Tyson: Saya Mati Tanpa Tinju
A
A
A
MANCHESTER - Setiap atlet tinju tak ada yang pernah mengungkapkan alasan mereka mengapa memilih olahraga yang dikenal dengan kekerasan ini. Tapi tidak untuk Tyson Fury. Petinju kelas berat ini mengatakan bahwa dia akan mati jika tak berada di atas ring.
Sejak lahir dari seorang ayah yang juga merupakan seorang petinju kelas berat profesional John Fury. Tyson memang ditakdirkan untuk menjadi petinju. Namun hubungan dia dengan olahraga ini bisa dikatakan sangat rumit.
Karena Tyson sangat tergantung dengan olahraga ini untuk menyambung hidupnya. Petinju tak terkalahkan asal Inggris ini menganggap tinju sebagai obat penawar bahkan itu juah lebih seperti heroin.
"Saya berutang segalanya pada tinju. Saya tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa olahraga ini. Saya tak punya pendidikan, saya tidak bisa baca, mengeja, dan saya tidak bisa menulis. Keterampilan saya hanya berkelahi. Jadi saya memilih olahraga ini," tutur Tyson dikutip DailyMail, Minggu (27/7).
"Tinju seperti obat, itu lebih buruk daripada heroin. Karena setidaknya memukul-kepala dapat disembuhkan dan petinju tak selalu sembuh. Ini membuat Anda dari usia muda dan tidak membiarkan Anda pergi untuk meninggalkan olahraga ini. Lihatlah Peter (pelatih dan pamannya)," sambungnuya, sambil menunjuk pamannya dan pelatih yang duduk mendengarkan di meja makan.
Sejak lahir dari seorang ayah yang juga merupakan seorang petinju kelas berat profesional John Fury. Tyson memang ditakdirkan untuk menjadi petinju. Namun hubungan dia dengan olahraga ini bisa dikatakan sangat rumit.
Karena Tyson sangat tergantung dengan olahraga ini untuk menyambung hidupnya. Petinju tak terkalahkan asal Inggris ini menganggap tinju sebagai obat penawar bahkan itu juah lebih seperti heroin.
"Saya berutang segalanya pada tinju. Saya tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa olahraga ini. Saya tak punya pendidikan, saya tidak bisa baca, mengeja, dan saya tidak bisa menulis. Keterampilan saya hanya berkelahi. Jadi saya memilih olahraga ini," tutur Tyson dikutip DailyMail, Minggu (27/7).
"Tinju seperti obat, itu lebih buruk daripada heroin. Karena setidaknya memukul-kepala dapat disembuhkan dan petinju tak selalu sembuh. Ini membuat Anda dari usia muda dan tidak membiarkan Anda pergi untuk meninggalkan olahraga ini. Lihatlah Peter (pelatih dan pamannya)," sambungnuya, sambil menunjuk pamannya dan pelatih yang duduk mendengarkan di meja makan.
(wbs)