Persib.
Efeknya, pertandingan berlangsung seimbang walaupun Pangeran Biru tampil dibawah tekanan ribuan Aremania. Kekalahan di pertandingan itu pun tidak terlalu disayangkan publik sepakbola Bandung dan Jawa Barat. Hal itu karena performa gemilang Firman Utina dkk dianggap mampu mengobati kekecewaan.
Sebelumnya, Djanur lebih sering menempatkan Asri Akbar sebagai pemain pelapis. Kadang, dia masuk menggantikan gelandang serang. Hal itu untuk memperkuat pertahanan Persib dalam kondisi unggul. Namun mantan pilar Persiba Balikpapan ini juga sering menjadi sosok pengganti, di saat Hariono harus ditarik keluar lapangan, atau absen dalam pertandingan.
Asri dan Hariono memang memiliki karakter kembar. Sama-sama keras, tegas, dan lugas dalam menghalau arus bola ke lini pertahanan Pangeran Biru. Permainan mereka simpel, hanya blocking dan tackling. Apiknya performa duet mereka membuat Djanur lebih sering menggunakan skema 4-2-3-1 belakangan ini. Sebelumnya, formasi 4-4-2 atau 4-3-3 dengan satu gelandang bertahan, seolah menjadi strategi utama bagi tim pelatih Persib.
"Ketika pertama kali diduetkan sejak awal pertandingan, keduanya langsung memberi efek positif untuk kuatnya pertahanan kami. Pekerjaan para defender menjadi sangat terbantu. Sehingga pertahanan kami lebih kuat. Tapi karena laga melawan Arema itu pertama kali duet Asri-Hariono tampil sejak awal, jadi belum sebaik akhir-akhir ini," ucap Djanur.
Bersama Pangeran Biru musim ini, total Asri sudah tampil dua puluh kali. Namun, tiga belas laga di antaranya turun sebagai pemain pengganti. Baru tujuh kali dia dipasang sejak awal pertandingan. Dari nominal tersebut, pemain kelahiran 29 Januari 1984 ini sudah mengoleksi 700 menit bermain untuk Persib.
"Saat pertama kali duet ini dioperasikan, masalah sebenarnya ada pada diri Asri. Dia terlihat masih canggung saat harus saling mengisi dengan Hariono. Itu menurut saya wajar, karena sebelumnya Asri memang lebih banyak tampil di akhir pertandingan sebagai pengganti. Tapi saat ini, dia mampu menunjukkan kelasnya. Duet Hariono-Asri menjadi opsi tambahan saya untuk menambah variasi skema bermain Persib," ujar Djanur.
Ditanya kelebihan utama dari sosok Asri, pelatih asli Sunda ini menjawab singkat. "Dia sangat disiplin," sebut Djanur.
Mendapat apresiasi karena performa yang sudah tergali, Asri mengaku tidak memiliki keinginan yang muluk. Dia menyebut, kegemilangannya mengisi lubang yang disisakan Hariono di sektor gelandang bertahan, semata hanya untuk menjawab kepercayaan pelatih.
"Tentu sebuah kebanggaan bagi saya, dan senang bisa terus dipercaya oleh pelatih di beberapa pertandingan terakhir. Meski sekarang sudah lebih mendapat porsi tampil, tapi tentu saya masih harus meningkatkan performa. Intinya selalu bermain maksimal di setiap pertandingan," kata pemain berpostur 169 cm ini.
(aww)