Jadi Bulan-bulanan, Kontingen Maladewa tak Peduli
A
A
A
INCHEON - Kontingen Maladewa hanya bisa pasrah menjadi bulan-bulanan lawan mereka di Asian Games 2014, Incheon, Korsel. Negeri kecil itu pun tidak mempedulikan soal medali.
Jika dibandingkan dengan peserta ajang empat tahunan ini, Maladewa menjadi salah satu negara yang belum meraih medali. Soal persiapan pun mereka boleh dikatakan 'tidak begitu serius'. Atlet renang mereka berlatihnya bukan di kolam renang, melainkan di Samudra Hindia. Cabang sepakbola putri dan bola tangan menjadi bulan-bulanan negara lain. Tapi toh mereka tidak peduli dengan hasil buruk tersebut.
Untuk mendapatkan 142 atlet yang berlaga di Incheon, buat negeri yang selama ini dikenal dengan keindahan alamnya dan sering dijadikan lokasi bulan madu itu, merupakan prestasi tersendiri. Negeri yang berpenduduk kurang lebih 350 ribu jiwa itu sepanjang sejarah belum pernah menyabet satu medali pun di ajang Asian Games ataupun Olimpiade.
Di kolam renang, atlet mereka jadi pusat perhatian bukan karena prestasinya melainkan penampilan mereka yang seadanya. Jarak perenang mereka dengan yang lainnya begitu jauh dan mencolok sekali.
Lebih memrihatinkan di cabang sepakbola wanita di mana gawang mereka sudah kebobolan 38 kali dari tiga pertandingan tanpa memasukan sama sekali. Di cabang bola tangan lebih miris lagi setelah Maladewa menjadi lumbung gol Jepang. Negeri Matahari Terbit berhasil mencetak gol terbesar, 79-0.
Tapi Sekjen Komite Olimpiade Maladewa Ahmed Marzooq mengatakan soal hasil tidak perlu dipersoalkan. "Sebelum berangkat ke Incheon, saya sadar kami akan menjadi bahan kritikan dan komentar. Tapi saya katakan pada mereka, kami tidak pedulli dengan hasil yang diperoleh. Kami hanya mereka untuk tampil dan menikmati pertandingan," ungkap Marzooq dilansir channelasia, Rabu (24/9).
Satu hal yang patut dicontoh dari Maladewa ini adalah semangat. Ketiadaan fasilitas seperti di cabang renang tidak menyurutkan niat mereka tetap mengirimkan atlet.
Perenang Aishath Ibrahim Nishwan Sajina menceritakan bagaimana ia berlatih. Meski di negeri kecil itu banyak resort, jangan pernah membayangkan di sana ada kolam renang untuk berlatih.
"Saya berlatih di laut malam hari dan saat berlatih tidak sedikit tumpukan sampah. Kami tidak memiliki kolam renang. Ini benar-benar berbeda di sini. Sulit berenang di kolam renang, sebab di laut lebih ringan," keluh Sajina.
Alhasil, Sajina gagal bersaing dengan perenang lainnya. Ia mendapatkan sambutan dari penonton setelah mencatat waktu dua menit 45.23 detik saat turun di nomor 200m gaya ganti. Itu adalah pengalaman pertamanya berlaga di event internasional.
Sayangnya catatan waktunya tidak masuk dalam daftar kualifikasi hingga ia akhirnya gagal tampil di heat selanjutnya. "Itu benar-benar mengecewakan sebab saya menjadi yang terakhir," ucap Sajina.
Jika dibandingkan dengan peserta ajang empat tahunan ini, Maladewa menjadi salah satu negara yang belum meraih medali. Soal persiapan pun mereka boleh dikatakan 'tidak begitu serius'. Atlet renang mereka berlatihnya bukan di kolam renang, melainkan di Samudra Hindia. Cabang sepakbola putri dan bola tangan menjadi bulan-bulanan negara lain. Tapi toh mereka tidak peduli dengan hasil buruk tersebut.
Untuk mendapatkan 142 atlet yang berlaga di Incheon, buat negeri yang selama ini dikenal dengan keindahan alamnya dan sering dijadikan lokasi bulan madu itu, merupakan prestasi tersendiri. Negeri yang berpenduduk kurang lebih 350 ribu jiwa itu sepanjang sejarah belum pernah menyabet satu medali pun di ajang Asian Games ataupun Olimpiade.
Di kolam renang, atlet mereka jadi pusat perhatian bukan karena prestasinya melainkan penampilan mereka yang seadanya. Jarak perenang mereka dengan yang lainnya begitu jauh dan mencolok sekali.
Lebih memrihatinkan di cabang sepakbola wanita di mana gawang mereka sudah kebobolan 38 kali dari tiga pertandingan tanpa memasukan sama sekali. Di cabang bola tangan lebih miris lagi setelah Maladewa menjadi lumbung gol Jepang. Negeri Matahari Terbit berhasil mencetak gol terbesar, 79-0.
Tapi Sekjen Komite Olimpiade Maladewa Ahmed Marzooq mengatakan soal hasil tidak perlu dipersoalkan. "Sebelum berangkat ke Incheon, saya sadar kami akan menjadi bahan kritikan dan komentar. Tapi saya katakan pada mereka, kami tidak pedulli dengan hasil yang diperoleh. Kami hanya mereka untuk tampil dan menikmati pertandingan," ungkap Marzooq dilansir channelasia, Rabu (24/9).
Satu hal yang patut dicontoh dari Maladewa ini adalah semangat. Ketiadaan fasilitas seperti di cabang renang tidak menyurutkan niat mereka tetap mengirimkan atlet.
Perenang Aishath Ibrahim Nishwan Sajina menceritakan bagaimana ia berlatih. Meski di negeri kecil itu banyak resort, jangan pernah membayangkan di sana ada kolam renang untuk berlatih.
"Saya berlatih di laut malam hari dan saat berlatih tidak sedikit tumpukan sampah. Kami tidak memiliki kolam renang. Ini benar-benar berbeda di sini. Sulit berenang di kolam renang, sebab di laut lebih ringan," keluh Sajina.
Alhasil, Sajina gagal bersaing dengan perenang lainnya. Ia mendapatkan sambutan dari penonton setelah mencatat waktu dua menit 45.23 detik saat turun di nomor 200m gaya ganti. Itu adalah pengalaman pertamanya berlaga di event internasional.
Sayangnya catatan waktunya tidak masuk dalam daftar kualifikasi hingga ia akhirnya gagal tampil di heat selanjutnya. "Itu benar-benar mengecewakan sebab saya menjadi yang terakhir," ucap Sajina.
(bbk)