Persis Solo di ujung tanduk
A
A
A
Sindonews.com - Komdis PSSI meminta penjelasan dari PT LPIS seputar kerusuhan laga Persis LPIS versus PSS Sleman digelar sore ini. Padahal sebelum laga tersebut, Persis LPIS sudah dijatuhi sanski diskualifikasi. Managemen Persis LPIS berharap bisa terhindar dari lobang jarum bernama diskualifikasi dari Divisi Utama LPIS.
Manager Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengungkapkan, pemberian sanksi harus berdasarkan fakta dan kondisi yang ada. "Faktanya adalah, sebelum kami bertandang ke Persemalra, tim asal Maluku Tenggara itu sudah bubar. Gimana mau main kalau tim yang diajak main sudah bubar. Kami akhirnya memilih tidak berangkat ke sana," jelasnya, Kamis (12/9/2013).
Menurut Joni, ketidakhadiran Persis LPIS di kandang Persemalra seharusnya tidak dihitung kalah WO. Jadi, kata Joni, sanksi diskualifikasi yang dijatuhkan kepada tim Laskar Sambernyawa kurang tepat. "Kita baru sekali kalah WO (dari Persifa), tapi oleh Komdis dianggap sudah kalah dua kali. Jadi saya berharap itu (diskualifikasi) dipertimbangkan dulu, jangan langsung menjatuhkan sanksi," pintanya.
Joni mengatakan, jika Persemalra belum dianggap mundur, tidak hanya Persis LPIS maupun Persires dianggap kalah WO. Karena di Grup II tidak ada satu pun tim yang sudah tanding ke sana. "PSS Sleman hanya beruntung saja, seharusnya tandang ke sana, tapi laga dipindah atau digelar di Sleman," ujarnya.
Dengan fakta tersebut, Joni berharap pemberian sanksi diskualifikasi berdasarkan fakta objektif. Pemberian sanksi jangan karena faktor like and dislike (suka dan tidak suka). "Tapi saya mencium ada kesan seperti itu (like and dislike). Jadi memang sulit bagi Persis LPIS untuk keluar dari sanksi itu," ungkapnya.
Seputar kerusuhan laga Persis LPIS versus PSS Sleman, managemen sudah mengirim secara lengkap dan detail seputar kronologis kejadian. Di dalamnya juga menyebut mengapa laga tetap digelar. "Kronologis lengkap sudah kami kirim. Semoga itu bisa menjadi pertimbangan," pintanya.
Manager Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengungkapkan, pemberian sanksi harus berdasarkan fakta dan kondisi yang ada. "Faktanya adalah, sebelum kami bertandang ke Persemalra, tim asal Maluku Tenggara itu sudah bubar. Gimana mau main kalau tim yang diajak main sudah bubar. Kami akhirnya memilih tidak berangkat ke sana," jelasnya, Kamis (12/9/2013).
Menurut Joni, ketidakhadiran Persis LPIS di kandang Persemalra seharusnya tidak dihitung kalah WO. Jadi, kata Joni, sanksi diskualifikasi yang dijatuhkan kepada tim Laskar Sambernyawa kurang tepat. "Kita baru sekali kalah WO (dari Persifa), tapi oleh Komdis dianggap sudah kalah dua kali. Jadi saya berharap itu (diskualifikasi) dipertimbangkan dulu, jangan langsung menjatuhkan sanksi," pintanya.
Joni mengatakan, jika Persemalra belum dianggap mundur, tidak hanya Persis LPIS maupun Persires dianggap kalah WO. Karena di Grup II tidak ada satu pun tim yang sudah tanding ke sana. "PSS Sleman hanya beruntung saja, seharusnya tandang ke sana, tapi laga dipindah atau digelar di Sleman," ujarnya.
Dengan fakta tersebut, Joni berharap pemberian sanksi diskualifikasi berdasarkan fakta objektif. Pemberian sanksi jangan karena faktor like and dislike (suka dan tidak suka). "Tapi saya mencium ada kesan seperti itu (like and dislike). Jadi memang sulit bagi Persis LPIS untuk keluar dari sanksi itu," ungkapnya.
Seputar kerusuhan laga Persis LPIS versus PSS Sleman, managemen sudah mengirim secara lengkap dan detail seputar kronologis kejadian. Di dalamnya juga menyebut mengapa laga tetap digelar. "Kronologis lengkap sudah kami kirim. Semoga itu bisa menjadi pertimbangan," pintanya.
(wbs)