Vonis mati para 'revolusioner'

Jum'at, 04 Oktober 2013 - 15:52 WIB
Vonis mati para revolusioner
Vonis mati para 'revolusioner'
A A A
Sindonews.com — Keputusan PSSI memberlakukan sistem play-off terhadap kompetisi Indonesian Premier League (IPL), secara otomatis menghapus eksistensi empat klub asal Jawa Timur. Persebaya 1927, Arema IPL, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro tidak mendapatkan tempat di format baru tersebut.

Play-off hanya diikuti 10 klub dari 16 klub yang dulunya menjadi kontestan IPL. Empat klub Jawa Timur semuanya dianggap tak layak bermain di play-off karena tidak memiliki keanggotaan di PSSI. Ini merupakan antiklimaks klub Jawa Timur yang dulunya menyebut dirinya ‘revolusioner’.

Pada 2010 silam, Persebaya 1927 melalui Manajer Saleh Ismail Mukadar menjadi klub pencetus munculnya Liga Primer Indonesia (LPI). Saleh kala itu mengklaim Persebaya menjadi klub revolusioner karena sebagai pioneer perubahan di sepakbola Indonesia.

Langkah Persebaya yang merasa selalu dicurangi di Indonesia Super League (ISL), kemudian diikuti Persema Malang dan Persibo Bojonegoro. Alasannya sama persis, kedua klub yang sempat bermain di ISL itu membelot karena menganggap ISL tidak professional dan penuh kecurangan.

Bersamaan dengan pembelotan itu, Persema dan Persibo kemudian dipecat dari kenaggotaan PSSI. Ketika LPI berubah menjadi IPL, muncul Arema IPL yang merupakan pecahan dari klub Arema Indonesia. Sedangkan Arema lainnya, masih bertanding di ISL dan sekarang menjadi Arema Cronous.

Belum sempat menikmati revolusi yang salah arah, klub-klub tersebut harus gulung tikar seiring bergantinya kendali di PSSI. Persibo dan Persema tamat lebih dulu setelah didiskualifikasi dari IPL, sedangkan Persebaya 1927 dan Arema IPL menyusul kemudian dengan pemberlakuan play-off.

“Saya percaya ada skenario penghapusan beberapa klub-klub IPL, termasuk Persibo Bojonegoro,” kata Manajer Persibo Bojonegoro Yanuar Amni. Menurutnya, situasi di IPL sekarang ini menjadi kesempatan bagi PSSI untuk melakukan pembalasan terhadap klub yang dulu menentang ISL.

Persibo yang sekarang nasibnya tidak jelas setelah didiskualifikasi, masih berharap nantinya bisa bermain di Divisi Utama. Namun persoalannya Laskar Angling Dharma sudah tidak diakui sebagai anggota PSSI dan federasi sepakbola Indonesia itu tak berniat memberikan pengampunan.

“Kami inginnya tetap bermain di kompetisi professional atau minimal di Divisi I. Tapi melihat bagaimana cara PSSI mengambil keputusan saat ini, jujur saya mulai pesimistis. Sangat terlihat PSSI ingin menyingkirkan klub-klub yang dicabut keanggotaannya,” ujarnya.

Nasib Persibo nyaris sama sengan Persebaya 1927. Klub yang bertanding di IPL dihapuskan, kemudian memunculkan klub baru yang sejalur dengan ISL yakni Persebaya Surabaya yang baru promosi, serta Persibo 1949 yang bersiap tampil di kompetisi Divisi III.

Pendapat Persibo senada dengan Arema IPL. “Ini upaya mematikan klub-klub IPL di Jawa Timur. PSSI jelas tidak berusaha memunculkan solusi terhadap tim yang terlibat dualisme atau klub yang dipecat. Ini aneh karena klub IPL juga memiliki dasar hukum yang jelas,” kata Manajer Arema IPL Harrys Fambudi.

Dia menyodorkan fakta bahwa Arema IPL pada musim 2011-2012 lalu dinyatakan sebagai Arema yang sah oleh PSSI karena memang memiliki dasar hukum. Namun pada musim ini tiba-tiba PSSI tanpa dasar hukum apa pun menyatakan Arema IPL tidak memiliki keanggotaan di organisasi tersebut.

“Saya tidak habis pikir dengan keputusan yang diambil PSSI. Seakan sudah tidak ada hukum lagi di organisasi itu,” tambahnya. Pada musim 2011-2012, Arema IPL memang sempat dinyatakan sebagai Arema yang sah oleh PSSI dan bermain di IPL dalam dua musim terakhir.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1082 seconds (0.1#10.140)