Sang Jenderal Juku Eja Tak Tergantikan
A
A
A
MAKASSAR - Sosok Syamsul Khaeruddin tak tergantikan di lini tengah PSM Makassar. Selama dilatih tiga pelatih dalam semusim ini, si Napas Kuda selalu menjadi pilihan utama. Hanya cedera yang membuatnya harus menjadi penonton.
Sejak kembali memperkuat Juku Eja pada 2012 lalu setelah hengkang dari Sriwijaya FC, mantan penggawa tim nasional (timnas) Indonesia ini, selalu bermain 90 menit. Gelandang 31 tahun itu berperan memutus alur bola permainan lawan sekaligus penyuplai bola kepada striker. Pemain asli Gowa, Sulawesi Selatan itu, kerap membantu pertahanan skuad Juku Eja.
Di lini tengah, pemain satu ini kerap dipasangkan dengan Ardan Aras dan Rasyid Bakri yang juga gelandang lokal Pasukan Ramang. Selain itu, saat putaran pertama lalu, Syamsul kerap berduet dengan Ponaryo Astaman yang juga mantan kapten timnas Indonesia. Setelah Ponaryo hengkang ke Persija Jakarta, Syamsul menjadi jenderal lapangan buat skuad Juku Eja.
Melihat kinerja Syamsul di lini tengah yang kerap menjadi penjelajah, Pelatih Kepala PSM Assegaf Razak meminta agar dua gelandang lainnya yang kerap dipasang bersama pemain ini agar bisa menyesuaikan diri. "Rasyid dan Ardan diharap bisa mengimbangi pergerakan Syamsul," kata dia.
Selain itu, kedua gelandang lainnya diharap bisa saling menutupi, apalagi Ardan di plot pada sisi kiri dan Rasyid di kanan. Untuk itu, diharap trio lokal ini bisa menyatu hingga akhir musim nantinya. "Tipe Syamsul yang menjadi gelandang penjelajah memang sudah tidak bisa dirubah, makanya hanya bisa disesuaikan," jelasnya.
Assegaf juga mengatakan, Syamsul juga tidak gampang kehilangan bola dan bisa merebut bola dari lawan dengan baik sehingga di mana pun ia menjelajah, tidak menjadi masalah. "Jadi gelandang lainnya harus cerdas untuk mencari cara menyerang pertahanan lawan," paparnya.
Syamsul Khaeruddin memilih merendah ketika dipuji mengenai perannya yang tak tergantikan di lini tengah Juku Eja. Dirinya mengungkapkan, sebuah tim akan baik jika kerja sama timnya bagus. "Saya masih perlu belajar," jelasnya.
Sejak kembali memperkuat Juku Eja pada 2012 lalu setelah hengkang dari Sriwijaya FC, mantan penggawa tim nasional (timnas) Indonesia ini, selalu bermain 90 menit. Gelandang 31 tahun itu berperan memutus alur bola permainan lawan sekaligus penyuplai bola kepada striker. Pemain asli Gowa, Sulawesi Selatan itu, kerap membantu pertahanan skuad Juku Eja.
Di lini tengah, pemain satu ini kerap dipasangkan dengan Ardan Aras dan Rasyid Bakri yang juga gelandang lokal Pasukan Ramang. Selain itu, saat putaran pertama lalu, Syamsul kerap berduet dengan Ponaryo Astaman yang juga mantan kapten timnas Indonesia. Setelah Ponaryo hengkang ke Persija Jakarta, Syamsul menjadi jenderal lapangan buat skuad Juku Eja.
Melihat kinerja Syamsul di lini tengah yang kerap menjadi penjelajah, Pelatih Kepala PSM Assegaf Razak meminta agar dua gelandang lainnya yang kerap dipasang bersama pemain ini agar bisa menyesuaikan diri. "Rasyid dan Ardan diharap bisa mengimbangi pergerakan Syamsul," kata dia.
Selain itu, kedua gelandang lainnya diharap bisa saling menutupi, apalagi Ardan di plot pada sisi kiri dan Rasyid di kanan. Untuk itu, diharap trio lokal ini bisa menyatu hingga akhir musim nantinya. "Tipe Syamsul yang menjadi gelandang penjelajah memang sudah tidak bisa dirubah, makanya hanya bisa disesuaikan," jelasnya.
Assegaf juga mengatakan, Syamsul juga tidak gampang kehilangan bola dan bisa merebut bola dari lawan dengan baik sehingga di mana pun ia menjelajah, tidak menjadi masalah. "Jadi gelandang lainnya harus cerdas untuk mencari cara menyerang pertahanan lawan," paparnya.
Syamsul Khaeruddin memilih merendah ketika dipuji mengenai perannya yang tak tergantikan di lini tengah Juku Eja. Dirinya mengungkapkan, sebuah tim akan baik jika kerja sama timnya bagus. "Saya masih perlu belajar," jelasnya.
(aww)