Kerusuhan Manahan meluas hingga ke Klaten
A
A
A
Sindonews.com - Aksi anarkhis yang diduga dilakukan kelompok suporter sepak bola terjadi di Klaten, tadi sore (4/9/2013). Sebuah bengkel "Ekajaya" yang berada di bilangan Jalan Jogja-Solo, tepatnya di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara dirusak sekelompok puluhan orang.
Dwi Wahyono, 35, pemilik bengkel mengungkapkan, sekitar pukul 15.30 puluhan massa datang dari arah Yogyakarta. Usia mereka rata-rata masih pemuda, berkisar antara 20-25 tahun. "Tiba-tiba mereka berhenti di depan bengkel saya dan melakukan perusakan," katanya, Rabu (4/9/2013).
Dwi mengatakan, massa yang melakukan perusakan tersebut tanpa menggunakan atribut. Namun, dia menduga kelompok massa merupakan salah satu suporter sepak bola. "Karena salah satu di antara mereka berteriak Pasoepati Asu," imbuhnya.
Dugaan semakin menguat apalagi pada saat bersamaan, di Stadion Manahan Solo sedang dihelat laga big match antara Persis Solo versi LPIS kontra PSS Sleman. "Saya tidak menuduh, tapi sepertinya memang suporter bola. Mereka tidak membawa atribut seperti bendara dan sebagainya. Mungkin atributnya dimasukkan di dalam tas ransel yang
mereka bawa," jelasnya.
Atas tindakan anarkhis itu, Dwi mengaku menelan kerugian besar secara material. Tidak hanya kaca etalase yang dirusak, namun sejumlah motor yang sedang diservis di bengkelnya juga di rusak massa tersebut. "Siapa yang akan menanggung kerugian yang saya alami ini," ujar Dwi dengan nada sedih.
Warga di sekitar bengkel yang mengetahui aksi tersebut merasa ketakutan. Warga memilih lari dan menyelamatkan diri, dari pada menjadi korban anarkhis. "Mereka seperti mau perang, membawa rantai besi, potongan besi dan macam-macam," kata Bagus, warga setempat.
Bagus mengatakan, selain merusak sejumlah barang, massa juga mencederai sejumlah orang yang saat itu sedang berada di bengkel. "Saya sempat melihat, orang bengkel (karyaan bengkel) sempat dipukul pakai besi. Setelah itu saya memilih lari menyelamatkan diri," ungkapnya.
Belum ada keterangan dari masing-masing suporter sepak bola. Suporter PSS Sleman (Slemania dan Brigata Curva Sud) menegaskan dalam laga tandang tim kebanggaannya, kedua kelompok suporter ini tidak memberangkat secara resmi ke Solo. Sedangkan dari kelompok Pasoepati, Sekjend Anwar Pasoepati berkali-kali dihubungi tidak diangkat
teleponnya.
Dwi Wahyono, 35, pemilik bengkel mengungkapkan, sekitar pukul 15.30 puluhan massa datang dari arah Yogyakarta. Usia mereka rata-rata masih pemuda, berkisar antara 20-25 tahun. "Tiba-tiba mereka berhenti di depan bengkel saya dan melakukan perusakan," katanya, Rabu (4/9/2013).
Dwi mengatakan, massa yang melakukan perusakan tersebut tanpa menggunakan atribut. Namun, dia menduga kelompok massa merupakan salah satu suporter sepak bola. "Karena salah satu di antara mereka berteriak Pasoepati Asu," imbuhnya.
Dugaan semakin menguat apalagi pada saat bersamaan, di Stadion Manahan Solo sedang dihelat laga big match antara Persis Solo versi LPIS kontra PSS Sleman. "Saya tidak menuduh, tapi sepertinya memang suporter bola. Mereka tidak membawa atribut seperti bendara dan sebagainya. Mungkin atributnya dimasukkan di dalam tas ransel yang
mereka bawa," jelasnya.
Atas tindakan anarkhis itu, Dwi mengaku menelan kerugian besar secara material. Tidak hanya kaca etalase yang dirusak, namun sejumlah motor yang sedang diservis di bengkelnya juga di rusak massa tersebut. "Siapa yang akan menanggung kerugian yang saya alami ini," ujar Dwi dengan nada sedih.
Warga di sekitar bengkel yang mengetahui aksi tersebut merasa ketakutan. Warga memilih lari dan menyelamatkan diri, dari pada menjadi korban anarkhis. "Mereka seperti mau perang, membawa rantai besi, potongan besi dan macam-macam," kata Bagus, warga setempat.
Bagus mengatakan, selain merusak sejumlah barang, massa juga mencederai sejumlah orang yang saat itu sedang berada di bengkel. "Saya sempat melihat, orang bengkel (karyaan bengkel) sempat dipukul pakai besi. Setelah itu saya memilih lari menyelamatkan diri," ungkapnya.
Belum ada keterangan dari masing-masing suporter sepak bola. Suporter PSS Sleman (Slemania dan Brigata Curva Sud) menegaskan dalam laga tandang tim kebanggaannya, kedua kelompok suporter ini tidak memberangkat secara resmi ke Solo. Sedangkan dari kelompok Pasoepati, Sekjend Anwar Pasoepati berkali-kali dihubungi tidak diangkat
teleponnya.
(wbs)