Rudy : Kita sulit kejar poin di Surabaya
A
A
A
Sindonews.com -- Pelatih Kepala PSM, Rudy William Ketjes mengakui sulit mengejar ketertinggalan jika skuad Juku Eja tetap bermain di stadion Bung Tomo Surabaya diputarak kedua kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim ini.
Hal itu diungkapkan langsung oleh mantan pemain Niac Mitra ini, menurutnya jika memang PSM ingin mengejar ketertinggalan maka harus bermain di hadapan publiknya sendiri. "Kita harus ke Makassar, karena jika bermarkas di Surabaya saya rasa sulit untuk mengejar ketertinggalan," kata dia saat dikonfirmasi SINDO.
Memang saat ini, tim tertua di Indonesia tersebut berada dalam zona degradasi diparuh musim. Raihan ini didapatkan oleh Ponaryo Astaman dkk, setelah sepuluh laga yang dijalani hanya mampu mengemas dua kemenangan, tiga imbang dan lima kali menelan kekalahan. Catatan ini sangat buruk untuk tim sekelas PSM.
Selain alasan teknis, masalah homebase juga dinilai menjadi faktor hingga membuat tim berjuluk Ayam Jantan dari Timur tersebut berada dizona degradasi, apalagi setelah manajemen PT Pagolona Sulawesi Mandiri yang menaungi PSM memutuskan meninggalkan stadion Mattoanging untuk dan menggunakan stadion Gelora Bung Tomo Surabaya sebagai markasnya.
Rudy juga mengungkapkan, memang masalah homebase sangat diperlukan oleh timnya. Apalagi, saat ini situasinya sangat berbeda. "Selain masalah teknis, kita harap PSM bisa kembali bermain di Makassar. Diputaran kedua kita harus mengejar," ungkapnya.
Sejauh ini, memang kelompok suporter PSM terus menyerukan agar tim kebanggaan mereka yakni PSM bisa kembali berlaga di Makassar. Apalagi sejak putaran pertama tim kebanggaan masyarakat Sulsel ini dinilai tidak begitu maksimal karena bermain di luar kandang saat berstatus home.
Sementara itu, Kordinator Red Gank Sul Dg Kulle mengatakan, dirinya berharap agar PSM bisa kembali ke Makassar diputaran kedua nantinya. "Kita hanya berharap agar stadion bisa lolos verifikasi dan bisa digunakan PSM diputaran kedua nantinya.
Hal itu diungkapkan langsung oleh mantan pemain Niac Mitra ini, menurutnya jika memang PSM ingin mengejar ketertinggalan maka harus bermain di hadapan publiknya sendiri. "Kita harus ke Makassar, karena jika bermarkas di Surabaya saya rasa sulit untuk mengejar ketertinggalan," kata dia saat dikonfirmasi SINDO.
Memang saat ini, tim tertua di Indonesia tersebut berada dalam zona degradasi diparuh musim. Raihan ini didapatkan oleh Ponaryo Astaman dkk, setelah sepuluh laga yang dijalani hanya mampu mengemas dua kemenangan, tiga imbang dan lima kali menelan kekalahan. Catatan ini sangat buruk untuk tim sekelas PSM.
Selain alasan teknis, masalah homebase juga dinilai menjadi faktor hingga membuat tim berjuluk Ayam Jantan dari Timur tersebut berada dizona degradasi, apalagi setelah manajemen PT Pagolona Sulawesi Mandiri yang menaungi PSM memutuskan meninggalkan stadion Mattoanging untuk dan menggunakan stadion Gelora Bung Tomo Surabaya sebagai markasnya.
Rudy juga mengungkapkan, memang masalah homebase sangat diperlukan oleh timnya. Apalagi, saat ini situasinya sangat berbeda. "Selain masalah teknis, kita harap PSM bisa kembali bermain di Makassar. Diputaran kedua kita harus mengejar," ungkapnya.
Sejauh ini, memang kelompok suporter PSM terus menyerukan agar tim kebanggaan mereka yakni PSM bisa kembali berlaga di Makassar. Apalagi sejak putaran pertama tim kebanggaan masyarakat Sulsel ini dinilai tidak begitu maksimal karena bermain di luar kandang saat berstatus home.
Sementara itu, Kordinator Red Gank Sul Dg Kulle mengatakan, dirinya berharap agar PSM bisa kembali ke Makassar diputaran kedua nantinya. "Kita hanya berharap agar stadion bisa lolos verifikasi dan bisa digunakan PSM diputaran kedua nantinya.
(wbs)