Pelita Jaya tetap menjadi momok bagi CLS
A
A
A
Sindonews.com - Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta tetap menjadi momok menakutkan bagi CLS Knights Surabaya. Pasukan besutan Kim Dong-won itu lagi-lagi dipaksa menyerah oleh Pelita Jaya, saat bentrok di seri pertama Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia 2013-2014 di GOR Bimasakti Malang, Minggu (17/11). Laga yang berlangsung superketat itu dimenangkan Pelita Jaya dengan keunggulan 60-54.
Sejak tip-off, Pelita Jaya langsung bermain eksplosif. Hendru Ramli mencuri dua poin awal dari tembakan dua poin, setelah menerima assist dari Ponsianus “Koming” Nyoman Indrawan. Beberapa detik kemudian, giliran Koming menggandakan poin Pelita Jaya.
Gempuran terus dilakukan oleh Pelita Jaya. CLS pun tak mau kalah dengan terus mengandalkan serangan cepat. Skor di kuarter pertama, berakhir dengan dominasi Pelita Jaya 18-11.
Di kuarter kedua, CLS dan Pelita Jaya masih menjaga tempo permainan. Saat medio kuarter ini, CLS punya empat peluang beruntun yang semuanya gagal dieksekusi sempurna. Meski gagal memanfaatkan beberapa peluang, field goal CLS masih lebih baik dibandingkan kuarter sebelumnya. Bila kuarter pertama field goal hanya 22 persen, di kuarter kedua field goal CLS 28 persen. CLS memperkecil margin menjadi 25-27, masih untuk keunggulan Pelita Jaya.
Usai jeda kuarter, Mario Wuysang tampil lebih impresif. Berkali-kali pergerakan pemain baru CLS ini sulit dibendung Pelita Jaya selama kuarter ketiga. Strategi kedua tim, terlihat jelas di kuarter ketiga ini. Pundi-pundi poin CLS, bertambah karena kecepatan pemain mereka. Sedangkan Pelita Jaya, mengandalkan akurasi. Saat penghujung kuarter ketiga, Pelita Jaya masih memimpin laga 47-37.
Tensi laga memuncak di kuarter akhir. CLS mengganti strategi bertahan dari half court press jadi full court press. Strategi ini, cukup menguras stamina pemain CLS. Sementara itu, Pelita Jaya tetap tampil dengan determinasi tinggi.
“Kami tahu betul CLS kehabisan stamina karena mereka bermain habis-habisan di laga sebelumnya. Selain itu, mereka hanya memutar strategi yang itu-itu saja. Saat zone defense mereka gagal, mereka coba man-to-man. Saat man-to-man gagal, mereka kembali pakai zone defense. Hal itu bisa kami antisipasi dengan baik,” ungkap Nathaniel Canson, pelatih Pelita Jaya.
Tiga pemain Pelita Jaya mencetak double digit poin dalam laga itu. Dan yang paling menonjol adalah Koming. Pemain asal Pulau Dewata ini membukukan double-double keenam sepanjang karirnya di NBL Indonesia melalui donasi 16 poin dan 12 rebounds.
Shooting guard kelahiran Malang, Dimas Aryo Dewanto, juga tampil impresif melalui sumbangan 16 poin, 5 rebound dan 4 assist. Disusul oleh Andy ’Batam’ Poedjakesuma yang menceploskan 14 poin.
Sementara di kubu CLS, Dimaz Muharri tampil paling menonjol dengan menceploskan 14 poin, 9 rebound, 6 assist, dan 4 steal. Tiga pemain CLS lainnya juga mencetak double digit poin, yakni Sandy Febiansyakh (12 poin), Mario Wuysang (11 poin), dan Arif Hidayat (10 poin).
Sejak tip-off, Pelita Jaya langsung bermain eksplosif. Hendru Ramli mencuri dua poin awal dari tembakan dua poin, setelah menerima assist dari Ponsianus “Koming” Nyoman Indrawan. Beberapa detik kemudian, giliran Koming menggandakan poin Pelita Jaya.
Gempuran terus dilakukan oleh Pelita Jaya. CLS pun tak mau kalah dengan terus mengandalkan serangan cepat. Skor di kuarter pertama, berakhir dengan dominasi Pelita Jaya 18-11.
Di kuarter kedua, CLS dan Pelita Jaya masih menjaga tempo permainan. Saat medio kuarter ini, CLS punya empat peluang beruntun yang semuanya gagal dieksekusi sempurna. Meski gagal memanfaatkan beberapa peluang, field goal CLS masih lebih baik dibandingkan kuarter sebelumnya. Bila kuarter pertama field goal hanya 22 persen, di kuarter kedua field goal CLS 28 persen. CLS memperkecil margin menjadi 25-27, masih untuk keunggulan Pelita Jaya.
Usai jeda kuarter, Mario Wuysang tampil lebih impresif. Berkali-kali pergerakan pemain baru CLS ini sulit dibendung Pelita Jaya selama kuarter ketiga. Strategi kedua tim, terlihat jelas di kuarter ketiga ini. Pundi-pundi poin CLS, bertambah karena kecepatan pemain mereka. Sedangkan Pelita Jaya, mengandalkan akurasi. Saat penghujung kuarter ketiga, Pelita Jaya masih memimpin laga 47-37.
Tensi laga memuncak di kuarter akhir. CLS mengganti strategi bertahan dari half court press jadi full court press. Strategi ini, cukup menguras stamina pemain CLS. Sementara itu, Pelita Jaya tetap tampil dengan determinasi tinggi.
“Kami tahu betul CLS kehabisan stamina karena mereka bermain habis-habisan di laga sebelumnya. Selain itu, mereka hanya memutar strategi yang itu-itu saja. Saat zone defense mereka gagal, mereka coba man-to-man. Saat man-to-man gagal, mereka kembali pakai zone defense. Hal itu bisa kami antisipasi dengan baik,” ungkap Nathaniel Canson, pelatih Pelita Jaya.
Tiga pemain Pelita Jaya mencetak double digit poin dalam laga itu. Dan yang paling menonjol adalah Koming. Pemain asal Pulau Dewata ini membukukan double-double keenam sepanjang karirnya di NBL Indonesia melalui donasi 16 poin dan 12 rebounds.
Shooting guard kelahiran Malang, Dimas Aryo Dewanto, juga tampil impresif melalui sumbangan 16 poin, 5 rebound dan 4 assist. Disusul oleh Andy ’Batam’ Poedjakesuma yang menceploskan 14 poin.
Sementara di kubu CLS, Dimaz Muharri tampil paling menonjol dengan menceploskan 14 poin, 9 rebound, 6 assist, dan 4 steal. Tiga pemain CLS lainnya juga mencetak double digit poin, yakni Sandy Febiansyakh (12 poin), Mario Wuysang (11 poin), dan Arif Hidayat (10 poin).
(wbs)