Kalah-Menang FC Basel Siap Lelang Pemain
A
A
A
KALAU bukan klub paling kuat, ya paling lemah. Begitulah impian Bernhard Heusler, Presiden FC Basel, sebelum berangkat ke markas UEFA di Nyon, Swiss Barat, dua bulan lalu.
Bahkan, jauh hari sebelumnya, Marco Streller, kapten FC Basel, lebih tegas mengungkapkan lawan impiannya. “Kalau bisa, ya klub dari Inggris,” tutur Streller. Meski Basel kemungkinan besar akan tersingkir di perdelapan final, setidaknya ada pemasukan tiket sebesar USD4 juta. “Kalau menang, akan tambah sensasional,” sebut Streller.
Sementara impian bertemu klub paling lemah, apalagi kalau bukan karena peluang klub berjuluk Die Bebbi itu ke perempat final bakal lebih besar. Impian itu kandas ketika Hanz Riedle, mantan pemain nasional Jerman, menjodohkan Basel dengan FC Porto dalam undian 16 besar Liga Champions musim ini.
Selain kurang bisa menjadi dagangan, klub dari Portugal utara itu juga bukan klub paling lemah. Tidak menarik, tapi sulit ditaklukkan. “Seperti makan roti kering,” tutur salah seorang wartawan Swiss.
Hingga berita ini ditulis, penjualan tiket partai ini masih terjual 25.000-an. Bayangkan jika lawan Basel adalah Bayern Muenchen, Chelsea, atau Barcelona, 37.000 tiket bisa habis dalam hitungan menit. Bagaimana persiapan Basel menghadapi Porto, Rabu (18/2)? Tidak ada perubahan yang berarti. “Kami konsentrasi ke Swiss Super League dulu,” kata Paulo Sousa, pelatih Basel.
Di kancah liga domestik, saat ini sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan Basel. Klub dari kota kimia Swiss itu masih berada di posisi puncak, meninggalkan saingan terdekatnya hingga delapan poin. Sousa sebenarnya agak waswas berhadapan dengan Porto. “Bukan lawan mudah, apalagi nanti jika kami menghadapinya di Estadio do Dragao,” tutur Sousa.
Di stadion kebanggaan FC Porto yang berkapasitas 55.000 orang, dukungan terhadap tim tuan rumah akan seperti neraka bagi Die Bebbi . “Fans Porto dikenal sangat fanatik,” tandas Sousa yang kelahiran Porto. Basel baru saja kehilangan tiga pemain andalannya. Marcello Diaz yang dilego ke HSV Hamburg, Geoffroy Serey Die yang dijual ke VfB Sttutgart, dan Giovanni Sio yang dibeli FC Bastia.
Meski dianggap tidak banyak memengaruhi kekuatan FC Basel lantaran klub ini terbilang masih kelebihan kader, tetap saja terasa ada kehilangan tersendiri saat menghadapi Porto. Apalagi, sejarah Basel melawan klub Portugal tidak terlalu bagus. Dari 10 kali pertemuan, hanya dua kaliDie Bebbi menang. Selebihnya kalah terus saat melawan Benfica dan Sporting Lisbon.
Jika sukses melewati Porto, tentu akan terjadi sejarah di Swiss. Basel bakal menjadi satu satunya klub Swiss yang berhasil melenggang ke babak perempat final Liga Champions. Sementara jika gagal, tidak banyak pula yang perlu disesalkan. Basel kembali tetap menjadi kebanggaan masyarakat Swiss. Dengan beberapa bintangnya, pundi-pundi klub ini akan semakin gemuk.
Kalah atau menang melawan Porto, seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa pemain akan dilego ke luar negeri. Tak tanggungtanggung, enam pemain andalannya sudah siap dipasang di bursa transfer. Mereka adalah Fabian Schaer, Breel Embolo, Fabian Frei, Muhammad Elneni, Gonzales, hingga Gashi atau Vaclik.
Krisna Diantha
Laporan Kontributor KORAN SINDO Swiss
Bahkan, jauh hari sebelumnya, Marco Streller, kapten FC Basel, lebih tegas mengungkapkan lawan impiannya. “Kalau bisa, ya klub dari Inggris,” tutur Streller. Meski Basel kemungkinan besar akan tersingkir di perdelapan final, setidaknya ada pemasukan tiket sebesar USD4 juta. “Kalau menang, akan tambah sensasional,” sebut Streller.
Sementara impian bertemu klub paling lemah, apalagi kalau bukan karena peluang klub berjuluk Die Bebbi itu ke perempat final bakal lebih besar. Impian itu kandas ketika Hanz Riedle, mantan pemain nasional Jerman, menjodohkan Basel dengan FC Porto dalam undian 16 besar Liga Champions musim ini.
Selain kurang bisa menjadi dagangan, klub dari Portugal utara itu juga bukan klub paling lemah. Tidak menarik, tapi sulit ditaklukkan. “Seperti makan roti kering,” tutur salah seorang wartawan Swiss.
Hingga berita ini ditulis, penjualan tiket partai ini masih terjual 25.000-an. Bayangkan jika lawan Basel adalah Bayern Muenchen, Chelsea, atau Barcelona, 37.000 tiket bisa habis dalam hitungan menit. Bagaimana persiapan Basel menghadapi Porto, Rabu (18/2)? Tidak ada perubahan yang berarti. “Kami konsentrasi ke Swiss Super League dulu,” kata Paulo Sousa, pelatih Basel.
Di kancah liga domestik, saat ini sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan Basel. Klub dari kota kimia Swiss itu masih berada di posisi puncak, meninggalkan saingan terdekatnya hingga delapan poin. Sousa sebenarnya agak waswas berhadapan dengan Porto. “Bukan lawan mudah, apalagi nanti jika kami menghadapinya di Estadio do Dragao,” tutur Sousa.
Di stadion kebanggaan FC Porto yang berkapasitas 55.000 orang, dukungan terhadap tim tuan rumah akan seperti neraka bagi Die Bebbi . “Fans Porto dikenal sangat fanatik,” tandas Sousa yang kelahiran Porto. Basel baru saja kehilangan tiga pemain andalannya. Marcello Diaz yang dilego ke HSV Hamburg, Geoffroy Serey Die yang dijual ke VfB Sttutgart, dan Giovanni Sio yang dibeli FC Bastia.
Meski dianggap tidak banyak memengaruhi kekuatan FC Basel lantaran klub ini terbilang masih kelebihan kader, tetap saja terasa ada kehilangan tersendiri saat menghadapi Porto. Apalagi, sejarah Basel melawan klub Portugal tidak terlalu bagus. Dari 10 kali pertemuan, hanya dua kaliDie Bebbi menang. Selebihnya kalah terus saat melawan Benfica dan Sporting Lisbon.
Jika sukses melewati Porto, tentu akan terjadi sejarah di Swiss. Basel bakal menjadi satu satunya klub Swiss yang berhasil melenggang ke babak perempat final Liga Champions. Sementara jika gagal, tidak banyak pula yang perlu disesalkan. Basel kembali tetap menjadi kebanggaan masyarakat Swiss. Dengan beberapa bintangnya, pundi-pundi klub ini akan semakin gemuk.
Kalah atau menang melawan Porto, seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa pemain akan dilego ke luar negeri. Tak tanggungtanggung, enam pemain andalannya sudah siap dipasang di bursa transfer. Mereka adalah Fabian Schaer, Breel Embolo, Fabian Frei, Muhammad Elneni, Gonzales, hingga Gashi atau Vaclik.
Krisna Diantha
Laporan Kontributor KORAN SINDO Swiss
(ftr)