Komedian Bandung sentil Persib
A
A
A
Sindonews.com – Seniman dan pelawak asal Bandung, Rudi Jamil tak sungkan menyentil klub kesayangannya Persib Bandung. Gatal karena Maung Bandung tak kunjung bangun dari tidurnya, Rudi pun angkat bicara dan memberikan pandangannya terhadap kiprah Persib.
Aktor yang ikut berperan dalam film layar lebar produksi tahun 1989, Si Kabayan dan Gadis Kota tersebut. Menilai Persib harus berubah dalam beberapa hal. Salah satunya adalah menyingkirkan kebiasaan dan kesan memanjakan pemain.
Menurutnya, Persib yang saat ini sudah berdiri profesional karena berkiprah dibawah pengelolaan perusahaan dalam hal ini, PT. PBB harus menyingkirkan jauh-jauh image sebagai klub parlente.
Salah satu contoh yang menurut Rudi harus dilakukan Persib adalah memperketat kesepakatan sejumlah poin dalam draft kontrak pemain. Ia mengharapkan ada poin mengikat yang bisa membuat pemain loyal kepada tim. Sebab kata dia, salah satu hal yang hilang dari Persib saat ini adalah nilai dari sebuah loyalitas.
“Yang saya lihat dulu Persib bisa berprestasi karena para pemainnya memang punya motivasi, solidarity, obsesi, loyalty dan unity. Tapi jangan terlalu melihat ke belakang, sekarang lebih fokus kedepan,” kata Rudi.
“Menurut saya mungkin ada beberapa hal yang harus dibenahi, salah satunya dari sisi perjanjian kontrak. Misalnya dalam semusim tim 34 kali main dan seorang pemain harus ditarget berapa persen dalam semusim dia bisa main atau cetak gol. Jika tidak memenuhi perjanjian, maka harus ada sanksi-sanksi yang sebelumnya tertuang dalam kontrak,” tambahnya.
Rudi mengatakan hal itu perlu dilakukan Persib sebagai bentuk jika Persib saat ini memang sudah profesional atau lebih dari sekadar klub sepak bola karena pengelolaannya sudah seperti perusahaan.
“Harus ada keberanian dari perusahaan (PT. PBB), jangan ada pemain yang hanya sekadar jadi ‘partner’ pemain utama. Kalau ada pemain yang banyak duduk di bangku cadangan tanpa dimainkan, jelas dari kacamata perusahaan sangat merugikan. Lalu pemberitaan pun ikut berperan, media harus adil dan jangan sungkan mengkritisi terutama yang membangun. Karena semua harus berperan,” tandasnya.
Aktor yang ikut berperan dalam film layar lebar produksi tahun 1989, Si Kabayan dan Gadis Kota tersebut. Menilai Persib harus berubah dalam beberapa hal. Salah satunya adalah menyingkirkan kebiasaan dan kesan memanjakan pemain.
Menurutnya, Persib yang saat ini sudah berdiri profesional karena berkiprah dibawah pengelolaan perusahaan dalam hal ini, PT. PBB harus menyingkirkan jauh-jauh image sebagai klub parlente.
Salah satu contoh yang menurut Rudi harus dilakukan Persib adalah memperketat kesepakatan sejumlah poin dalam draft kontrak pemain. Ia mengharapkan ada poin mengikat yang bisa membuat pemain loyal kepada tim. Sebab kata dia, salah satu hal yang hilang dari Persib saat ini adalah nilai dari sebuah loyalitas.
“Yang saya lihat dulu Persib bisa berprestasi karena para pemainnya memang punya motivasi, solidarity, obsesi, loyalty dan unity. Tapi jangan terlalu melihat ke belakang, sekarang lebih fokus kedepan,” kata Rudi.
“Menurut saya mungkin ada beberapa hal yang harus dibenahi, salah satunya dari sisi perjanjian kontrak. Misalnya dalam semusim tim 34 kali main dan seorang pemain harus ditarget berapa persen dalam semusim dia bisa main atau cetak gol. Jika tidak memenuhi perjanjian, maka harus ada sanksi-sanksi yang sebelumnya tertuang dalam kontrak,” tambahnya.
Rudi mengatakan hal itu perlu dilakukan Persib sebagai bentuk jika Persib saat ini memang sudah profesional atau lebih dari sekadar klub sepak bola karena pengelolaannya sudah seperti perusahaan.
“Harus ada keberanian dari perusahaan (PT. PBB), jangan ada pemain yang hanya sekadar jadi ‘partner’ pemain utama. Kalau ada pemain yang banyak duduk di bangku cadangan tanpa dimainkan, jelas dari kacamata perusahaan sangat merugikan. Lalu pemberitaan pun ikut berperan, media harus adil dan jangan sungkan mengkritisi terutama yang membangun. Karena semua harus berperan,” tandasnya.
(wbs)