Indra: Indonesia butuh SSB modern terpadu
A
A
A
Sindonews.com - Sekolah Sepak Bola (SSB) yang menjamur di seantero Indonesia ternyata,
belum menjamin keberlangsungan dan kualitas pemain sepak bola di masa depan. Saat ini, masih
dibutuhkan SSB terpadu yang memiliki manajemen dan sistem modern.
Kritik kelemahan keberadaan SSB di Indonesia tersebut dilontarkan pelatih Timnas U-19 Indra Sjafrie, saat bersama Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin meninjau lokasi pembangunan Aji Santoso International Football Academy (ASIFA), di Kompleks Lapangan Mojolanggu, Kota Malang.
Indra, yang sukses membawa Tim Gauda Jaya melaju ke putaran final Piala Asia U-19. mengaku, meski masih banyak kekurangan yang terjadi di SSB yang ada di Indonesia. Tetapi, dia merasa sangat bersyukur, karena masih banyak masyarakat yang peduli terhadap sepak bola nasional. ''Kalau tidak ada SSB, saya pasti akan sulit mendapatkan pemain untuk Timnas,” tuturnya.
Saat ini, jumlah SSB di Indonesia, menurut pelatih berdarah Padang ini, sudah sangat berlebih. Sayangnya, kuantitas SSB yang tumbuh seperti jamur di musim penghujan tersebut, belum dibarengi dengan peningkatan kualitas sistem pendidikan, dan manajemen kepelatihan di dalamnya.
Potensi anak-anak Indonesia, untuk menjadi pemain sepak bola sangatlah besar. Tentunya, potensi
tersebut harus dikelola dengan baik.
''Pelatih yang ada di SSB, harus terus belajar tentang sepak bola. Jangan mentang-mentang mantan pemain hebat, terus mereka tidak mau belajar lagi saat melatih. Belajar sangat penting, karena sepak bola terus berkembang. Kalau tidak belajar, pastinya akan tertinggal,” terangnya.
SSB terpadu, seperti yang dilakukan ASIFA, menurutnya, harus dibangun di setiap daerah. Seperti
halnya di setiap provinsi, atau bahkan di setiap kabupaten/kota. SSB terpadu, selain dilatih oleh pelatih
profesional, tentunya harus memiliki fasilitas yang berkualitas, meskipun masih sederhana bentuknya.
Selama ini, kelemahan yang tidak bisa ditutupi saat melakukan pembinaan di SSB, adalah ketersediaan lapangan dan fasilitas pendukung yang memadahi. ''Banyak pemain yang berlatih di luar negeri bercerita, di luar negeri fasilitasnya sangat bagus. Lapangannya menggunakan rumput bagus. Makanya, skill dan kemampuan pemain bisa diasah dengan baik,” katanya.
Faktor pendukung lainnya, menurut dia adalah adanya sistem kompetisi untuk SSB yang berkualitas.
Selama ini, SSB lebih banyak dihadapkan pada turnamen, yang hanya bertujuan mengejar
kemenangan. Akhirnya, keberlanjutan berkompetisi tidak ada, dan pemain SSB lebih diforsir hanya
untuk mencari kemenangan, meskipun itu dengan cara yang curang.
belum menjamin keberlangsungan dan kualitas pemain sepak bola di masa depan. Saat ini, masih
dibutuhkan SSB terpadu yang memiliki manajemen dan sistem modern.
Kritik kelemahan keberadaan SSB di Indonesia tersebut dilontarkan pelatih Timnas U-19 Indra Sjafrie, saat bersama Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin meninjau lokasi pembangunan Aji Santoso International Football Academy (ASIFA), di Kompleks Lapangan Mojolanggu, Kota Malang.
Indra, yang sukses membawa Tim Gauda Jaya melaju ke putaran final Piala Asia U-19. mengaku, meski masih banyak kekurangan yang terjadi di SSB yang ada di Indonesia. Tetapi, dia merasa sangat bersyukur, karena masih banyak masyarakat yang peduli terhadap sepak bola nasional. ''Kalau tidak ada SSB, saya pasti akan sulit mendapatkan pemain untuk Timnas,” tuturnya.
Saat ini, jumlah SSB di Indonesia, menurut pelatih berdarah Padang ini, sudah sangat berlebih. Sayangnya, kuantitas SSB yang tumbuh seperti jamur di musim penghujan tersebut, belum dibarengi dengan peningkatan kualitas sistem pendidikan, dan manajemen kepelatihan di dalamnya.
Potensi anak-anak Indonesia, untuk menjadi pemain sepak bola sangatlah besar. Tentunya, potensi
tersebut harus dikelola dengan baik.
''Pelatih yang ada di SSB, harus terus belajar tentang sepak bola. Jangan mentang-mentang mantan pemain hebat, terus mereka tidak mau belajar lagi saat melatih. Belajar sangat penting, karena sepak bola terus berkembang. Kalau tidak belajar, pastinya akan tertinggal,” terangnya.
SSB terpadu, seperti yang dilakukan ASIFA, menurutnya, harus dibangun di setiap daerah. Seperti
halnya di setiap provinsi, atau bahkan di setiap kabupaten/kota. SSB terpadu, selain dilatih oleh pelatih
profesional, tentunya harus memiliki fasilitas yang berkualitas, meskipun masih sederhana bentuknya.
Selama ini, kelemahan yang tidak bisa ditutupi saat melakukan pembinaan di SSB, adalah ketersediaan lapangan dan fasilitas pendukung yang memadahi. ''Banyak pemain yang berlatih di luar negeri bercerita, di luar negeri fasilitasnya sangat bagus. Lapangannya menggunakan rumput bagus. Makanya, skill dan kemampuan pemain bisa diasah dengan baik,” katanya.
Faktor pendukung lainnya, menurut dia adalah adanya sistem kompetisi untuk SSB yang berkualitas.
Selama ini, SSB lebih banyak dihadapkan pada turnamen, yang hanya bertujuan mengejar
kemenangan. Akhirnya, keberlanjutan berkompetisi tidak ada, dan pemain SSB lebih diforsir hanya
untuk mencari kemenangan, meskipun itu dengan cara yang curang.
(aww)