Pengurus ribut penyatuan, pemain PSMS dilupakan
A
A
A
Sindonews.com - Wacana penyatuan PSMS Medan terus bergulir. Sabtu (31/8), klub-klub anggota PSMS akan kembali dipertanyakan komitmennya terhadap rencana tersebut. Namun, masalah lain yang lebih vital menyeruak, klub berjuluk Ayam Kinantan terancam tidak bisa berkompetisi di musim mendatang.
Pasalnya, Sekretaris Jenderal PSSI Joko Driyono mengatakan, klub yang menunggak gaji pemain, tidak akan berkompetisi di level profesional musim depan. Kondisi itu tentu sangat berkaitan erat dengan yang terjadi di PSMS Medan.
Baik PSMS PT Liga Indonesia (LI) yang sudah menuntaskan laganya di Divisi Utama maupun
PSMS versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang hampir dikatakan bubar meninggalkan masalah yang sama, yakni utang gaji kepada pemain dan pelatih maupun ofisial dengan tunggakan berbulan-bulan.
Bagi pengurus baru, selama ini, utang itu seakan dianggap angin lalu. Pemain menjadi korban karena kerja kerasnya tidak dibalas pembayaran hak yang sesuai. Asisten pelatih PSMS versi PT LI, Coly Misrun pun menganggap tunggakan gaji ini bakal mengancam keberlangsungan PSMS di musim mendatang.
"Kami telah berjuang untuk PSMS musim ini. Susah payah kami tim pelatih membujuk pemain agar mau bermain sehingga musim depan tidak degradasi ke Divisi I tanpa gaji. Tapi bagaimana nasib kami (pelatih dan pemain) sekarang? Mereka sibuk-sibuk penyatuan, tapi masalah yang ada sekarang saja belum selesai," keluh Coly.
Mantan pemain Harimau Tapanuli dan PSMS ini mengatakan, masih terlalu dini untuk bicara musim depan jika tak menuntaskan permasalahan musim ini.
"Gaji kami sekarang ini siapa yang mau bayar? Apa memang mau dibiar-biarkan saja, terus langsung mau bentuk tim musim depan? Kalau kami pelatih dan pemain tetap masuk lapangan nanti mau bilang apa mereka? Kami masih anggota tim, karena belum ada pembubaran. Apa PT Liga akan beri izin bertanding di musim depan dengan kondisi begini?," ujarnya.
Tidak kali ini saja memang klub meninggalkan utang pembayaran gaji pemain, musim sebelumnya saat PSMS berkiprah di Indonesian Super League (ISL), pengurus dan manajemen juga meninggalkan utang hingga sekitar Rp7 Miliar. Tanpa penyelesaian, pengurus baru langsung melakukan pembentukan kepengurusan baru.
Pengalihan tanggung jawab dengan bantuan PT LI juga tidak memberi penyelesaian. Hingga kini, pembayaran gaji juga belum tuntas. Begitu juga ucapan Joko Driyono soal ancaman tidak ikut berkompetisi bagi klub yang menunggak gaji juga memang belum terbukti kebenarannya. Lantaran bisa saja ada perjanjian yang bisa saja melunakkan otoritas liga sepak bola di Indonesia itu soal ancaman hukuman yang dilontarkan.
Namun, setidaknya, klub-klub seperti PSMS Medan bisa lebih siaga dengan kondisi itu lantaran bisa saja, ancaman hukuman tersebut terjadi musim depan. Lantas, siapa yang bertanggung jawab soal
pembayaran gaji pemain pasca PSMS bersatu? Apa pengurus baru mau menjalankan tanggung jawab tersebut?
Pasalnya, Sekretaris Jenderal PSSI Joko Driyono mengatakan, klub yang menunggak gaji pemain, tidak akan berkompetisi di level profesional musim depan. Kondisi itu tentu sangat berkaitan erat dengan yang terjadi di PSMS Medan.
Baik PSMS PT Liga Indonesia (LI) yang sudah menuntaskan laganya di Divisi Utama maupun
PSMS versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang hampir dikatakan bubar meninggalkan masalah yang sama, yakni utang gaji kepada pemain dan pelatih maupun ofisial dengan tunggakan berbulan-bulan.
Bagi pengurus baru, selama ini, utang itu seakan dianggap angin lalu. Pemain menjadi korban karena kerja kerasnya tidak dibalas pembayaran hak yang sesuai. Asisten pelatih PSMS versi PT LI, Coly Misrun pun menganggap tunggakan gaji ini bakal mengancam keberlangsungan PSMS di musim mendatang.
"Kami telah berjuang untuk PSMS musim ini. Susah payah kami tim pelatih membujuk pemain agar mau bermain sehingga musim depan tidak degradasi ke Divisi I tanpa gaji. Tapi bagaimana nasib kami (pelatih dan pemain) sekarang? Mereka sibuk-sibuk penyatuan, tapi masalah yang ada sekarang saja belum selesai," keluh Coly.
Mantan pemain Harimau Tapanuli dan PSMS ini mengatakan, masih terlalu dini untuk bicara musim depan jika tak menuntaskan permasalahan musim ini.
"Gaji kami sekarang ini siapa yang mau bayar? Apa memang mau dibiar-biarkan saja, terus langsung mau bentuk tim musim depan? Kalau kami pelatih dan pemain tetap masuk lapangan nanti mau bilang apa mereka? Kami masih anggota tim, karena belum ada pembubaran. Apa PT Liga akan beri izin bertanding di musim depan dengan kondisi begini?," ujarnya.
Tidak kali ini saja memang klub meninggalkan utang pembayaran gaji pemain, musim sebelumnya saat PSMS berkiprah di Indonesian Super League (ISL), pengurus dan manajemen juga meninggalkan utang hingga sekitar Rp7 Miliar. Tanpa penyelesaian, pengurus baru langsung melakukan pembentukan kepengurusan baru.
Pengalihan tanggung jawab dengan bantuan PT LI juga tidak memberi penyelesaian. Hingga kini, pembayaran gaji juga belum tuntas. Begitu juga ucapan Joko Driyono soal ancaman tidak ikut berkompetisi bagi klub yang menunggak gaji juga memang belum terbukti kebenarannya. Lantaran bisa saja ada perjanjian yang bisa saja melunakkan otoritas liga sepak bola di Indonesia itu soal ancaman hukuman yang dilontarkan.
Namun, setidaknya, klub-klub seperti PSMS Medan bisa lebih siaga dengan kondisi itu lantaran bisa saja, ancaman hukuman tersebut terjadi musim depan. Lantas, siapa yang bertanggung jawab soal
pembayaran gaji pemain pasca PSMS bersatu? Apa pengurus baru mau menjalankan tanggung jawab tersebut?
(aww)