Beban Van Dijk
A
A
A
JAKARTA - Tim nasional Vietnam menjadi tes awal kesiapan amunisi perang skuad Indonesia di Grup A Piala AFF 2014. Bertempat di My Dinh National Stadium, Hanoi, besok, Pelatih Alfred Riedl dituntut menurunkan skema serta komposisi pemain terbaik.
Sampai kemarin pelatih asal Austria itu belum buka suara terkait komposisi pemain yang akan diturunkan, tapi satu nama yang kemungkinan besar menjadi starter adalah Sergio van Dijk. Setidaknya dalam dua laga uji coba terakhir melawan Timor Leste dan Suriah, mantan pemain Persib Bandung ini selalu tampil sebagai bomber utama.
“Saya sangat bangga dan senang pada akhirnya bisa masuk skuad timnas Indonesia di Piala AFF 2014. Memang sejauh ini saya diberikan kepercayaan tampil sebagai pemain utama, tepatnya di dua uji coba terakhir. Tapi, saya tidak pernah berpikir soal itu, yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya tim menang,” ungkap Van Dijk.
Menghadapi Timor Leste (11/11), Van Dijk menyumbang satu dari empat gol kemenangan skuad Garuda , sekaligus menjadi koleksi pertamanya bersama Merah Putih. Dalam formasi 4-2-3-1, kinerja pemain kelahiran Assen, Belanda, 32 tahun lalu, itu ditopang tiga gelandang agresif, Zulham Zamrun, Ramdani Lestaluhu, dan Evan Dimas.
Sementara melawan Suriah (15/11) yang berakhir dengan skor 0-2, Van Dijk menjadi tumpuan dalam skema 4-4-1-1. Beroperasi di daerah pertahanan lawan, pemain yang merumput bersama klub Thailand Suphanburi tersebut mendapat dukungan dari Boaz Solossa yang beroperasi di lini kedua. Dua laga inilah menjadi sinyal bagaimana peran Van Dijk lebih akan lebih diharapkan dibandingkan Cristian Gonzales.
“Soal apakah saya akan kembali diposisikan sebagai pemain utama pada pertandingan-pertandingan di Piala AFF nanti, semua saya serahkan kepada pelatih. Tapi jika dipercaya tampil ketika bertemu Vietnam, Filipina, dan juga Laos, saya pasti siap memberikan yang terbaik,” ungkap Van Dijk.
Ditanya target pribadinya di Piala AFF 2014, Van Dijk tidak mau mengumbar janji. Dia hanya menegaskan, apa yang nanti diukir di Piala AFF 2014 semuanya demi mengantar Indonesia berprestasi. Dia bertekat akan memutus kutukan belum pernah juaranya Indonesia diajang tersebut.
“Siapa yang tidak ingin jadi pencetak gol terbanyak? Apalagi jika Anda berposisi sebagai striker. Tapi, bukan itu satu-satunya tujuan saya. Yang penting, bagaimana caranya bisa membawa Indonesia ke final dan tentu juara. Saya rasa itu akan lebih bagus untuk Indonesia,” papar pemain yang sempat berseragam Persib Bandung itu.
Menjadi pemain “impor” di skuad timnas, Van Dijk diharapkan berkontribusi positif pada performa Indonesia. Apalagi, Indonesia pernah memiliki sederet bomber jempolan di ajang tertinggi se-Asia Tenggara tersebut. Sejak digulirkan perdana pada 1996 sampai terakhir 2012, ada empat penyerang Indonesia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak.
Hebatnya, striker Indonesia sempat tiga kali beruntun masuk dalam daftar top skor Piala AFF. Dimulai Piala AFF 2000, Indonesia menempatkan Gendut Doni Christiawan sebagai top skor setelah menorehkan lima gol. Disusul Bambang Pamungkas pada 2002 dengan catatan delapan gol yang kemudian dilanjutkan Ilham Jaya Kesuma yang melejit dengan raihan tujuh gol pada 2004.
Indonesia sempat absen mengirimkan satu nama di jajaran penyerang tersubur Piala AFF tahun 2007, sebelum kemudian muncul Budi pada 2008 dengan koleksi 4 golnya. Seusai Budi, timnas Indonesia nirbomber yang mampu keluar sebagai top skor, tepatnya di 2012 dan 2013. Nah, Sinar para bomber berbanding lurus dengan prestasi tim.
Pada 2000, 2002, dan 2004, ketika Indonesia selalu mengirimkan pemain sebagai penyerang tersubur, Indonesia melaju sampai partai final, meski akhirnya hanya sebatas finalis. Sementara itu, mantan bomber timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan, beban memenangkan pertandingan tidak hanya pada striker, tapi juga seluruh tim.
“Ketika seorang striker bisa mencetak gol cepat, memang bisa menghadirkan kepercayaan diri pada tim. Tapi, hasil pertandingan lebih banyak ditentukan dari kolektivitas, bukan hanya satu atau dua pemain,” katanya kemarin.
Karena itu, pemain yang biasa dipanggil Kurus ini lebih menyorot pada pentingnya menjaga kolektivitas tim. Bagaimana memberikan treatment yang pas sehingga pemain merasa nyaman. “Secara teknik dan kualitas tidak ada masalah. Tinggal bagaimana mood tim itu bisa terjaga, karena itu penting,” ujarnya.
Decky irawan jasri
Sampai kemarin pelatih asal Austria itu belum buka suara terkait komposisi pemain yang akan diturunkan, tapi satu nama yang kemungkinan besar menjadi starter adalah Sergio van Dijk. Setidaknya dalam dua laga uji coba terakhir melawan Timor Leste dan Suriah, mantan pemain Persib Bandung ini selalu tampil sebagai bomber utama.
“Saya sangat bangga dan senang pada akhirnya bisa masuk skuad timnas Indonesia di Piala AFF 2014. Memang sejauh ini saya diberikan kepercayaan tampil sebagai pemain utama, tepatnya di dua uji coba terakhir. Tapi, saya tidak pernah berpikir soal itu, yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya tim menang,” ungkap Van Dijk.
Menghadapi Timor Leste (11/11), Van Dijk menyumbang satu dari empat gol kemenangan skuad Garuda , sekaligus menjadi koleksi pertamanya bersama Merah Putih. Dalam formasi 4-2-3-1, kinerja pemain kelahiran Assen, Belanda, 32 tahun lalu, itu ditopang tiga gelandang agresif, Zulham Zamrun, Ramdani Lestaluhu, dan Evan Dimas.
Sementara melawan Suriah (15/11) yang berakhir dengan skor 0-2, Van Dijk menjadi tumpuan dalam skema 4-4-1-1. Beroperasi di daerah pertahanan lawan, pemain yang merumput bersama klub Thailand Suphanburi tersebut mendapat dukungan dari Boaz Solossa yang beroperasi di lini kedua. Dua laga inilah menjadi sinyal bagaimana peran Van Dijk lebih akan lebih diharapkan dibandingkan Cristian Gonzales.
“Soal apakah saya akan kembali diposisikan sebagai pemain utama pada pertandingan-pertandingan di Piala AFF nanti, semua saya serahkan kepada pelatih. Tapi jika dipercaya tampil ketika bertemu Vietnam, Filipina, dan juga Laos, saya pasti siap memberikan yang terbaik,” ungkap Van Dijk.
Ditanya target pribadinya di Piala AFF 2014, Van Dijk tidak mau mengumbar janji. Dia hanya menegaskan, apa yang nanti diukir di Piala AFF 2014 semuanya demi mengantar Indonesia berprestasi. Dia bertekat akan memutus kutukan belum pernah juaranya Indonesia diajang tersebut.
“Siapa yang tidak ingin jadi pencetak gol terbanyak? Apalagi jika Anda berposisi sebagai striker. Tapi, bukan itu satu-satunya tujuan saya. Yang penting, bagaimana caranya bisa membawa Indonesia ke final dan tentu juara. Saya rasa itu akan lebih bagus untuk Indonesia,” papar pemain yang sempat berseragam Persib Bandung itu.
Menjadi pemain “impor” di skuad timnas, Van Dijk diharapkan berkontribusi positif pada performa Indonesia. Apalagi, Indonesia pernah memiliki sederet bomber jempolan di ajang tertinggi se-Asia Tenggara tersebut. Sejak digulirkan perdana pada 1996 sampai terakhir 2012, ada empat penyerang Indonesia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak.
Hebatnya, striker Indonesia sempat tiga kali beruntun masuk dalam daftar top skor Piala AFF. Dimulai Piala AFF 2000, Indonesia menempatkan Gendut Doni Christiawan sebagai top skor setelah menorehkan lima gol. Disusul Bambang Pamungkas pada 2002 dengan catatan delapan gol yang kemudian dilanjutkan Ilham Jaya Kesuma yang melejit dengan raihan tujuh gol pada 2004.
Indonesia sempat absen mengirimkan satu nama di jajaran penyerang tersubur Piala AFF tahun 2007, sebelum kemudian muncul Budi pada 2008 dengan koleksi 4 golnya. Seusai Budi, timnas Indonesia nirbomber yang mampu keluar sebagai top skor, tepatnya di 2012 dan 2013. Nah, Sinar para bomber berbanding lurus dengan prestasi tim.
Pada 2000, 2002, dan 2004, ketika Indonesia selalu mengirimkan pemain sebagai penyerang tersubur, Indonesia melaju sampai partai final, meski akhirnya hanya sebatas finalis. Sementara itu, mantan bomber timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan, beban memenangkan pertandingan tidak hanya pada striker, tapi juga seluruh tim.
“Ketika seorang striker bisa mencetak gol cepat, memang bisa menghadirkan kepercayaan diri pada tim. Tapi, hasil pertandingan lebih banyak ditentukan dari kolektivitas, bukan hanya satu atau dua pemain,” katanya kemarin.
Karena itu, pemain yang biasa dipanggil Kurus ini lebih menyorot pada pentingnya menjaga kolektivitas tim. Bagaimana memberikan treatment yang pas sehingga pemain merasa nyaman. “Secara teknik dan kualitas tidak ada masalah. Tinggal bagaimana mood tim itu bisa terjaga, karena itu penting,” ujarnya.
Decky irawan jasri
(bbg)