Rapatkan Barisan
A
A
A
SWANSEA - Benteng pertahanan Arsenal harus memperbaiki kinerja saat meladeni Swansea City di Liberty Stadium, hari ini. Lini belakang diharapkan tidak mengulang kesalahan seperti ketika tampil di Liga Champions.
Perhatian pada kinerja para bek muncul karena The Gunners membuang keunggulan tiga gol kala bertemu Anderlecht, Rabu (5/11). Hanya bermain imbang, peluang Arsenal menjadi juara grup dan merebut status unggulan di babak 16 besar kini menipis.
“Sama seperti tahun lalu dan musim sebelumnya, kami kurang solid dalam menggalang lini pertahanan. Karena itu, kami harus bertahan lebih baik. Bertahan sebagai tim. Kami harus berpikir lawan tetap berbahaya selama pertandingan masih berlangsung. Itu yang perlu kami pahami,” ucap bek tengah Arsenal Per Mertesacker, dilansir Telegraph.
Ada beberapa celah pada pertahanan Arsenal. Titik terlemah disinyalir pada sektor kiri, area yang dikawal Kieran Gibbs atau Nacho Monreal. Faktanya, Anderlecht beberapa kali menusuk ke kotak penalti dari sektor tersebut. Rapuhnya pertahanan Arsenal terlihat pula di Liga Primer. Kemasukan 11 kali dari 10 laga merupakan buktinya. Armada Arsene Wenger itu cuma tiga kali mencatat tiga clean sheet.
Rata-rata penyebabnya hampir sama, yakni terbukanya celah di sisi kiri serta menurunnya konsentrasi. Sebanyak 9% dari 11 gol itu tercipta dari dalam kotak penalti di sektor kiri. Kemudian 9% dari titik putih dan 45% dari dekat luar kotak penalti. Periode kebobolannya mayoritas menjelang bubaran. Sekitar 24% pada menit ke-80 dan 32% ketika injury time.
Penyakit terparah adalah menurunnya konsentrasi. Dari 10 partai Liga Primer musim ini, Arsenal tiga kali gagal menang, meski sempat memimpin. Itu terjadi saat menghadapi Hull City (2-2), Manchester City (2-2), dan Leicester City (1-1). Hasil tersebut diterima karena mereka merasa kemenangan sudah digenggam.
Faktor lain mengapa pertahanan Arsenal agak mudah ditembus akibat rendahnya clearance. Tercatat cuma Mathieu Debuchy yang optimal, yakni tujuh clearanceper laga. Selebihnya di bawah lima. Bahkan, Gibbs biasanya cuma melakukan 2,4 clearance, lebih rendah dibandingkan Monreal (4) dan Mertesacker (4,4). Kondisi ini diakui Wenger. Sang Profesormenilai pasukannya mulai ceroboh jika sudah memimpin.
“Kami tidak lagi agresif saat bertahan. Imbasnya tercipta celah. Kami tidak menghalau umpan silang dan bola panjang. Pertahanan kami cukup buruk dari awal hingga akhir. Kami seperti merasa tidak pernah nyaman,” paparnya. Duel kontra Swansea menjadi kesempatan bagus untuk menyembuhkan penyakit itu. Walau bukan tim ofensif, daya dobrak The Swans tidak bisa diremehkan. Mereka sudah mencetak 13 gol atau 1,3 gol per pertandingan, empat di antaranya disumbang Wilfried Bony.
M Mirza
Perhatian pada kinerja para bek muncul karena The Gunners membuang keunggulan tiga gol kala bertemu Anderlecht, Rabu (5/11). Hanya bermain imbang, peluang Arsenal menjadi juara grup dan merebut status unggulan di babak 16 besar kini menipis.
“Sama seperti tahun lalu dan musim sebelumnya, kami kurang solid dalam menggalang lini pertahanan. Karena itu, kami harus bertahan lebih baik. Bertahan sebagai tim. Kami harus berpikir lawan tetap berbahaya selama pertandingan masih berlangsung. Itu yang perlu kami pahami,” ucap bek tengah Arsenal Per Mertesacker, dilansir Telegraph.
Ada beberapa celah pada pertahanan Arsenal. Titik terlemah disinyalir pada sektor kiri, area yang dikawal Kieran Gibbs atau Nacho Monreal. Faktanya, Anderlecht beberapa kali menusuk ke kotak penalti dari sektor tersebut. Rapuhnya pertahanan Arsenal terlihat pula di Liga Primer. Kemasukan 11 kali dari 10 laga merupakan buktinya. Armada Arsene Wenger itu cuma tiga kali mencatat tiga clean sheet.
Rata-rata penyebabnya hampir sama, yakni terbukanya celah di sisi kiri serta menurunnya konsentrasi. Sebanyak 9% dari 11 gol itu tercipta dari dalam kotak penalti di sektor kiri. Kemudian 9% dari titik putih dan 45% dari dekat luar kotak penalti. Periode kebobolannya mayoritas menjelang bubaran. Sekitar 24% pada menit ke-80 dan 32% ketika injury time.
Penyakit terparah adalah menurunnya konsentrasi. Dari 10 partai Liga Primer musim ini, Arsenal tiga kali gagal menang, meski sempat memimpin. Itu terjadi saat menghadapi Hull City (2-2), Manchester City (2-2), dan Leicester City (1-1). Hasil tersebut diterima karena mereka merasa kemenangan sudah digenggam.
Faktor lain mengapa pertahanan Arsenal agak mudah ditembus akibat rendahnya clearance. Tercatat cuma Mathieu Debuchy yang optimal, yakni tujuh clearanceper laga. Selebihnya di bawah lima. Bahkan, Gibbs biasanya cuma melakukan 2,4 clearance, lebih rendah dibandingkan Monreal (4) dan Mertesacker (4,4). Kondisi ini diakui Wenger. Sang Profesormenilai pasukannya mulai ceroboh jika sudah memimpin.
“Kami tidak lagi agresif saat bertahan. Imbasnya tercipta celah. Kami tidak menghalau umpan silang dan bola panjang. Pertahanan kami cukup buruk dari awal hingga akhir. Kami seperti merasa tidak pernah nyaman,” paparnya. Duel kontra Swansea menjadi kesempatan bagus untuk menyembuhkan penyakit itu. Walau bukan tim ofensif, daya dobrak The Swans tidak bisa diremehkan. Mereka sudah mencetak 13 gol atau 1,3 gol per pertandingan, empat di antaranya disumbang Wilfried Bony.
M Mirza
(bbg)