Atlet Afrika Angkat Suara
A
A
A
INCHEON - Protes yang dilancarkan atlet Asia dengan hadirnya atlet asal Afrika yang dinaturalisasi beberapa negara Arab terus menghangat. Kini giliran atlet asal benua hitam yang angkat suara mengapa mereka berprestasi di lintasan atletik.
Sebelumnya, sprinter China, Su Bingtian yang melantangkan suaranya setelah kalah adu sprint di nomor 100 meter, Minggu (28/9) lalu. Ia gagal meraih emas setelah dikalahkan Femi Ogunade. Bukan hanya meraih emas, atlet yang membela Qatar dan berasal dari Nigeria itu berhasil memecahkan rekor Asia dengan catatan waktu 9.93 detik.
"Ini tidak adil sebab mereka itu lebih tinggi dan lebih panjang langkahnya. Kekuatan mereka juga sangat terasa di cabang atletik ini. Secara fisik jelas kami yang benar-benar dari Asia tidak mempunyai keuntungan," ucapnya dilansir channelasia, Senin (29/9).
Namun pernyataan Bingtian ini coba dipatahkan Mohamad Al-Garni yang diimpor Qatar dari Maroko. Peraih medali emas nomor 1.500 meter itu mengatakan kalau soal asal tidak perlu dipersoalkan. "Kalau Anda punya impian, pelatih yang bagus, staf yang bagus, Anda akan bisa mendapatkan apa yang diinginkan," lantangnya dilansir reuters, Selasa (30/9).
Soal kehadiran atlet impor ini memang tengah menjadi perbincangan. Sayangnya, Dewan Olimpiade Asia (OCA) belum satu suara mengenai hal ini. Wakil Presiden Kehormatan OCA Wei Jizhong memperingatkan jika berbahaya membeli prestasi secara instan dibandingkan membangun prestasi dari dalam negeri sendiri. "Kalau mereka membeli atlet, berarti mereka menghentikan produksi atlet lokal," tegasnya.
Qatar sendiri bukannya tidak bisa menghasilkan atlet sendiri. Itu dibuktikan dengan keberhasilan Mutaz Essa Barshim yang sukses meraih emas nomor lompat tinggi bahkan memecahkan rekor Asian Games dengan lompatan 2.35meter. Rekor ini sudah bertahan selama 32 tahun.
Sebelumnya, sprinter China, Su Bingtian yang melantangkan suaranya setelah kalah adu sprint di nomor 100 meter, Minggu (28/9) lalu. Ia gagal meraih emas setelah dikalahkan Femi Ogunade. Bukan hanya meraih emas, atlet yang membela Qatar dan berasal dari Nigeria itu berhasil memecahkan rekor Asia dengan catatan waktu 9.93 detik.
"Ini tidak adil sebab mereka itu lebih tinggi dan lebih panjang langkahnya. Kekuatan mereka juga sangat terasa di cabang atletik ini. Secara fisik jelas kami yang benar-benar dari Asia tidak mempunyai keuntungan," ucapnya dilansir channelasia, Senin (29/9).
Namun pernyataan Bingtian ini coba dipatahkan Mohamad Al-Garni yang diimpor Qatar dari Maroko. Peraih medali emas nomor 1.500 meter itu mengatakan kalau soal asal tidak perlu dipersoalkan. "Kalau Anda punya impian, pelatih yang bagus, staf yang bagus, Anda akan bisa mendapatkan apa yang diinginkan," lantangnya dilansir reuters, Selasa (30/9).
Soal kehadiran atlet impor ini memang tengah menjadi perbincangan. Sayangnya, Dewan Olimpiade Asia (OCA) belum satu suara mengenai hal ini. Wakil Presiden Kehormatan OCA Wei Jizhong memperingatkan jika berbahaya membeli prestasi secara instan dibandingkan membangun prestasi dari dalam negeri sendiri. "Kalau mereka membeli atlet, berarti mereka menghentikan produksi atlet lokal," tegasnya.
Qatar sendiri bukannya tidak bisa menghasilkan atlet sendiri. Itu dibuktikan dengan keberhasilan Mutaz Essa Barshim yang sukses meraih emas nomor lompat tinggi bahkan memecahkan rekor Asian Games dengan lompatan 2.35meter. Rekor ini sudah bertahan selama 32 tahun.
(bbk)