Sang pengadil kerap jadi kambing hitam

Jum'at, 18 April 2014 - 01:23 WIB
Sang pengadil kerap...
Sang pengadil kerap jadi kambing hitam
A A A
Sindonews.com - Tidak bisa dipungkiri peran wasit begitu sentral dalam sebuah pertandingan sepak bola tidak terkecuali di Indonesia. Di kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, nyatanya masih ada wasit yang dijadikan kambing hitam kekalahan sebuah klub.

Diawal-awal bergulirnya kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, peran wasit langsung mendapatkan sorotan. Karena tidak tegasnya sang pengadil memimpin, tidak jarang sebuah laga malah berakhir dengan kericuhan. Dan hal itu terjadi di laga pembuka ISL antara Persebaya Surabaya menjamu Mitra Kukar.

Tidak hanya itu, wasit kembali jadi pihak yang disalahkan dalam laga Persipura Jayapura menjamu Persiba Balikpapan, 20 Februari lalu. Saking kecewanya dengan kepemimpinan wasit, pelatih Beruang Madu, julukan Persiba, Jaya Hartono, sampai berstatemen Persiba dirampok wasit.

"Kami dirampok wasit. Bagaimana sepakbola kita mau maju kalau fair play tidak ada. Seharusnya kami mendapat penalti, tapi tak diberikan wasit," ungkap Jaya, kala itu.

Pernyataan keras Jaya soal kinerja wasit yang memimpin laga tersebut yaitu Ahmad Suparman, langsung membuat Komite Wasit PSSI bergerak. Keputusan memberhentikan Ahmad pun diambil. Dan sampai saat ini, wasit asal Bandung tersebut tidak lagi memimpin satu pun laga ISL.

Demi menjaga kinerja wasit, PSSI mencoba berbagai cara. Salah satunya dengan menggelar seminar khusus wasit bertajuk Referee Enhancement Programme, 18-20 Maret yang lalu. Dari seminar itu, PSSI berharap wasit-wasit di Indonesia bisa menunjukan performa jempolan baik di dalam maupun di luar lapangan.

"Sepakat kita semua jika wasit yang paling bisa memproteksi sepak bola itu sendiri. Oleh karenanya kami ingin sekali kinerja para wasit tidak harus di posisi yang selalu dibicarakan dalam konteks yang negatif," ungkap Sekretaris Jendral (Sekjen) PSSI, Joko Driyono.

"Dan kami ingin sekali berjuang dan menunjukkan kepada masyarakat luas, jika wasit sebenarnya manusia di atas rata-rata. Yang saya yakin akan bekerja sama dengan elemen di PSSI untuk membuat sepak bola Indonesia menjadi sangat sulit untuk diprediksi," sambung Joko, yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesia (Liga).

Tidak hanya itu, PSSI dan Komite Media yang bekerjasama dengan 11 media di Tanah Air, juga telah menjalankan program wasit terbaik di setiap bulannya. Penilaian-penilaian yang dilakukan di luar dari aspek-aspek yang menjadi domain dari Komite Wasit itu sendiri.

Di dua bulan (Februari-Maret) pertama kompetisi ISL bergulir, sudah ada dua nama wasit yang terpilih sebagai wasit terbaik di setiap bulannya. Untuk bulan Februari, wasit muda Thoriq Al Khatiri dinobatkan menjadi yang terbaik. Sementara di periode Maret, Maulana Nugraha berhasil menggantikan Thoriq sebagai yang terbaik.

"Semoga dengan saya terima penghargaan wasit terbaik di bulan maret ini, semoga tidak menjadikan saya sombong dan takabur. Melainkan sebaliknya, dengan adanya penghargaan ini bisa memacu saya bisa lebih baik lagi untuk diri sendiri dan kemajuan sepak bola Indonesia," harap Nugraha.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5064 seconds (0.1#10.140)