Habis Benci Datanglah Cinta
A
A
A
Memiliki menara Eiffel di Kota Paris yang dikenal sebagai salah satu tempat romantis di dunia membuat Prancis dikenal sebagai kota penuh cinta. Namun, rasa cinta itu tak dirasakan para punggawa tim nasional mereka.
Itu semua lantaran rentetan kontroversi yang pernah terjadi dalam skuad Les Bleus dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu kontroversi terbesar yang pernah melanda tim ini adalah apa yang terjadi pada Piala Dunia 2010. Pada putaran final di Afrika Selatan (Afsel) itu, gesekan antara mantan Pelatih Raymond Domenech dan para pemainnya membuat Les Bleus harus pulang lebih cepat.
Kebencian publik atas tragedi tersebut menjadi santapan media Prancis dan dunia saat itu. Tensi kebencian itu sedikit menurun kala Prancis ditukangi Laurent Blanc. Pembenahan yang dilakukan defender yang membawa Les Bleus menjuarai Piala Dunia 1998 itu membuat Karim Benzema dkk mampu melangkah sampai perempat final Piala Eropa 2012.
Beralih ke tangan Didier Deschamps, Prancis semakin baik dengan mampu tampil memesona pada Piala Dunia 2014 sampai akhirnya terhenti di perempat final setelah dikalahkan 0-1 oleh Jerman yang akhirnya tampil sebagai juara. Setelah kekalahan itu, performa Les Bleus semakin apik dengan tidak tersentuh kekalahan dalam empat uji coba terakhir.
Prancis memulai dengan menghajar Spanyol 1-0, imbang 1-1 dengan Serbia, dan kembali meraih dua kemenangan 2-1 atas Portugal, dan 3-0 atas Armenia. Situasi ini membuat kebencian publik pergi tersapu cinta yang datang. “Fanssempat membuang cintanya kepada tim ini setelah apa yang terjadi pada Afsel 2010,” ucap Deschamps kepada FIFA.com.
“Namun, performa para pemain di lapangan telah mengembalikan cinta fans. Tentu, lebih indah buat para pemain untuk dicintai ketimbang dibenci. Kini, semua tergantung kami. Di setiap laga, kami harus memastikan penampilan terbaik agar fans terus mendukung kami,” ungkapnya.
Besok, Prancis akan kembali menguji kecintaan publiknya saat menjamu Albania di Stade de la Route de Lorient, Rennes, pada uji coba. Berikutnya, Les Bleus akan berpindah ke Stade Velodrome, Marseille, untuk menerima kehadiran Swedia, juga pada uji coba, Selasa (18/11).
Dengan status sebagai tuan rumah, Prancis memang tak perlu ikut kualifikasi Piala Eropa 2016. Namun, Deschamps tak peduli dengan minimnya laga kompetitif yang dilakoni timnya. Menurutnya, yang paling penting para pemain muda dalam timnya terus menunjukkan perkembangan.
“Kami tak akan memainkan laga apa pun selain laga persahabatan sebagai persiapan menuju Piala Eropa. Tapi, dalam periode itu kami menghadapi beberapa tim dengan nama besar seperti Spanyol dan nanti kami akan menjajal Italia, Inggris, Belanda, dan Jerman,” ucap alumnus timnas Prancis saat kampiun Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 itu.
Abdul Haris
Itu semua lantaran rentetan kontroversi yang pernah terjadi dalam skuad Les Bleus dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu kontroversi terbesar yang pernah melanda tim ini adalah apa yang terjadi pada Piala Dunia 2010. Pada putaran final di Afrika Selatan (Afsel) itu, gesekan antara mantan Pelatih Raymond Domenech dan para pemainnya membuat Les Bleus harus pulang lebih cepat.
Kebencian publik atas tragedi tersebut menjadi santapan media Prancis dan dunia saat itu. Tensi kebencian itu sedikit menurun kala Prancis ditukangi Laurent Blanc. Pembenahan yang dilakukan defender yang membawa Les Bleus menjuarai Piala Dunia 1998 itu membuat Karim Benzema dkk mampu melangkah sampai perempat final Piala Eropa 2012.
Beralih ke tangan Didier Deschamps, Prancis semakin baik dengan mampu tampil memesona pada Piala Dunia 2014 sampai akhirnya terhenti di perempat final setelah dikalahkan 0-1 oleh Jerman yang akhirnya tampil sebagai juara. Setelah kekalahan itu, performa Les Bleus semakin apik dengan tidak tersentuh kekalahan dalam empat uji coba terakhir.
Prancis memulai dengan menghajar Spanyol 1-0, imbang 1-1 dengan Serbia, dan kembali meraih dua kemenangan 2-1 atas Portugal, dan 3-0 atas Armenia. Situasi ini membuat kebencian publik pergi tersapu cinta yang datang. “Fanssempat membuang cintanya kepada tim ini setelah apa yang terjadi pada Afsel 2010,” ucap Deschamps kepada FIFA.com.
“Namun, performa para pemain di lapangan telah mengembalikan cinta fans. Tentu, lebih indah buat para pemain untuk dicintai ketimbang dibenci. Kini, semua tergantung kami. Di setiap laga, kami harus memastikan penampilan terbaik agar fans terus mendukung kami,” ungkapnya.
Besok, Prancis akan kembali menguji kecintaan publiknya saat menjamu Albania di Stade de la Route de Lorient, Rennes, pada uji coba. Berikutnya, Les Bleus akan berpindah ke Stade Velodrome, Marseille, untuk menerima kehadiran Swedia, juga pada uji coba, Selasa (18/11).
Dengan status sebagai tuan rumah, Prancis memang tak perlu ikut kualifikasi Piala Eropa 2016. Namun, Deschamps tak peduli dengan minimnya laga kompetitif yang dilakoni timnya. Menurutnya, yang paling penting para pemain muda dalam timnya terus menunjukkan perkembangan.
“Kami tak akan memainkan laga apa pun selain laga persahabatan sebagai persiapan menuju Piala Eropa. Tapi, dalam periode itu kami menghadapi beberapa tim dengan nama besar seperti Spanyol dan nanti kami akan menjajal Italia, Inggris, Belanda, dan Jerman,” ucap alumnus timnas Prancis saat kampiun Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 itu.
Abdul Haris
(ars)