Ryan jagal terkenal sampai Ukraina

Jum'at, 22 Juni 2012 - 20:35 WIB
Ryan jagal terkenal sampai Ukraina
Ryan jagal terkenal sampai Ukraina
A A A
Sindonews.com – Di Ukraina tidak banyak warga yang bisa diajak berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sebab itu, menyenangkan rasanya bertemu warga Ukraina yang fasih berbahasa Indonesia. Apalagi dia cukup paham berbagai masalah yang ada di Indonesia. Dari masalah sosial, politik, sampai kasus pembunuhan mutilasi oleh Ryan, yang heboh pada 2009 lalu, dia tahu.

Aleksii Iliukhin (25) yang pernah mengikuti program beasiswa KBRI Kiev untuk belajar di Fakultas Budaya Universitas Indonesia pada 2009 ini bekerja sebagai salah satu Staf KBRI. Dan selama Piala Eropa 2012, dia ditugasi KBRI untuk menjadi bagian dari media officer KBRI yang membantu warga Indonesia yang datang ke Ukraina, dan para wartawan.

“Saya suka Indonesia,” kata Aleksii saat okezone bertanya apakah dia ingin kembali lagi ke Indonesia satu saat.

Aleksii yang lulusan Universitas Nasional Taras Shevchenko jurusan bahasa Inggris dan juga sedang melanjutkan S2-nya di jurusan yang sama mengaku mengajar bahasa Indonesia di sebuah universitas swasta kecil di Kota Kiev, yang memiliki jurusan sastra Indonesia. Menurut dia, tidak lama lagi program serupa juga akan dibuka di sebuah universitas besar lain di Kota Kiev. “Rencana itu sudah serius,” jelasnya.

Di mata Aleksii , Indonesia ialah negara yang membuatnya kerasan (betah). Kemacetan yang sering dikeluhkan warga Jabodetabek, menurutnya adalah hal biasa, karena di Ukraina, yang jalannya tertata rapi pun, kemacetan masih bisa terjadi.

Hanya ada dua minus tentang Indonesia dalam pandangannya. Pertama ialah masalah moda transportasi. Dia mencontohkan, di Jabodetabek, transportasi publik tidak sepraktis di Ukraina. Transportasi publik di Ukraina memang tertata rapi. Orang bisa mengandalkan kereta bawah tanah Metro untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain di dalam kota.

“Waktu saya di Indonesia, dari Depok mau ke BSD susah. Harus pindah angkutan sampai tiga kali,” beber Aleksii yang selama di Indonesia tinggal di Margonda Residence.

Minus yang kedua, yaitu warung makan yang jorok. Dia bercerita, pernah membeli nasi goreng di warung tenda, dan melihat tikus berkeliaran di bawah tempat penjual memasak. Aleksii tetap membelinya, tapi karena jijik dengan tempat itu, dia memilih membungkus makanan untuk dibawa pulang. “Saya tidak bisa makan di situ, jadi saya bawa pulang,” ujar pria 25 tahun itu sambil memasang mimik jijik.

Meski hanya sempat tinggal satu tahun di Indonesia dan bekerja 10 bulan di KBRI, kemampuan bahasa Indonesia Aleksii boleh dibilang sangat baik. Sejumlah ungkapan gaul Indonesia pun dia kuasai. Seperti saat kami berjalan di tengah Kota Donetsk saat saya baru tiba di Kota yang terkenal dengan industri batu-bara itu, Aleksi bertanya, “Bagaimana Donets? Lumayan ya.” Setelah kami memberi tanda jempol. Dia berseloroh” Iya, dari pada Lu manyun,” kelakarnya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3639 seconds (0.1#10.140)