Bantah Jual Spurs, Manajemen Ingin Perluas Basis Yahudi
A
A
A
LONDON - Stadion White Hart Lane Markas Tottenham Hotspur memang sejak lama dicap sebagai basis Yahudi di Inggris, Bendera Bintang Daud berukuran raksasa terbentang dan berslogan 'Yid Army' bergemuruh saat mereka berlaga. Mungkin karena hal inilah membuat Klub berencana membangun stadion baru d dengan tujuan membangun basis Yahudi baru di Inggris.
Spurs bertekad memiliki stadion baru di tempat yang sama dengan stadion saat ini White Hart Lane pada musim 2018/2019. Akibatnya pada musim 2017/2018, the Lilywhites harus bermain di stadion alternatif sebagai markas sementara. Stadion Wembley, Setadion, dan bahkan Stadion Emirates milik Arsenal berada dalam daftar alernatif kandang sementara.
Tak hanya itu Tottenham Hotspur membantah kabar yang menyebutkan Spurs dijual. Seperti yang diberitakan sebuah surat kabar Inggris melaporkan bahwa sang pemilik, Joe Lewis, hendak melepas kepemilikan sahamnya seharga 1 miliar pound (Rp 19,2 triliun). Pada 13 tahun lalu, Lewis membeli Spurs dengan harga 22 juta pound (Rp 422 miliar)
Spurs bersikeras bahwa tidak ada rencana perubahan kepemilikan. Saat ini, Spurs fokus meningkatkan aspek komersial dengan mengembangkan stadion baru di White Hart Lane.
“Berlawanan dengan spekulasi media baru-baru ini, tidak klub, tidak juga pemegang saham mayoritas berada dalam diskusi pengalihan kepemilikan. Fokus klub sepenuhnya menghadirkan proyek stadion baru,” tulis pernyataan resmi Spurs seperti dikutip BBCsport, Jumat (12/9).
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) September tahun lalu memperingatkan fans Tottenham agar tidak lagi menggunakan slogan Yid Army. Mereka bisa terancam perkara pidana atau dilarang masuk ke dalam stadion. Tentu saja tradisi sebuah klub tidak dapat dicegah. Apalagi para penggemar Tottenham tidak percaya slogan Yid Army itu melecehkan kaum Yahudi.
Yang paling kentara dari basis suporter Spurs adalah identitas Yahudi. Sebagian besar keturunan Israel di London memang mendukung Spurs. Mereka menyebut dirinya Yiddo. Kondisi itu berseberangan dengan Arsenal yang punya banyak pendukung dari Pakistan, Maroko, dan negara Islam lainnya. Sentimen-sentimen kecil tersebut membuat klub-klub di London tidak perlu khawatir kehilangan segmen meski banyak klub di kota mereka.
Spurs bertekad memiliki stadion baru di tempat yang sama dengan stadion saat ini White Hart Lane pada musim 2018/2019. Akibatnya pada musim 2017/2018, the Lilywhites harus bermain di stadion alternatif sebagai markas sementara. Stadion Wembley, Setadion, dan bahkan Stadion Emirates milik Arsenal berada dalam daftar alernatif kandang sementara.
Tak hanya itu Tottenham Hotspur membantah kabar yang menyebutkan Spurs dijual. Seperti yang diberitakan sebuah surat kabar Inggris melaporkan bahwa sang pemilik, Joe Lewis, hendak melepas kepemilikan sahamnya seharga 1 miliar pound (Rp 19,2 triliun). Pada 13 tahun lalu, Lewis membeli Spurs dengan harga 22 juta pound (Rp 422 miliar)
Spurs bersikeras bahwa tidak ada rencana perubahan kepemilikan. Saat ini, Spurs fokus meningkatkan aspek komersial dengan mengembangkan stadion baru di White Hart Lane.
“Berlawanan dengan spekulasi media baru-baru ini, tidak klub, tidak juga pemegang saham mayoritas berada dalam diskusi pengalihan kepemilikan. Fokus klub sepenuhnya menghadirkan proyek stadion baru,” tulis pernyataan resmi Spurs seperti dikutip BBCsport, Jumat (12/9).
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) September tahun lalu memperingatkan fans Tottenham agar tidak lagi menggunakan slogan Yid Army. Mereka bisa terancam perkara pidana atau dilarang masuk ke dalam stadion. Tentu saja tradisi sebuah klub tidak dapat dicegah. Apalagi para penggemar Tottenham tidak percaya slogan Yid Army itu melecehkan kaum Yahudi.
Yang paling kentara dari basis suporter Spurs adalah identitas Yahudi. Sebagian besar keturunan Israel di London memang mendukung Spurs. Mereka menyebut dirinya Yiddo. Kondisi itu berseberangan dengan Arsenal yang punya banyak pendukung dari Pakistan, Maroko, dan negara Islam lainnya. Sentimen-sentimen kecil tersebut membuat klub-klub di London tidak perlu khawatir kehilangan segmen meski banyak klub di kota mereka.
(wbs)