Pangeran Biru waspada dijegal di tikungan terakhir
A
A
A
Sindonews.com - Kompetisi sepak bola di Indonesia memang aneh. Kualitas permainan di atas rumput lapangan hijau bukan menjadi satu-satunya penentu prestasi. Banyak drama di dalam atau di luar stadion yang ikut andil menyokong atau pun menjatuhkan pencapaian sebuah klub.
Faktor nonteknis inilah yang diwaspadai Persib di sejumlah pertandingan terakhir Indonesia Super League (ISL) musim 2013. Setelah menuntaskan pertandingan kontra Persidafon Dafonsoro di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Persib memiliki empat pertandingan sisa.
Skuad Pangeran Biru dijadwalkan menjamu Persiram Raja Ampat di Bandung, Sabtu (24/8). Setelah itu, Sergio van Dijk dkk bertandang ke markas Persija Jakarta, Rabu (28/8), yang hingga kini belum juga ada keputusan dimana pertandingan akan digelar. Persib kemudian menjalani tur Papua untuk meladeni tuan rumah Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena.
Perjalanan Pangeran Biru di akhir musim ini memang tergolong berat. Lawan yang dihadapi pada tiga pertandingan terakhir bukan klub yang mudah dikalahkan. Di sisi lain, Persib dituntut menuntaskan ambisi lolos ke kompetisi level internasional, Piala AFC di musim depan.
Dalam kondisi seperti ini, Pelatih Persib Djadjang ‘Djanur’ Nurdjaman melihat banyak kemungkinan yang bisa diterima dia dan anak asuhnya. Selain beratnya lawan, pelatih berusia 53 tahun ini juga amat menyadari potensi gangguan dari luar lapangan. Beberapa di antaranya adalah perubahan jadwal dan lokasi pertandingan yang diputuskan secara mendadak, ataupun kredibilitas tim pengadil dalam sebuah laga.
Hal ini tentu dapat diterima logika. Perubahan jadwal pertandingan ISL sangat mengganggu program latihan dan persiapan yang sudah disusun rapi oleh tim pelatih. Bahkan tak jarang, kekacauan program latihan menyebabkan performa anjlok dalam sebuah laga.
''Beberapa pertandingan terakhir cukup berat. Kami bukan hanya menyiapkan teknis para pemain di lapangan, tapi juga berbagai gangguan dari luar lapangan yang bisa mengganggu performa dan mental. Persaingan sangat ketat di papan atas klasemen untuk bisa lolos ke Piala AFC, bukan tidak mungkin kondisi seperti ini dimanfaatkan pihak lain dengan berbagai cara untuk merugikan Persib. Segala macam bentuknya, baik itu perubahan jadwal atau fenomena lainnya,” papar Djanur di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung.
Menghadapi berbagai kemungkinan seperti itu, pelatih yang pernah mengantarkan Pelita Jaya U21 meraih juara ini menyorot konsentrasi Atep dkk. Dia juga meminta jajaran manajemen Persib untuk mengawal sisi nonteknis kesebelasan yang diasuhnya.
''Saya hanya bertanggung jawab terhadap permainan tim di lapangan beserta aspek mentalnya. Saya hanya meminta para pemain untuk fokus, jangan sampai konsentrasi terganggu meski nantinya muncul gangguan nonteknis. Terkait hal-hal nonteknis, saya komunikasikan ke manajemen. Mereka yang memiliki kapasitas untuk mengurus dan membela kami dari aspek kebijakan. Manajemen ada di belakang kami, mereka mendukung penuh,” pungkas Djanur.
Faktor nonteknis inilah yang diwaspadai Persib di sejumlah pertandingan terakhir Indonesia Super League (ISL) musim 2013. Setelah menuntaskan pertandingan kontra Persidafon Dafonsoro di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Persib memiliki empat pertandingan sisa.
Skuad Pangeran Biru dijadwalkan menjamu Persiram Raja Ampat di Bandung, Sabtu (24/8). Setelah itu, Sergio van Dijk dkk bertandang ke markas Persija Jakarta, Rabu (28/8), yang hingga kini belum juga ada keputusan dimana pertandingan akan digelar. Persib kemudian menjalani tur Papua untuk meladeni tuan rumah Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena.
Perjalanan Pangeran Biru di akhir musim ini memang tergolong berat. Lawan yang dihadapi pada tiga pertandingan terakhir bukan klub yang mudah dikalahkan. Di sisi lain, Persib dituntut menuntaskan ambisi lolos ke kompetisi level internasional, Piala AFC di musim depan.
Dalam kondisi seperti ini, Pelatih Persib Djadjang ‘Djanur’ Nurdjaman melihat banyak kemungkinan yang bisa diterima dia dan anak asuhnya. Selain beratnya lawan, pelatih berusia 53 tahun ini juga amat menyadari potensi gangguan dari luar lapangan. Beberapa di antaranya adalah perubahan jadwal dan lokasi pertandingan yang diputuskan secara mendadak, ataupun kredibilitas tim pengadil dalam sebuah laga.
Hal ini tentu dapat diterima logika. Perubahan jadwal pertandingan ISL sangat mengganggu program latihan dan persiapan yang sudah disusun rapi oleh tim pelatih. Bahkan tak jarang, kekacauan program latihan menyebabkan performa anjlok dalam sebuah laga.
''Beberapa pertandingan terakhir cukup berat. Kami bukan hanya menyiapkan teknis para pemain di lapangan, tapi juga berbagai gangguan dari luar lapangan yang bisa mengganggu performa dan mental. Persaingan sangat ketat di papan atas klasemen untuk bisa lolos ke Piala AFC, bukan tidak mungkin kondisi seperti ini dimanfaatkan pihak lain dengan berbagai cara untuk merugikan Persib. Segala macam bentuknya, baik itu perubahan jadwal atau fenomena lainnya,” papar Djanur di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung.
Menghadapi berbagai kemungkinan seperti itu, pelatih yang pernah mengantarkan Pelita Jaya U21 meraih juara ini menyorot konsentrasi Atep dkk. Dia juga meminta jajaran manajemen Persib untuk mengawal sisi nonteknis kesebelasan yang diasuhnya.
''Saya hanya bertanggung jawab terhadap permainan tim di lapangan beserta aspek mentalnya. Saya hanya meminta para pemain untuk fokus, jangan sampai konsentrasi terganggu meski nantinya muncul gangguan nonteknis. Terkait hal-hal nonteknis, saya komunikasikan ke manajemen. Mereka yang memiliki kapasitas untuk mengurus dan membela kami dari aspek kebijakan. Manajemen ada di belakang kami, mereka mendukung penuh,” pungkas Djanur.
(aww)