Hilangkan Ketergantungan
A
A
A
PORTO ALEGRE - Perlawanan super defensif di Grup F mungkin tidak pernah diduga Argentina sebelumnya. Menghadapi Iran dan Bosnia Herzegovina dengan level jauh di bawahnya, tim Tango hanya menciptakan dua gol lewat Lionel Messi dan sebuah gol bunuh diri.
Itu sangat kontras dengan penampilan pemain di level klub. Tridente Argentina yakni Lionel Messi, Kun Aguero dan Gonzalo Higuain total menciptakan 93 gol selama musim 2013/2014. Dalam babak kualifikasi Piala Dunia, Messi mengemas 10 gol, Higuain sembilan gol dan Aguero lima gol.
Ke mana produktivitas tersebut menguap? Faktor lawan tentu sangat berpengaruh. Iran dan Bosnia menutup semua akses ke gawang mereka, sehingga Argentina membutuhkan keajaiban dari aksi individual Lionel Messi. Solidnya pertahanan lawan faktanya juga ikut merusak performa pemain.
Dicomot dari kalkulasi FIFA, mesin kreativitas Argentina hanya menyelesaikan 40 dari total 64 umpan atau dengan rasio 62%. Saat lawan Iran, pemain sekelas Higuain hanya mampu melakukan umpan sukses 10 kali, sedangkan Aguero cuma sukses 12 kali dalam 24 umpan.
Argentina pun tergantung sepenuhnya pada Lionel Messi sebagai pengoyak jala lawan. Ini memunculkan kekhawatiran sendiri bahwa tim Tanggo sulit menang jika Messi tak mendapat ruang. Kecemasan diutarakan eks pemain Argentina Andres D'Alessandro.
Laga kontra Nigeria menurutnya menjadi kesempatan bagi Tango untuk lebih berkembang dan tidak hanya berharap pada Messi belaka. "Sangat wajar Messi mendapat tekanan, katera dia pemain terbaik dunia. Tekanan yang dia peroleh sangat natural," ucap Andres kepada Sportal.
Pemain yang pernah masuk skuad Argentina pada 2003-2011 menambahkan, "Persoalannya Argentina tidak bisa seterusnya tergantung Messi. Sama dengan pemain lain, dia manusia yang terkadang bermain bagus dan beruntung, tapi kadang juga tidak."
Dia mengajurkan Argentina segera mengoptimalkan potensi terbaiknya di laga terakhir lawan Nigeria, sehingga tak ada persoalan yang perlu dikhawatirkan pada babak 16 besar. Andres menilai kritikan terhadap tim Argentina harus disikapi dengan bijak.
"Munculnya kritik di media memperlihatkan Argentina belum maksimal. Itu berarti orang menilai Argentina masih punya kemampuan lebih dibanding yang sudah diperlihatkan di Grup F. Babak 16 besar akan lebih berat dan Argentina harus siap," urai pemain dengan 39 caps untuk Albicelesti ini.
Kendati belum puas melihat performa negaranya, Andres D'Alessandro optimistis bakal ada progress positif yang dicatat tim arahan Alejandro Sabella. Alasannya, Argentina telah melewati dua pertandingan rumit dan tetap bisa menemukan celah di antara sekian pemain lawan yang menumpuk.
Winger Argentina Angel Di Maria menyatakan bukan timnya yang bermain kurang bagus di dua laga terdahulu. Disebutnya semua dipicu strategi lawan yang kelewat defensif sehingga tak memberikan ruang dalam memainkan bola bagi penyerang-penyerang Argentina.
"Saya tak mengerti kenapa masih ada orang yang mengatakan kami bermain kurang bagus. Dengan lawan menumpuk 11 pemainnya di pertahanan, hampir tidak mungkin menembus mereka," ucap Di Maria yang frustrasi menghadapi strategi 'parkir bus' Iran.
Itu sangat kontras dengan penampilan pemain di level klub. Tridente Argentina yakni Lionel Messi, Kun Aguero dan Gonzalo Higuain total menciptakan 93 gol selama musim 2013/2014. Dalam babak kualifikasi Piala Dunia, Messi mengemas 10 gol, Higuain sembilan gol dan Aguero lima gol.
Ke mana produktivitas tersebut menguap? Faktor lawan tentu sangat berpengaruh. Iran dan Bosnia menutup semua akses ke gawang mereka, sehingga Argentina membutuhkan keajaiban dari aksi individual Lionel Messi. Solidnya pertahanan lawan faktanya juga ikut merusak performa pemain.
Dicomot dari kalkulasi FIFA, mesin kreativitas Argentina hanya menyelesaikan 40 dari total 64 umpan atau dengan rasio 62%. Saat lawan Iran, pemain sekelas Higuain hanya mampu melakukan umpan sukses 10 kali, sedangkan Aguero cuma sukses 12 kali dalam 24 umpan.
Argentina pun tergantung sepenuhnya pada Lionel Messi sebagai pengoyak jala lawan. Ini memunculkan kekhawatiran sendiri bahwa tim Tanggo sulit menang jika Messi tak mendapat ruang. Kecemasan diutarakan eks pemain Argentina Andres D'Alessandro.
Laga kontra Nigeria menurutnya menjadi kesempatan bagi Tango untuk lebih berkembang dan tidak hanya berharap pada Messi belaka. "Sangat wajar Messi mendapat tekanan, katera dia pemain terbaik dunia. Tekanan yang dia peroleh sangat natural," ucap Andres kepada Sportal.
Pemain yang pernah masuk skuad Argentina pada 2003-2011 menambahkan, "Persoalannya Argentina tidak bisa seterusnya tergantung Messi. Sama dengan pemain lain, dia manusia yang terkadang bermain bagus dan beruntung, tapi kadang juga tidak."
Dia mengajurkan Argentina segera mengoptimalkan potensi terbaiknya di laga terakhir lawan Nigeria, sehingga tak ada persoalan yang perlu dikhawatirkan pada babak 16 besar. Andres menilai kritikan terhadap tim Argentina harus disikapi dengan bijak.
"Munculnya kritik di media memperlihatkan Argentina belum maksimal. Itu berarti orang menilai Argentina masih punya kemampuan lebih dibanding yang sudah diperlihatkan di Grup F. Babak 16 besar akan lebih berat dan Argentina harus siap," urai pemain dengan 39 caps untuk Albicelesti ini.
Kendati belum puas melihat performa negaranya, Andres D'Alessandro optimistis bakal ada progress positif yang dicatat tim arahan Alejandro Sabella. Alasannya, Argentina telah melewati dua pertandingan rumit dan tetap bisa menemukan celah di antara sekian pemain lawan yang menumpuk.
Winger Argentina Angel Di Maria menyatakan bukan timnya yang bermain kurang bagus di dua laga terdahulu. Disebutnya semua dipicu strategi lawan yang kelewat defensif sehingga tak memberikan ruang dalam memainkan bola bagi penyerang-penyerang Argentina.
"Saya tak mengerti kenapa masih ada orang yang mengatakan kami bermain kurang bagus. Dengan lawan menumpuk 11 pemainnya di pertahanan, hampir tidak mungkin menembus mereka," ucap Di Maria yang frustrasi menghadapi strategi 'parkir bus' Iran.
(wbs)