50 induk olahraga geruduk kantor Menpora
A
A
A
Sindonews.com - Perwakilan 50 induk organisasi olahraga atau yang dikenal dengan nama Pengurus Besar (PB) gerah melihat sikap Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, yang dinilai lamban dalam mengurusi polemik berkepanjangan yang terjadi antara KONI dengan KOI. Karenanya mereka berbondong-bondong datang ke tempat kerja mantan anggota DPR komisi X tersebut hanya untuk mengusulkan penyatuan kedua badan olahraga tersebut.
Tak hanya mendatangi kantor Menpora, para perwakilan itu langsung menyerahkan tanda tangan yang dikumpulkan sebelumnyake Roy sebagai tanda keinginan mereka agar KONI dan KOI bisa dilebur kembali, minimal pelaksanaan kerjanya dalam memajukan prestasi atlet nasional.
"Keinginan kami menghadap Menpora adalah menyatukan kembali KOI dan KONI yang selama ini berselisih pendapat dalam pelaksanaan kewajiban dan haknya saat mempersiapkan atlet menuju multi event internasional," jelas Ketua Umum Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (Perkemi), Kusumo HM di laman Satlak Prima, Jumat (24/1).
"Kami berharap, dalam waktu dekat pembinaan olahraga nasional satu visi dan misi menggapai prestasi puncak di multi event internasional,” sambungnya.
Kusumo menambahkan bila semua induk organisasi olahraga menginginkan adanya satu pimpinan seperti di era Wismoyo Arismunanda dan Agum Gumelar. Melalui satu pucuk pimpinan semua harapan dan keinginan induk organisasi olahraga bisa terselesaikan. Namun setelah KONI dan KOI dipisah melalui UU No 3 tahun 2005 KONI dan KOI tarik menarik dalam memberikan kebijakan.
Bahkan terkesan KOI “over laping” menjalankan tugas KONI seperti halnya pengukuhan induk organisasi olahraga. Padahal, sejak jaman dulu, KOI tidak memiliki anggota, meski mempunyai AD/ART. Namun diera reformasi KOI menyatakan memiliki anggota dan berhak juga mengukuhkan induk organisasi olahraga yang selesai menggelar Munas. Padahal di daerah tidak ada yang namanya KOI daerah. Sementara KONI sudah jelas memiliki KONIDA diberbagai daerah yang ada di Tanah Air.
Senada dengan Kusumo, Sekjen PB PGSI, Sonny Santoso menegaskan, KONI dan KOI seharusnya menjadi satu atap. Dengan begitu tidak ada lagi perselisihan pendapat saat mengirim atlet ke multi event internasional. Kondisi seperti itu sempat terjadi saat pengadaan alat-alat pertandingan yang akhirnya baru keluar setelah atlet tampil di SEA Games XXVII Myanmar 2013.
"Kejadian yang memalukan itu tidak boleh terjadi lagi dimasa mendatang, apalagi Indonesia menyiapkan atlet menuju Asian Games di Korsel September 2014 dan SEA Games di Singapura tahun 2015. Dengan harapan, kontingen olahraga nasional lebih solid dan menyatu dalam menggapai prestasi puncak," timpal Sony.
Tak hanya mendatangi kantor Menpora, para perwakilan itu langsung menyerahkan tanda tangan yang dikumpulkan sebelumnyake Roy sebagai tanda keinginan mereka agar KONI dan KOI bisa dilebur kembali, minimal pelaksanaan kerjanya dalam memajukan prestasi atlet nasional.
"Keinginan kami menghadap Menpora adalah menyatukan kembali KOI dan KONI yang selama ini berselisih pendapat dalam pelaksanaan kewajiban dan haknya saat mempersiapkan atlet menuju multi event internasional," jelas Ketua Umum Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (Perkemi), Kusumo HM di laman Satlak Prima, Jumat (24/1).
"Kami berharap, dalam waktu dekat pembinaan olahraga nasional satu visi dan misi menggapai prestasi puncak di multi event internasional,” sambungnya.
Kusumo menambahkan bila semua induk organisasi olahraga menginginkan adanya satu pimpinan seperti di era Wismoyo Arismunanda dan Agum Gumelar. Melalui satu pucuk pimpinan semua harapan dan keinginan induk organisasi olahraga bisa terselesaikan. Namun setelah KONI dan KOI dipisah melalui UU No 3 tahun 2005 KONI dan KOI tarik menarik dalam memberikan kebijakan.
Bahkan terkesan KOI “over laping” menjalankan tugas KONI seperti halnya pengukuhan induk organisasi olahraga. Padahal, sejak jaman dulu, KOI tidak memiliki anggota, meski mempunyai AD/ART. Namun diera reformasi KOI menyatakan memiliki anggota dan berhak juga mengukuhkan induk organisasi olahraga yang selesai menggelar Munas. Padahal di daerah tidak ada yang namanya KOI daerah. Sementara KONI sudah jelas memiliki KONIDA diberbagai daerah yang ada di Tanah Air.
Senada dengan Kusumo, Sekjen PB PGSI, Sonny Santoso menegaskan, KONI dan KOI seharusnya menjadi satu atap. Dengan begitu tidak ada lagi perselisihan pendapat saat mengirim atlet ke multi event internasional. Kondisi seperti itu sempat terjadi saat pengadaan alat-alat pertandingan yang akhirnya baru keluar setelah atlet tampil di SEA Games XXVII Myanmar 2013.
"Kejadian yang memalukan itu tidak boleh terjadi lagi dimasa mendatang, apalagi Indonesia menyiapkan atlet menuju Asian Games di Korsel September 2014 dan SEA Games di Singapura tahun 2015. Dengan harapan, kontingen olahraga nasional lebih solid dan menyatu dalam menggapai prestasi puncak," timpal Sony.
(akr)