Dejan ke Indonesia sebagai musuh
A
A
A
Sindonews.com - Ada sosok asing, tapi tidak asing bagi sepak bola Indonesia di ajang Piala AFF U-19 di Sidoarjo, Jawa Timur, 9-22 September. Siapa? Dejan Gluscevic. Ya, Dejan pernah bersinar sebagai legiun asing di sepak bola Indonesia.
Namun kali ini, Gluscevic hadir sebagai juru taktik timn nasional (timnas) U-19 Singapura. Publik sepak bola Indonesia pernah terpukau dengan aksi-aksi Gluscevic pada era 1990an. Pemain kelahiran Serbia tersebut merupakan bintang Bandung Raya dan Pelita Jaya. Saat kompetisi tertinggi di Indonesia masih menggunakan nama Liga Indonesia (Ligina).
Kebintangan Gluscevic benar-benar terang pada Ligina tahun 1995-1996. Saat itu, Dejan berhasil mengantarkan Bandung Raya menjadi juara. Di periode itu pula, pemain kelahiran Prijepole Montenegro, 21 Juli 1967, tersebut, berhasil mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak.
Dejan yang pada akhirnya memutuskan pulang ke negara asal saat kisruh politik melanda Tanah Air pada tahun 1998, akhirnya kembali ke Indonesia. Namun, kembalinya Dejan dipastikan akan menjadi lawan. Jika timnas U-19 Singapura mampu lolos dari Grup A, bukan tidak mungkin akan terjadi pertemuan antara Dejan dengan timnas U-19 Indonesia.
"Saya senang bisa kembali ke Indonesia. Saya selalu suka dengan iklim dari sepak bola Indonesia itu sendiri. Saat itu, saya sebenarnya masih ingin bermain di sini. Tapi saat itu, situasinya tidak mendukung saya untuk kembali," ungkapnya.
Sebenarnya nama Dejan sempat kembali dikait-kaitkan dengan sepak bola Indonesia. Tepatnya dua tahun lalu, ketika namanya disebut akan menukangi Persija Jakarta di kompetisi Indonesia Super League (ISL). Namun sayang, hal tersebut akhirnya tidak terlaksana. Setelah dia lebih memilih terus bekerjasama dengan Federasi Sepak Bola Singapura.
"Saya sudah empat tahun menangani sepak bola usia muda di Singapura.Sudah ada sekitar tiga pemain binaan saya, yang kini sudah bermain di Eropa," jelasnya.
"Sementara itu sebelum datang ke sini (Piala AFF U-19), kami sudah melakukan berbagai persiapan. Tapi sebelum datang, para pemain kami harus mengikuti ujian di sekolah masing-masing. Saya akui, jika di Singapura tidak seperti di Indonesia. Sulit sekali mencari bibit-bibit sepak bola," tutupnya.
Namun kali ini, Gluscevic hadir sebagai juru taktik timn nasional (timnas) U-19 Singapura. Publik sepak bola Indonesia pernah terpukau dengan aksi-aksi Gluscevic pada era 1990an. Pemain kelahiran Serbia tersebut merupakan bintang Bandung Raya dan Pelita Jaya. Saat kompetisi tertinggi di Indonesia masih menggunakan nama Liga Indonesia (Ligina).
Kebintangan Gluscevic benar-benar terang pada Ligina tahun 1995-1996. Saat itu, Dejan berhasil mengantarkan Bandung Raya menjadi juara. Di periode itu pula, pemain kelahiran Prijepole Montenegro, 21 Juli 1967, tersebut, berhasil mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak.
Dejan yang pada akhirnya memutuskan pulang ke negara asal saat kisruh politik melanda Tanah Air pada tahun 1998, akhirnya kembali ke Indonesia. Namun, kembalinya Dejan dipastikan akan menjadi lawan. Jika timnas U-19 Singapura mampu lolos dari Grup A, bukan tidak mungkin akan terjadi pertemuan antara Dejan dengan timnas U-19 Indonesia.
"Saya senang bisa kembali ke Indonesia. Saya selalu suka dengan iklim dari sepak bola Indonesia itu sendiri. Saat itu, saya sebenarnya masih ingin bermain di sini. Tapi saat itu, situasinya tidak mendukung saya untuk kembali," ungkapnya.
Sebenarnya nama Dejan sempat kembali dikait-kaitkan dengan sepak bola Indonesia. Tepatnya dua tahun lalu, ketika namanya disebut akan menukangi Persija Jakarta di kompetisi Indonesia Super League (ISL). Namun sayang, hal tersebut akhirnya tidak terlaksana. Setelah dia lebih memilih terus bekerjasama dengan Federasi Sepak Bola Singapura.
"Saya sudah empat tahun menangani sepak bola usia muda di Singapura.Sudah ada sekitar tiga pemain binaan saya, yang kini sudah bermain di Eropa," jelasnya.
"Sementara itu sebelum datang ke sini (Piala AFF U-19), kami sudah melakukan berbagai persiapan. Tapi sebelum datang, para pemain kami harus mengikuti ujian di sekolah masing-masing. Saya akui, jika di Singapura tidak seperti di Indonesia. Sulit sekali mencari bibit-bibit sepak bola," tutupnya.
(aww)