Rasisme nyaris buat Boateng tinggalkan Milan

Selasa, 06 Agustus 2013 - 15:55 WIB
Rasisme nyaris buat...
Rasisme nyaris buat Boateng tinggalkan Milan
A A A
Sindonews.com - Gelandang AC Milan, Kevin-Prince Boateng mengaku pernah ingin meninggalkan Italia setelah menjadi korban perilaku rasial dari para fans pada, Januari lalu. Seperti diketahui pemain timnas Ghana itu memilih melakukan perang terhadap rasisme di sepak bola setelah mendapatkan perlakukan rasial ketika menghadapi klub kasta ketiga, Pro Patria pada awal tahun ini.

Selanjutnya giliran rekan setimnya Kevin Constant mendapatkan perlakukan yang sama ketika melawan klub promosi ke Serie A, Sassuolo, bulan lalu. Boateng mengaku pernah merasa frustasi menghadapi masalah rasisme ini, tapi kemudian atas dasar itu ia ingin berkomitmen lebih dalam untuk membersihkan sepak bola dari perilaku rasial yang kerap menerima para pemain.

"Hal ini sangat menyentuh saya, ini merupakan emosi yang tidak bisa digambarkan. Saya pernah merasakannya sejak berada di Jerman, tapi itu 10 tahun yang lalu. Saya merasa frustasi, marah, dan karena itu saya pikir tidak ingin terus bermain di sini (Milan). Saya saat itu sangat tersinggung saat mereka berteriak, rasanya sangat sakit," terang Boateng seperti dilansir Soccerway, Selasa (6/8/2013).

"Tapi ketika saya menendang bola ke arah mereka dan memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan, para fans mendukung saya dengan memberikan penghormatan. Mereka semua bereaksi positif dan mereja telah mendukung saya. Untuk awalnya saya marah dan saya pikir tidak dapat melanjutkan lagi, tapi dua hari kemudian saya pikir saya tidak boleh berpikir seperti itu. Saat ini saya berjuang untuk melawannya," sambungnya.

Sebelumnya Boateng mengaku siap membuka pintu keluar dari San Siro untuk bergabung kembali ke Borussia Dortmund pada masa depan. Pemain berusia 27 tahun itu, pernah bermain Signal Iduna Park saat dipinjamkan dari Tottenham Hotspur pada 2009 lalu. Pernyataan itu muncul ke permukaan setelah, Boateng menyatakan masih menjalin kontak dengan mantan pelatihnya di Dortmund, Jurgen Klopp.

"Pada saat Klopp masih sibuk dengan persiapan pra-musim, jadi dia tidak punya banyak waktu. Kami berdua memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Tapi kami sering chatting. Dan itu tidak akan berubah, karena ia adalah seperti seorang teman bagi saya,” tutupnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7055 seconds (0.1#10.140)