Ngebet ketemu Komdis, pemain PSMS nggak punya dana
A
A
A
Sindonews.com - Kiper PSMS Medan PT LIIrwin Ramadhan menyatakan siap memenuhi panggilan Komdis PSSI. dia mengatakan, jika ada dana untuk ke Jakarta, para pemain ingin sekali bertemu Komdis. Sebelumnya, 11 pemain termasuk dirinya melakukan aksi protes di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Kalau ada dana, kami semua memang mau ke sana. Cuma ya itu tadi, siapa yang mau mendanain kami ke sana. Itu saja masih masalah dana keberangkatan, belum lagi bicara biaya pulang. Intinya kami ingin ini cepat selesai, kami mau hak kami dituntaskan Indra Sakti Harahap dan sanksi Komdis ini bisa dilakukan dengan arif, karena kami hanya menyuarakan hak saat kompetisi sudah usai dan kami tidak ikut dalam praktek pengaturan skor,” tuturnya.
Pelatih PSMS PT LI, Suharto berharap, undangan tersebut bisa menjadi titik temu pihaknya dengan Komdis PSSI yang sejauh ini masih mendengar pernyataan dari Indra Sakti. Sayangnya, Suharto mengakui kondisi finansial yang belum selesai hingga saat ini sangat membingungkan, termasuk pendanaan keberangkatan pihaknya ke Jakarta, sementara gaji pun belum diselesaikan oleh sang ketua umum.
"Kami memang sudah terima surat resminya, Jumat dipanggil ke Jakarta. Tapi kami ke sana dengan dana dari mana. Sejujurnya, memang lebih enak bicara dan ketemu langsung dengan Komdis darimana lewat faks. Jadi Komdis bisa tatap muka, dan semua bisa jelas dan clear. Hanya saja kondisinya kan tidak mendukung saat ini," ujarnya.
Suharto menambahkan, hingga saat ini pemain dan ofisial yang juga dipanggil belum tahu bagaimana mekanisme eksekusi surat undangan tersebut. "Kami akan bicarakan lagi, kalau memang harus dengan faks melihat kondisi kami yang memang tidak ada dana mau bagaimana lagi. Kami hanya berharap ini cepat selesai, dan jangan sampai anak-anak disanksi.
Ancaman sanksi soal demo gaji beberapa waktu lalu juga sebenarnya bisa lebih baik jika kami dan Komdis ketemu langsung. Penjelasan yang tepat adalah para pemain ke Jakarta bukan murni mau demo, mereka hanya meminta dimediasi persoalan yang menimpa tim, karena kami belum digaji dari putaran pertama hingga kompetisi usai, sementara komunikasi dengan pengurus terutama Indra Sakti sulit terjalin," bebernya.
Soal dugaan pengaturan skor, Suharto menegaskan para pemainnya masih punya harga diri. Faktanya, keinginan untuk menjual pertandingan bukan datang dari pemain, pelatih tapi dari CEO PSMS, Heru Prawono yang saat ini memilih tak lagi peduli dengan tim dan tidak mau menemui tim lagi.
''Putaran kedua disebutkan menjadi tanggung jawab manajer (Sarwono) dan CEO,
tapi ternyata kami harus ikut aturan mereka agar bisa gajian, yaitu jual pertandingan di Persih dan Persisko, kami menolak dan membuktikan kami bisa pulang dengan kemenangan di dua laga itu. Jadi kalau komdis butuh klarifikasi, ya kami siap saja. Memang bukan kami yang berbuat, kami malah menolak untuk ikut praktek itu,” pungkasnya.
"Kalau ada dana, kami semua memang mau ke sana. Cuma ya itu tadi, siapa yang mau mendanain kami ke sana. Itu saja masih masalah dana keberangkatan, belum lagi bicara biaya pulang. Intinya kami ingin ini cepat selesai, kami mau hak kami dituntaskan Indra Sakti Harahap dan sanksi Komdis ini bisa dilakukan dengan arif, karena kami hanya menyuarakan hak saat kompetisi sudah usai dan kami tidak ikut dalam praktek pengaturan skor,” tuturnya.
Pelatih PSMS PT LI, Suharto berharap, undangan tersebut bisa menjadi titik temu pihaknya dengan Komdis PSSI yang sejauh ini masih mendengar pernyataan dari Indra Sakti. Sayangnya, Suharto mengakui kondisi finansial yang belum selesai hingga saat ini sangat membingungkan, termasuk pendanaan keberangkatan pihaknya ke Jakarta, sementara gaji pun belum diselesaikan oleh sang ketua umum.
"Kami memang sudah terima surat resminya, Jumat dipanggil ke Jakarta. Tapi kami ke sana dengan dana dari mana. Sejujurnya, memang lebih enak bicara dan ketemu langsung dengan Komdis darimana lewat faks. Jadi Komdis bisa tatap muka, dan semua bisa jelas dan clear. Hanya saja kondisinya kan tidak mendukung saat ini," ujarnya.
Suharto menambahkan, hingga saat ini pemain dan ofisial yang juga dipanggil belum tahu bagaimana mekanisme eksekusi surat undangan tersebut. "Kami akan bicarakan lagi, kalau memang harus dengan faks melihat kondisi kami yang memang tidak ada dana mau bagaimana lagi. Kami hanya berharap ini cepat selesai, dan jangan sampai anak-anak disanksi.
Ancaman sanksi soal demo gaji beberapa waktu lalu juga sebenarnya bisa lebih baik jika kami dan Komdis ketemu langsung. Penjelasan yang tepat adalah para pemain ke Jakarta bukan murni mau demo, mereka hanya meminta dimediasi persoalan yang menimpa tim, karena kami belum digaji dari putaran pertama hingga kompetisi usai, sementara komunikasi dengan pengurus terutama Indra Sakti sulit terjalin," bebernya.
Soal dugaan pengaturan skor, Suharto menegaskan para pemainnya masih punya harga diri. Faktanya, keinginan untuk menjual pertandingan bukan datang dari pemain, pelatih tapi dari CEO PSMS, Heru Prawono yang saat ini memilih tak lagi peduli dengan tim dan tidak mau menemui tim lagi.
''Putaran kedua disebutkan menjadi tanggung jawab manajer (Sarwono) dan CEO,
tapi ternyata kami harus ikut aturan mereka agar bisa gajian, yaitu jual pertandingan di Persih dan Persisko, kami menolak dan membuktikan kami bisa pulang dengan kemenangan di dua laga itu. Jadi kalau komdis butuh klarifikasi, ya kami siap saja. Memang bukan kami yang berbuat, kami malah menolak untuk ikut praktek itu,” pungkasnya.
(aww)