CEO Persebaya: Haramkan IPL sinyal PSSI ketakutan
A
A
A
Sindonews.com - Keputusan PSSI tidak mengakui kompetisi Indonesian Premier League (IPL) memantik reaksi keras dari Persebaya. Manajemen tim berjuluk Bledug Ijo itu menuding jika induk oraganisasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu ketakutan.
CEO Persebaya IPL Cholid Goromah mengatakan PSSI mengeluarkan pernyataan tidak mengakui IPL sebagai kompetisi resmi hanya akal-akalan. "Saya tidak tahu ada skenario apa. Tampaknya PSSI lagi galau dengan adanya LPIS. Padahal LPIS satu-satunya operator kompetisi yang diakui oleh FIFA, " ucapnya.
Namun Cholid menduga, PSSI sedang dalam ketakutan karena sidang gugatan PT LPIS terhadapi PSSI sudah masuk dalam agenda persidangan Badan Abritase Olahraga Internasional (CAS), Oktober mendatang. "Apa karena mereka ketakutan adanya gugatan di CAS yang akan sidang Oktober nanti," ujarnya.
PT LPIS sendiri sudah melayangkan gugatan ke CAS, terkait hasil KLB PSSI yang dianggap tidak adil dalam melakukan menentukan format unifikasi liga musim depan. Sebab, klub IPL hanya diberikan jatah empat tim sementra ISL jauh lebih banyak yaitu 18 tim.
Ditambahkan Cholid, PSSI harusnya mematuhi kesepakatan di Kuala Lumpur dan menghormati amanah Kongres. "Padahal sudah jelas-jelas, MoU di Kuala Lumpur dan hasil Konges menyebut, bahwa di tahun 2013 ini ISL dan IPL jalan masing-masing. Tahun 2014 baru dilakukan unifikasi liga," ucapnya.
Alasan PSSI tidak mengakui IPL karena PT LPIS tidak memenuhi regulasi yang disyaratkan PSSI juga tidak masuk akal. "Kalau sekarang ada pernyataan bahwa banyak pelanggaran, itu urusan internal LPIS. Yang jelas MoU di Kuala Lumpur dan hasil Kongres harus ditaati. Kenapa mereka sekarang melanggar. Ada apa?" ucap mantan asisten manajer Persebaya ini.
Hingga saat ini, Cholid mengaku belum menerima surat resmi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) maupun PSSI terkait penghentian kompetisi IPL. "Tapi pernyataan Djoko (Sekjen PSSI) sudah keluar ke mana-mana. Sehingga tim Persebaya yang kemarin berangkat ke Aceh pun sempat bingung," tutur Cholid.
Sementara Wakil Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengatakan tidak punya hak membubarkan kompetisi IPL. Namun Komite Eksekutif melalui pertemuan di Hotel The Sultan, Jakarta, hari Sabtu (28/9) memutuskan sudah tidak mengakui hasil kompetisi IPL. Alasannya, PT Liga Primer Indonesia Sportindo (LPIS) selaku operator IPL tidak memenuhi hal-hal yang telah disyaratkan. "PSSI tidak punya hak membubarkan IPL, " ujarnya.
Ditambahkan Nyalla, PT LPIS telah diminta oleh Komisi Disiplin pada 18 September untuk merevisi klasemen dan jadwal pertandingan kompetisi IPL dan Divisi Utama-nya selama satu pekan. Namun syarat itu gagal dipenuhi. "Dari rapat Komite Eksekutif tadi malam, kami tidak mungkin membubarkan IPL. Cuma kami tidak mengakui hasilnya karena selama ini mereka berjalan tidak sesuai regulasi," tandasnya.
Terkait putaran kedua IPL yang masih berlangsung, PSSI juga tidak merlarang untuk tetap dilanjutkan, "Kami tidak melarang PT LPIS untuk melanjutkan putaran kedua IPL dan divisi utama, tapi validitasnya tidak diakui," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua Badan Tim Nasional itu.
Tidak lagi diakuinya IPL oleh PSSI dipastikan berimbas pada rencana unifikasi liga tahun depan. Kongres Luar Biasa PSSI pada Maret lalu memutuskan, bahwa peserta kasta teratas liga profesional pada tahun 2014 berasal dari 18 klub ISL dan empat klub IPL.
Terkait masalah unifikasi, La Nyalla mengatakan masih akan dibahas, pekan depan. "Kita lihat saja Rabu. Di hari itu unifikasi liga akan dibahas. Unifikasi tidak akan melihat hasil klasemen akhir IPL," tandasnya.
CEO Persebaya IPL Cholid Goromah mengatakan PSSI mengeluarkan pernyataan tidak mengakui IPL sebagai kompetisi resmi hanya akal-akalan. "Saya tidak tahu ada skenario apa. Tampaknya PSSI lagi galau dengan adanya LPIS. Padahal LPIS satu-satunya operator kompetisi yang diakui oleh FIFA, " ucapnya.
Namun Cholid menduga, PSSI sedang dalam ketakutan karena sidang gugatan PT LPIS terhadapi PSSI sudah masuk dalam agenda persidangan Badan Abritase Olahraga Internasional (CAS), Oktober mendatang. "Apa karena mereka ketakutan adanya gugatan di CAS yang akan sidang Oktober nanti," ujarnya.
PT LPIS sendiri sudah melayangkan gugatan ke CAS, terkait hasil KLB PSSI yang dianggap tidak adil dalam melakukan menentukan format unifikasi liga musim depan. Sebab, klub IPL hanya diberikan jatah empat tim sementra ISL jauh lebih banyak yaitu 18 tim.
Ditambahkan Cholid, PSSI harusnya mematuhi kesepakatan di Kuala Lumpur dan menghormati amanah Kongres. "Padahal sudah jelas-jelas, MoU di Kuala Lumpur dan hasil Konges menyebut, bahwa di tahun 2013 ini ISL dan IPL jalan masing-masing. Tahun 2014 baru dilakukan unifikasi liga," ucapnya.
Alasan PSSI tidak mengakui IPL karena PT LPIS tidak memenuhi regulasi yang disyaratkan PSSI juga tidak masuk akal. "Kalau sekarang ada pernyataan bahwa banyak pelanggaran, itu urusan internal LPIS. Yang jelas MoU di Kuala Lumpur dan hasil Kongres harus ditaati. Kenapa mereka sekarang melanggar. Ada apa?" ucap mantan asisten manajer Persebaya ini.
Hingga saat ini, Cholid mengaku belum menerima surat resmi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) maupun PSSI terkait penghentian kompetisi IPL. "Tapi pernyataan Djoko (Sekjen PSSI) sudah keluar ke mana-mana. Sehingga tim Persebaya yang kemarin berangkat ke Aceh pun sempat bingung," tutur Cholid.
Sementara Wakil Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengatakan tidak punya hak membubarkan kompetisi IPL. Namun Komite Eksekutif melalui pertemuan di Hotel The Sultan, Jakarta, hari Sabtu (28/9) memutuskan sudah tidak mengakui hasil kompetisi IPL. Alasannya, PT Liga Primer Indonesia Sportindo (LPIS) selaku operator IPL tidak memenuhi hal-hal yang telah disyaratkan. "PSSI tidak punya hak membubarkan IPL, " ujarnya.
Ditambahkan Nyalla, PT LPIS telah diminta oleh Komisi Disiplin pada 18 September untuk merevisi klasemen dan jadwal pertandingan kompetisi IPL dan Divisi Utama-nya selama satu pekan. Namun syarat itu gagal dipenuhi. "Dari rapat Komite Eksekutif tadi malam, kami tidak mungkin membubarkan IPL. Cuma kami tidak mengakui hasilnya karena selama ini mereka berjalan tidak sesuai regulasi," tandasnya.
Terkait putaran kedua IPL yang masih berlangsung, PSSI juga tidak merlarang untuk tetap dilanjutkan, "Kami tidak melarang PT LPIS untuk melanjutkan putaran kedua IPL dan divisi utama, tapi validitasnya tidak diakui," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua Badan Tim Nasional itu.
Tidak lagi diakuinya IPL oleh PSSI dipastikan berimbas pada rencana unifikasi liga tahun depan. Kongres Luar Biasa PSSI pada Maret lalu memutuskan, bahwa peserta kasta teratas liga profesional pada tahun 2014 berasal dari 18 klub ISL dan empat klub IPL.
Terkait masalah unifikasi, La Nyalla mengatakan masih akan dibahas, pekan depan. "Kita lihat saja Rabu. Di hari itu unifikasi liga akan dibahas. Unifikasi tidak akan melihat hasil klasemen akhir IPL," tandasnya.
(aww)