PSSI Tegaskan Riedl Tahu Sepak Bola Indonesia
A
A
A
HANOI - Alfred Riedl jalani kesempatan kedua menukangi Indonesia diajang AFF Suzuki Cup. Jika dikesempatan pertama mengantar Firman Utina dkk sebagai finalis di AFF 2010, menarik untuk dinantikan apakah tuah pelatih berusia 64 tahun itu bisa lebih baik diajang AFF tahun ini. Target juara dibebankan PSSI kepadanya.
Ramuan Riedl memang terbukti tokcer saat pertama kali dipercaya sebagai juru taktik Indonesia. Akan tetapi penampilan bagus Indonesia di fase grup sampai kebabak semifinal AFF 2010, harus diakhiri dengan sangat pahit. Indonesia secara mengejutkan ditekuk Malaysia pada leg pertama final AFF 2010. Indonesia dipermak tiga gol tanpa balas.
Indonesia pun akhirnya mengukur mimpi keluar sebagai juara untuk pertama kali, setelah hanya mampu menang tipis, 2-1, pada leg kedua. Kalahan itu pun jadi yang keempat kalinya dialami skuad Garuda. Setelah sebelumnya terjadi secara beruntun di tiga periode sekaligus. Yaitu pada tahun 2000, 2002, dan 2004.
Dipilihnya Riedl kembali sebagai pelatih Indonesia disampaikan PSSI atas banyak pertimbangan. Organisasi sepak bola tertinggi Indonesia itu menilai, pelatih berpaspor Austria itu punya kualitas yang mumpuni. Selain itu, Riedl juga dianggap sudah paham atmosfer sepak bola Indonesia itu sendiri.
“Kepemimpinan Alfred Riedl sudah ditentukan oleh BTN (Badan Tim Nasional) . sudah sesuai dengan prosedur dan pemain juga sudah mengenalnya. Lebih cepat lebih bagus. Riedl sudah tahu atmosfer sepak bola Indonesia. Jadi tidak perlu adaptasi. Kami menargetkan supaya dia meraih gelar juara Piala AFF pada 2014,” tegas Ketua Umum (Ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin, kala itu.
Apa yang dapatkan Riedl, sebetulnya bukan yang pertama terjadi di level timnas senior Indonesia. Karena jauh sebelumnya, Peter Withe, juga mendapatkan hal yang sama dikancah AFF. Empat tahun dipercaya sebagai pelatih Indonesia, Withe memimpin Indonesia di dua ajang AFF (2004 dan 2007).
Sama seperti Riedl, dikesempatan pertama pelatih berpaspor Inggris itu meramu skuad Garuda, Withe mengantar Indonesia sebagai finalis AFF 2004 atau yang dulu masih dikenal dengan Tiger Cup. Sayang, Withe yang sebelumnya sukses bersama Thailand dipaksa gigit jari. Indonesia kandas dihadapan Singapura di laga pamungkas.
Terbilang sukses dikesempatan pertama, prestasi Withe 180 dejarat berbalik saat menukangi Indonesia di AFF 2007. Jangankan membawa Indonesia juara, mengulangi prestasi yang sama saja Withe tidak mampu. Indonesia tampil buruk di AFF 2007 dan tidak mampu lolos dari fase grup setelah kalah bersaing dengan Singapura dan Vietnam.
Bagaimana dengan Riedl? Dikesempatan kedua ini, dirinya kembali dipatok untuk membawa Indonesia berjaya. Tentu seluruh masyarakat Indonesia berharap, apa yang dialami Withe tidak juga menghinggapi Riedl. Target juara memang harga mati, ditengah kekeringan prestasi timnas Indonesia di level senior.
Ramuan Riedl memang terbukti tokcer saat pertama kali dipercaya sebagai juru taktik Indonesia. Akan tetapi penampilan bagus Indonesia di fase grup sampai kebabak semifinal AFF 2010, harus diakhiri dengan sangat pahit. Indonesia secara mengejutkan ditekuk Malaysia pada leg pertama final AFF 2010. Indonesia dipermak tiga gol tanpa balas.
Indonesia pun akhirnya mengukur mimpi keluar sebagai juara untuk pertama kali, setelah hanya mampu menang tipis, 2-1, pada leg kedua. Kalahan itu pun jadi yang keempat kalinya dialami skuad Garuda. Setelah sebelumnya terjadi secara beruntun di tiga periode sekaligus. Yaitu pada tahun 2000, 2002, dan 2004.
Dipilihnya Riedl kembali sebagai pelatih Indonesia disampaikan PSSI atas banyak pertimbangan. Organisasi sepak bola tertinggi Indonesia itu menilai, pelatih berpaspor Austria itu punya kualitas yang mumpuni. Selain itu, Riedl juga dianggap sudah paham atmosfer sepak bola Indonesia itu sendiri.
“Kepemimpinan Alfred Riedl sudah ditentukan oleh BTN (Badan Tim Nasional) . sudah sesuai dengan prosedur dan pemain juga sudah mengenalnya. Lebih cepat lebih bagus. Riedl sudah tahu atmosfer sepak bola Indonesia. Jadi tidak perlu adaptasi. Kami menargetkan supaya dia meraih gelar juara Piala AFF pada 2014,” tegas Ketua Umum (Ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin, kala itu.
Apa yang dapatkan Riedl, sebetulnya bukan yang pertama terjadi di level timnas senior Indonesia. Karena jauh sebelumnya, Peter Withe, juga mendapatkan hal yang sama dikancah AFF. Empat tahun dipercaya sebagai pelatih Indonesia, Withe memimpin Indonesia di dua ajang AFF (2004 dan 2007).
Sama seperti Riedl, dikesempatan pertama pelatih berpaspor Inggris itu meramu skuad Garuda, Withe mengantar Indonesia sebagai finalis AFF 2004 atau yang dulu masih dikenal dengan Tiger Cup. Sayang, Withe yang sebelumnya sukses bersama Thailand dipaksa gigit jari. Indonesia kandas dihadapan Singapura di laga pamungkas.
Terbilang sukses dikesempatan pertama, prestasi Withe 180 dejarat berbalik saat menukangi Indonesia di AFF 2007. Jangankan membawa Indonesia juara, mengulangi prestasi yang sama saja Withe tidak mampu. Indonesia tampil buruk di AFF 2007 dan tidak mampu lolos dari fase grup setelah kalah bersaing dengan Singapura dan Vietnam.
Bagaimana dengan Riedl? Dikesempatan kedua ini, dirinya kembali dipatok untuk membawa Indonesia berjaya. Tentu seluruh masyarakat Indonesia berharap, apa yang dialami Withe tidak juga menghinggapi Riedl. Target juara memang harga mati, ditengah kekeringan prestasi timnas Indonesia di level senior.
(wbs)