Harga Semakin Mahal, Fans Berdemonstrasi
A
A
A
Industrialisasi dan komersialisasi Liga Primer mulai dikeluhkan para pendukung. Harga tiket menyaksikan langsung di stadion yang terus meningkat setiap musim membuat sejumlah kelompok suporter melayangkan protes keras.
Kekecewaan terkini datang dari fans dua klub papan atas Liga Primer, Arsenal dan Liverpool. Mereka bersatu memprotes langkah klub yang mematok harga tiket termurah 64 pounds (Rp810.000). Dalam aksi demonstrasi yang digelar Sabtu (4/4), saat The Gunners menjamu The Reds di Emirates Stadium, fanskedua tim kompak membentangkan sejumlah spanduk protes.
Para pendukung kedua klub kecewa karena manajemen tetap menaikkan harga tiket, meski Liga Primer baru saja mendapatkan kontrak siaran televisi bernilai miliaran pounds. Menurut salah satu anggota Arsenal’s Black Scarf Movement, Kevin Meadows, harga tiket 64 pounds tidak bisa diterima. Hal itu sama saja memeras fans.
“Demi mengejar uang, sepak bola telah menjual jiwanya. Jiwa itu adalah kami (suporter). Mereka (klub) tidak ada yang peduli dengan keadaan kami. Tiket seharga 64 pounds tidak masuk akal dan konyol. Kami melakukan aksi ini karena mencintai klub kami. Kami membeli tiket dengan harga mahal. Lalu, kami disuruh duduk dan diam,” kata Meadows, dilansir Daily Mail.
Senada dengan Meadows, Roy Bentham, selaku perwakilan suporter Liverpool yang tergabung dalam Spirit of Shankly, juga menilai klub harus mempertimbangkan harga tiket. Dia mendesak klub segera menurunkan harga tiket karena akan sangat memberatkan, terutama bagi fans yang berpenghasilan rendah.
“Kami ingin pengurangan nyata, sesuai dengan pendapatan fans kelas pekerja. Jika pihak-pihak yang berwenang tidak mengambil tindakan, kita mungkin akan kehilangan satu generasi atau banyak pendukung fanatik klub,” papar Bentham. Memprotes harga tiket bukan yang pertama di Liga Primer.
Sebelum Arsenal dan Liverpool, fans klub papan bawah macam Crystal Palace hingga tim menengah seperti Everton dan Newcastle United juga pernah melakukan hal yang sama. Mereka marah kepada manajemen karena harga tiket masuk stadion mengalami kenaikan signifikan.
Di kandang Palace, misalnya. Harga tiket orang dewasa khusus pertandingan kelas A senilai 45 pounds. Untuk tiket terendah di Selhurst Park seharga 42 pounds. Para pendukung The Eagles merasa dieksploitasi karena klub baru mencapai kesepakatan bernilai sangat besar dengan dua stasiun televisi, Sky dan BT Sports .
Bahkan, kenaikan kontrak televisi Palace mencapai 70% dari kesepakatan sebelumnya. Musim lalu, protes juga telah dilakukan para pendukung Everton. Mereka mengeluhkan harga tiket pertandingan yang bisa mencapai 75 pounds untuk yang tertinggi.
Pada September 2014, para pendukung Everton bahkan bersatu dengan suporter Liverpool turun ke jalan menentang kapitalisme di sepak bola Inggris.
Alimansyah
Kekecewaan terkini datang dari fans dua klub papan atas Liga Primer, Arsenal dan Liverpool. Mereka bersatu memprotes langkah klub yang mematok harga tiket termurah 64 pounds (Rp810.000). Dalam aksi demonstrasi yang digelar Sabtu (4/4), saat The Gunners menjamu The Reds di Emirates Stadium, fanskedua tim kompak membentangkan sejumlah spanduk protes.
Para pendukung kedua klub kecewa karena manajemen tetap menaikkan harga tiket, meski Liga Primer baru saja mendapatkan kontrak siaran televisi bernilai miliaran pounds. Menurut salah satu anggota Arsenal’s Black Scarf Movement, Kevin Meadows, harga tiket 64 pounds tidak bisa diterima. Hal itu sama saja memeras fans.
“Demi mengejar uang, sepak bola telah menjual jiwanya. Jiwa itu adalah kami (suporter). Mereka (klub) tidak ada yang peduli dengan keadaan kami. Tiket seharga 64 pounds tidak masuk akal dan konyol. Kami melakukan aksi ini karena mencintai klub kami. Kami membeli tiket dengan harga mahal. Lalu, kami disuruh duduk dan diam,” kata Meadows, dilansir Daily Mail.
Senada dengan Meadows, Roy Bentham, selaku perwakilan suporter Liverpool yang tergabung dalam Spirit of Shankly, juga menilai klub harus mempertimbangkan harga tiket. Dia mendesak klub segera menurunkan harga tiket karena akan sangat memberatkan, terutama bagi fans yang berpenghasilan rendah.
“Kami ingin pengurangan nyata, sesuai dengan pendapatan fans kelas pekerja. Jika pihak-pihak yang berwenang tidak mengambil tindakan, kita mungkin akan kehilangan satu generasi atau banyak pendukung fanatik klub,” papar Bentham. Memprotes harga tiket bukan yang pertama di Liga Primer.
Sebelum Arsenal dan Liverpool, fans klub papan bawah macam Crystal Palace hingga tim menengah seperti Everton dan Newcastle United juga pernah melakukan hal yang sama. Mereka marah kepada manajemen karena harga tiket masuk stadion mengalami kenaikan signifikan.
Di kandang Palace, misalnya. Harga tiket orang dewasa khusus pertandingan kelas A senilai 45 pounds. Untuk tiket terendah di Selhurst Park seharga 42 pounds. Para pendukung The Eagles merasa dieksploitasi karena klub baru mencapai kesepakatan bernilai sangat besar dengan dua stasiun televisi, Sky dan BT Sports .
Bahkan, kenaikan kontrak televisi Palace mencapai 70% dari kesepakatan sebelumnya. Musim lalu, protes juga telah dilakukan para pendukung Everton. Mereka mengeluhkan harga tiket pertandingan yang bisa mencapai 75 pounds untuk yang tertinggi.
Pada September 2014, para pendukung Everton bahkan bersatu dengan suporter Liverpool turun ke jalan menentang kapitalisme di sepak bola Inggris.
Alimansyah
(ftr)