Sepak Bola demi Perdamaian
A
A
A
Gagal mendapatkan gol di pertandingan dini hari kemarin tidak membuat Shakhtar Donetsk pesimistis menatap legkedua, 11 Maret mendatang.
Demi para korban perang di Ukraina Timur; termasuk kota tempat Shakhtar berasal, Donetsk, Luiz Adriano dkk bertekad habishabisan di Allianz Arena. Jika melihat reputasi Bayern, hasil imbang tanpa gol adalah pencapaian luar biasa. Pasalnya, sejak pecah perang saudara dan menewaskan lebih 5.000 orang, Shakhtar praktis tidak bisa bermain atau berlatih di kampung halaman.
Mereka harus mengungsi dan memindahkan tempat latihan ke Kiev. Sementara untuk laga Eropa, Lviv menjadi arena yang disetujui UEFA. Meski telah berada di tempat yang relatif aman, para pemain Shakhtar tetap tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya terhadap sepak bola.
Menurut penjaga gawang, Andriy Pyatov, pembicaraan para pemain di ruang ganti dan ketika makan siang bukanlah soal wanita, kendaraan mewah, atau sepak bola; melainkan perang.
”Jika tidak ada orang yang tewas setiap hari, mungkin kami dapat fokus pada pertandingan. Terkadang, ketika Anda sedang bertanding setelah mendengar beberapa bus diserang dan orang-orang tewas, Anda akan selalu memikirkan hal itu. Itu sangat berpengaruh. Bahkan, ketika Anda berusaha menyembunyikannya. Secara internal, Anda tidak bisa berkonsentrasi. Anda mencoba untuk tetap profesional. Namun, yang ada di pikiran Anda tetap sama,” ungkap Pyatov, dilansirThe Guardian.
Pyatov juga mengaku bersyukur karena Shakhtar tetap solid, meski kerap dibayangi rasa ketakutan akibat konflik yang sedang melanda daerah yang biasa disebut Donbass itu. Secara khusus, penjaga gawang berusia 30 tahun itu memuji tangan dingin sang pelatih, Mircea Lucescu, yang mampu meyakinkan para pemainnya untuk tinggal di Ukraina.
Karena itu, Pyatov berharap situasi keamanan di Donetsk segera kondusif. Dia menegaskan seluruh pemain Shakhtar bertekad mendinginkan situasi lewat sepak bola. Mereka ingin memberikan hiburan kepada penduduk dengan bermain sepak bola sebaik mungkin.
”Negara sedang dilanda kesedihan yang mendalam. Namun, hidup harus tetap berjalan. Kami harus tetap bermain sepak bola dan mengalihkan perhatian orang-orang dari politik dan perang. Tugas kami bermain dan memberikan harapan serta perasaan yang baik,” pungkas kiper yang memiliki 47 capsbersama tim nasional Ukraina itu.
Alimansyah
Demi para korban perang di Ukraina Timur; termasuk kota tempat Shakhtar berasal, Donetsk, Luiz Adriano dkk bertekad habishabisan di Allianz Arena. Jika melihat reputasi Bayern, hasil imbang tanpa gol adalah pencapaian luar biasa. Pasalnya, sejak pecah perang saudara dan menewaskan lebih 5.000 orang, Shakhtar praktis tidak bisa bermain atau berlatih di kampung halaman.
Mereka harus mengungsi dan memindahkan tempat latihan ke Kiev. Sementara untuk laga Eropa, Lviv menjadi arena yang disetujui UEFA. Meski telah berada di tempat yang relatif aman, para pemain Shakhtar tetap tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya terhadap sepak bola.
Menurut penjaga gawang, Andriy Pyatov, pembicaraan para pemain di ruang ganti dan ketika makan siang bukanlah soal wanita, kendaraan mewah, atau sepak bola; melainkan perang.
”Jika tidak ada orang yang tewas setiap hari, mungkin kami dapat fokus pada pertandingan. Terkadang, ketika Anda sedang bertanding setelah mendengar beberapa bus diserang dan orang-orang tewas, Anda akan selalu memikirkan hal itu. Itu sangat berpengaruh. Bahkan, ketika Anda berusaha menyembunyikannya. Secara internal, Anda tidak bisa berkonsentrasi. Anda mencoba untuk tetap profesional. Namun, yang ada di pikiran Anda tetap sama,” ungkap Pyatov, dilansirThe Guardian.
Pyatov juga mengaku bersyukur karena Shakhtar tetap solid, meski kerap dibayangi rasa ketakutan akibat konflik yang sedang melanda daerah yang biasa disebut Donbass itu. Secara khusus, penjaga gawang berusia 30 tahun itu memuji tangan dingin sang pelatih, Mircea Lucescu, yang mampu meyakinkan para pemainnya untuk tinggal di Ukraina.
Karena itu, Pyatov berharap situasi keamanan di Donetsk segera kondusif. Dia menegaskan seluruh pemain Shakhtar bertekad mendinginkan situasi lewat sepak bola. Mereka ingin memberikan hiburan kepada penduduk dengan bermain sepak bola sebaik mungkin.
”Negara sedang dilanda kesedihan yang mendalam. Namun, hidup harus tetap berjalan. Kami harus tetap bermain sepak bola dan mengalihkan perhatian orang-orang dari politik dan perang. Tugas kami bermain dan memberikan harapan serta perasaan yang baik,” pungkas kiper yang memiliki 47 capsbersama tim nasional Ukraina itu.
Alimansyah
(ftr)