Wali Kota miris lihat nasib Persis
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo miris melihat nasib duo Persis Solo, baik versi LPIS maupun Liga Indonesia (Liga). 'Dua tim kembar' itu sama sekali tidak mampu mengukir berprestasi. Lebih miris lagi Stadion Manahan Solo yang menjadi kandang Persis Solo, selalu menjadi venue laga-laga penting sarat prestasi. Persis Solo hanya bisa jadi penonton.
Pria yang akrab disapa Rudy ini menegaskan, sudah bukan saatnya lagi warga tim Solo hanya menjadi penonton, menyaksikan tim-tim memperebutkan prestasi di Stadion Manahan. "Sepakbola Solo sedang krisis. Kalau Persis ingin mengikuti jejak tim-tim tersebut, dibutuhkan penanganan serius," katanya, Rabu (18/9/2013).
Empat musim terakhir, Stadion Manahan menjadi saksi tim-tim berpromosi dari Divisi Utama ke kasta tertinggi. Pada musim 2010, Persibo Bojonegoro, musim 2011 Persiba Bantul, 2012 Barito Putra dan terakhir 2013 adalah Persebaya. Sedangkan duo Persis, sama-sama terpuruk. Persis Liga yang berkompetisi di Divisi Utama Liga tidak mampu
menembus ke babak 12 besar. Persis LPIS meski berada papan atas, tapi nasibnya mengenaskan, dikenai sanksi diskualifikasi oleh Komdis PSSI. "Selama masih ribut (dualisme), Persis tidak mungkin bisa seperti mereka (tim-tim yang promosi ke kasta tertingi)," imbuhnya.
Mantan Ketua Umum Persis ini mengatakan, krisis yang dialami tim Laskar Sambernyawa sudah akut. Untuk menyembuhkannya dibutuhkan penanganan serius. "Banyak yang harus dibenahi, mulai dari managemen pengelolaan, managamen promosi, pendanaan dan lainnya. Faktor-faktor tersebut dibutuhkan agar bisa berprestasi," jelasnya.
Secara tegas, suksesor Jokowi ini menyemprot dua managemen, Persis LPIS dan Persis Liga. Kedua managemen tersebut masih amburadul dalam menyiapkan tim yang benar-benar kuat. "Tidak bisa tidak, musim depan Persis Solo hanya ada satu. Persis tidak boleh lagi ada dua," tegasnya.
Menurut dia, penyatuan Persis Solo juga harus dibarengi dengan menyiapkan fresh graduated untuk duduk di jajaran managerial. "Orang-orang dari dua kubu harus diganti. Saya akan gunakan orang luar dari dua kubu itu. Suka tidak suka, itu pasti ada dan akan terjadi. Yang pasti, nanti harus mencari orang luar,” jelasnya.
Perpecahan Persis mulai mengemuka saat mandeknya pergantian pengurus Pengcab PSSI Solo pada 2011 lalu. Sehingga, keberadaan dua managemen tersebut sebenarnya tidak sah. "Dua managemen tersebut sebenarnya tidak sah, jadi tidak boleh saling menyalahkan. Jadi wajar jika orang-orangnya di dua kubu (Persis LPIS dan Persis Liga) harus diganti. Cari yang baru," tegasnya.
Pria yang akrab disapa Rudy ini menegaskan, sudah bukan saatnya lagi warga tim Solo hanya menjadi penonton, menyaksikan tim-tim memperebutkan prestasi di Stadion Manahan. "Sepakbola Solo sedang krisis. Kalau Persis ingin mengikuti jejak tim-tim tersebut, dibutuhkan penanganan serius," katanya, Rabu (18/9/2013).
Empat musim terakhir, Stadion Manahan menjadi saksi tim-tim berpromosi dari Divisi Utama ke kasta tertinggi. Pada musim 2010, Persibo Bojonegoro, musim 2011 Persiba Bantul, 2012 Barito Putra dan terakhir 2013 adalah Persebaya. Sedangkan duo Persis, sama-sama terpuruk. Persis Liga yang berkompetisi di Divisi Utama Liga tidak mampu
menembus ke babak 12 besar. Persis LPIS meski berada papan atas, tapi nasibnya mengenaskan, dikenai sanksi diskualifikasi oleh Komdis PSSI. "Selama masih ribut (dualisme), Persis tidak mungkin bisa seperti mereka (tim-tim yang promosi ke kasta tertingi)," imbuhnya.
Mantan Ketua Umum Persis ini mengatakan, krisis yang dialami tim Laskar Sambernyawa sudah akut. Untuk menyembuhkannya dibutuhkan penanganan serius. "Banyak yang harus dibenahi, mulai dari managemen pengelolaan, managamen promosi, pendanaan dan lainnya. Faktor-faktor tersebut dibutuhkan agar bisa berprestasi," jelasnya.
Secara tegas, suksesor Jokowi ini menyemprot dua managemen, Persis LPIS dan Persis Liga. Kedua managemen tersebut masih amburadul dalam menyiapkan tim yang benar-benar kuat. "Tidak bisa tidak, musim depan Persis Solo hanya ada satu. Persis tidak boleh lagi ada dua," tegasnya.
Menurut dia, penyatuan Persis Solo juga harus dibarengi dengan menyiapkan fresh graduated untuk duduk di jajaran managerial. "Orang-orang dari dua kubu harus diganti. Saya akan gunakan orang luar dari dua kubu itu. Suka tidak suka, itu pasti ada dan akan terjadi. Yang pasti, nanti harus mencari orang luar,” jelasnya.
Perpecahan Persis mulai mengemuka saat mandeknya pergantian pengurus Pengcab PSSI Solo pada 2011 lalu. Sehingga, keberadaan dua managemen tersebut sebenarnya tidak sah. "Dua managemen tersebut sebenarnya tidak sah, jadi tidak boleh saling menyalahkan. Jadi wajar jika orang-orangnya di dua kubu (Persis LPIS dan Persis Liga) harus diganti. Cari yang baru," tegasnya.
(wbs)