Seri A Perlu Pertimbangkan Teknologi Garis Gawang
A
A
A
Foto ini menggambarkan terjadinya gol AS Roma ke gawang Udinese pada giornata 17 Seri A, Selasa (6/1). Gol tersebut memicu kontroversi karena dinilai belum melewati garis gawang.
Kompetisi Seri A tampaknya harus mempertimbangkan peran kecanggihan teknologi dalam sebuah pertandingan guna meminimalisasi kesalahan.
Seperti saat AS Roma berhadapan dengan Udinese pada giornata 17, Selasa (6/1). Kemenangan tim berjuluk I Lupi tersebut menjadi perdebatan lantaran gol kontroversial. Kejadiannya bermula pada menit ke-17, ketika sundulan bek Roma Davide Astori membentur mistar gawang Udinese dan memantul ke bawah dekat garis gawang.
Semula, hakim garis menganggap bola belum melewati garis gawang. Tapi, setelah pemain-pemain Roma melakukan protes, wasit Marco Guida justru memutuskan mengesahkannya menjadi gol. Tak pelak, keputusan Guida memancing amarah pemain-pemain Udinese. Sayang, usaha mereka sia-sia. Pasalnya, skor tidak berubah hingga akhir pertandingan. Kontroversi yang mewarnai laga tersebut membuat gagasan untuk menerapkan teknologi garis gawang semakin mengemuka.
Sebenarnya, Seri A berencana menerapkan teknologi tersebut musim depan. Meski masih terdapat perdebatan mengenai biaya dan waktu pelaksanaan, dukungan tetap datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Pelatih Roma Rudi Garcia. Namun, juru taktik asal Prancis tersebut menilai wasit berhak mengambil keputusan sehingga dirinya menganggap gol yang dicetak Astori tetap sah.
“Saya selalu mengatakan bahwa kami membutuhkan teknologi garis gawang untuk membantu wasit dan itu tidak menjadi masalah. Karena itu, hakim garis akan berada pada posisi yang tepat ketika bola itu masuk. Tapi, pada akhirnya semua keputusan tetap berada di tangan wasit,” ujarnya, dikutip Football Italia. Di pihak lain, rasa kecewa dilontarkan Nakhoda Udinese Andrea Stramaccioni.
Menurutnya, kinerja Guida sangat buruk karena tidak mau mendengarkan pendapat dari perangkat pertandingan yang lain. Dia menilai wasit seharusnya mempertimbangkan banyak masukan sebelum mengambil keputusan.
“Jika wasit memutuskan segala sesuatunya sendiri, mari kita hapus saja keberadaan hakim garis karena telah terjadi kesalahan struktural,” ucapnya.
Alimansyah
Kompetisi Seri A tampaknya harus mempertimbangkan peran kecanggihan teknologi dalam sebuah pertandingan guna meminimalisasi kesalahan.
Seperti saat AS Roma berhadapan dengan Udinese pada giornata 17, Selasa (6/1). Kemenangan tim berjuluk I Lupi tersebut menjadi perdebatan lantaran gol kontroversial. Kejadiannya bermula pada menit ke-17, ketika sundulan bek Roma Davide Astori membentur mistar gawang Udinese dan memantul ke bawah dekat garis gawang.
Semula, hakim garis menganggap bola belum melewati garis gawang. Tapi, setelah pemain-pemain Roma melakukan protes, wasit Marco Guida justru memutuskan mengesahkannya menjadi gol. Tak pelak, keputusan Guida memancing amarah pemain-pemain Udinese. Sayang, usaha mereka sia-sia. Pasalnya, skor tidak berubah hingga akhir pertandingan. Kontroversi yang mewarnai laga tersebut membuat gagasan untuk menerapkan teknologi garis gawang semakin mengemuka.
Sebenarnya, Seri A berencana menerapkan teknologi tersebut musim depan. Meski masih terdapat perdebatan mengenai biaya dan waktu pelaksanaan, dukungan tetap datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Pelatih Roma Rudi Garcia. Namun, juru taktik asal Prancis tersebut menilai wasit berhak mengambil keputusan sehingga dirinya menganggap gol yang dicetak Astori tetap sah.
“Saya selalu mengatakan bahwa kami membutuhkan teknologi garis gawang untuk membantu wasit dan itu tidak menjadi masalah. Karena itu, hakim garis akan berada pada posisi yang tepat ketika bola itu masuk. Tapi, pada akhirnya semua keputusan tetap berada di tangan wasit,” ujarnya, dikutip Football Italia. Di pihak lain, rasa kecewa dilontarkan Nakhoda Udinese Andrea Stramaccioni.
Menurutnya, kinerja Guida sangat buruk karena tidak mau mendengarkan pendapat dari perangkat pertandingan yang lain. Dia menilai wasit seharusnya mempertimbangkan banyak masukan sebelum mengambil keputusan.
“Jika wasit memutuskan segala sesuatunya sendiri, mari kita hapus saja keberadaan hakim garis karena telah terjadi kesalahan struktural,” ucapnya.
Alimansyah
(ars)