Belum turunnya peralatan, PB ISSI berhutang ke toko sepeda
A
A
A
Sindonews.com - Pengurus Besar (PB) Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) dengan terpaksa memberanikan diri berutang kepada pihak lain, yakni kebeberapa toko sepeda guna memenuhi kebutuhan atlet dalam mempersiapkan diri, hal ini disebabkan karena belum turunnya peralatan dari Satlak Prima maupun dari Kemenpora yang bertanggung jawab terhadap jalannya Pelatnas.
“Ini kondisi Pelatnas yang paling mengenaskan. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tetapi, demi Merah Putih, atlet tetap giat berlatih tanpa terpengaruh dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut,” ucap pelatih kepala tim pelatnas balap sepeda SEA Games, Wahyudi Hidayat, kepada Sindonews.com melalui telepon seluler.
Wahyudi Hidayat menambahkan bahwa peralatan latihan yang digunakan atlet sekarang ini sudah banyak yang tidak layak pakai lagi. Untuk itu, dengan alasan keselamatan atlet tetap terjaga, PB ISSI harus membeli peralatan sendiri walaupun dengan sistem utang.
“Dengan modal kepercayaan, beberapa toko sepeda memperbolehkan kami untuk berhutang terlebih dahulu, jumlahnya sudah mencapai ratusan juta rupiah sejak Januari 2013,” lanjut Wahyudi.
“Selain itu, apa yang bisa kita beli dengan harga yang terjangkau, ya kita beli dulu. Dengan catatan ada jaminan akan diganti oleh Prima atau Kemenpora. Sebab, kalau kita menunggu terus, bisa berbahaya juga bila atlet memaksakan diri latihan dengan peralatan yang sudah tidak baik,” ucapnya.
Dia menyebutkan, ketika program latihan sudah masuk pada fase kompetisi utama, balap sepeda sudah tidak melakukan try out lagi guna menjaga kondisi atlet agar tetap prima. Bahkan di beberapa nomor balap sepeda sudah mulai menjalani program latihan tapering, yakni mengurangi volume latihan namun kualitasnya ditingkatkan.
Untuk itu, Wahyudi berharap agar peralatan segera turun karena seluruh peralatan yang akan digunakan pada lomba harus diujicoba dulu dalam latihan. Hal ini untuk menyesuaikan diri dengan peralatan baru, yang belum tentu cocok dengan seorang pebalap.
Wahyudi menargetkan, paling lambat minggu pertama Desember peralatan lomba sudah turun. Artinya, minimal seminggu sebelum lomba peralatan baru tersebut bias dicoba. Kalau tidak, Wahyudi tidak menjamin prestasi atlet akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
“Ini kondisi Pelatnas yang paling mengenaskan. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tetapi, demi Merah Putih, atlet tetap giat berlatih tanpa terpengaruh dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut,” ucap pelatih kepala tim pelatnas balap sepeda SEA Games, Wahyudi Hidayat, kepada Sindonews.com melalui telepon seluler.
Wahyudi Hidayat menambahkan bahwa peralatan latihan yang digunakan atlet sekarang ini sudah banyak yang tidak layak pakai lagi. Untuk itu, dengan alasan keselamatan atlet tetap terjaga, PB ISSI harus membeli peralatan sendiri walaupun dengan sistem utang.
“Dengan modal kepercayaan, beberapa toko sepeda memperbolehkan kami untuk berhutang terlebih dahulu, jumlahnya sudah mencapai ratusan juta rupiah sejak Januari 2013,” lanjut Wahyudi.
“Selain itu, apa yang bisa kita beli dengan harga yang terjangkau, ya kita beli dulu. Dengan catatan ada jaminan akan diganti oleh Prima atau Kemenpora. Sebab, kalau kita menunggu terus, bisa berbahaya juga bila atlet memaksakan diri latihan dengan peralatan yang sudah tidak baik,” ucapnya.
Dia menyebutkan, ketika program latihan sudah masuk pada fase kompetisi utama, balap sepeda sudah tidak melakukan try out lagi guna menjaga kondisi atlet agar tetap prima. Bahkan di beberapa nomor balap sepeda sudah mulai menjalani program latihan tapering, yakni mengurangi volume latihan namun kualitasnya ditingkatkan.
Untuk itu, Wahyudi berharap agar peralatan segera turun karena seluruh peralatan yang akan digunakan pada lomba harus diujicoba dulu dalam latihan. Hal ini untuk menyesuaikan diri dengan peralatan baru, yang belum tentu cocok dengan seorang pebalap.
Wahyudi menargetkan, paling lambat minggu pertama Desember peralatan lomba sudah turun. Artinya, minimal seminggu sebelum lomba peralatan baru tersebut bias dicoba. Kalau tidak, Wahyudi tidak menjamin prestasi atlet akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
(aww)