Krusial, suporter sepak bola harus dididik

Kamis, 05 September 2013 - 18:33 WIB
Krusial, suporter sepak bola harus dididik
Krusial, suporter sepak bola harus dididik
A A A
Sindonews.com - Aksi kekerasan brutal yang diperlihatkan oleh para suporter dalam laga Persis Solo melawan PSS Sleman pada Rabu (4/9) mendesak untuk segera dilakukan penanganan. Di antaranya dengan memberikan edukasi atau pendidikan kepada semua pihak yang terkait baik penyelenggara, pemain, hingga penonton maupun suporter masing -
masing, sehingga pertandingan berjalan fair, sportif, dan tanpa tindakan anarkis apapun.

Guru Besar Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (POK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Furqon Hidayatullah menilai bahwa hal tersebut sudah merupakan gejala yang tidak sehat. Apabila tidak segera dilakukan pembinaan edukasi dan semacamnya, maka dikhawatirkan ke depan peristiwa ini akan terus berulang, sehingga kemudian bisa merugikan citra sepak bola nasional di tingkat nasional hingga internasional.

"(Aksi brutal) itu sudah merupakan gejala yang tidak sehat. Perlu ada pembinaan edukasi atau pendidikan bagi semua unsur, termasuk suporter. Seperti pembinaan pendidikan khusus suporter supaya peristiwa itu tidak terulang kembali, itu yang jangka pendeknya. Dengan diberikannya pendidikan supaya jadikan semua lebih rasional. Peranan tim kesebelasan juga sangat dibutuhkan untuk turut mengedukasi para pendukungnya," ujar
Furqon kepada wartawan di kampus setempat kemarin.

Harapannya dengan adanya keterlibatan dari semua unsur, baik tim kesebelasan maupun suporter bisa menjadi lebih rasional. Meskipun sebenarnya perbedaan pendapat dan upaya untuk mendukung tim kesayangan masing - masing di lapangan diperbolehkan. Akan tetapi sebisa mungkin dihindarkan dari segala bentuk perilaku anarkis. ''Dalam sepak bola,
seringkali dikatakan bahwa suporter itu ibaratnya merupakan pemain ke-12. Jadi memang sudah seharusnya ada peran maupun keterlibatan dari masing - masing tim yang didukung, untuk turut mengedukasi suporter," jelasnya.

Upaya antisipasi lainnya oleh pihak penyelenggara seperti pemberian sekat yang jelas untuk masing - masing pendukung, dan adanya razia senjata tajam (sajam), maupun benda berbahaya sebelum memasuki lapangan juga sangat diperlukan dalam perhelatan sebuah pertandingan.

Pria yang menjabat sebagai Dekan FKIP UNS ini juga mengatakan, selain program jangka pendek juga dibutuhkan program jangka panjang untuk membina semua unsur yang terkait sehingga ke depan dapat melahirkan generasi penerus yang berkarakter dan menjunjung tinggi nilai sportivitas dalam bidang olahraga. Yakni dengan diintensifkannya kembali pendidikan karakter dan budi pekerti di bangku sekolah atau sejak dini. Sebab dia menilai bahwa aksi - aksi brutal maupun anarkis yang sering hadir dalam setiap kompetisi, tidak lain karena minimnya pendidikan karakter pada siswa yang kemudian berimbas pada proses pendewasaan individu masing - masing. Hal ini bisa diberikan dalam materi pendidikan seperti saling menghargai, menjunjung nilai sportivitas, nilai kebersamaan, hingga antikekerasan.

Sementara itu Sosiolog dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS Drajat Tri Kartono juga mengatakan bahwa dalam sebuah komunitas pendukung tertentu bisa jadi timbul emosi kolektif. Akibatnya bisa membuat kelompok ini mudah tersulut emosinya. Inilah yang kerapkali mewarnai hampir seluruh pertandingan sepak bola di Indonesia, bahwa kekerasan mudah sekali muncul dari kelompok fanatisme.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6497 seconds (0.1#10.140)