Anti Kemapanan

Selasa, 14 April 2015 - 10:11 WIB
Anti Kemapanan
Anti Kemapanan
A A A
MADRID - Status sosial dan finansial bukan jaminan kemapanan di lapangan. Terbukti, Real Madrid tak pernah bisa mengalahkan tetangganya, Atletico Madrid, dalam enam duel terakhir.

Akankah sejarah El Derbi Madrileno ini berlanjut pada laga perdana perempat final Liga Champions di Vicente Calderon, dini hari nanti? Sejak ditukangi Diego Simeone, Atletico percaya inferioritas ekonomi mereka di hadapan Madrid tak berarti apa pun dalam medan laga. Faktanya, orang Argentina itu mampu menyulap Los Colchoneros menjadi salah satu tim paling berbahaya di Eropa dan menjadi mimpi buruk buat sang tetangga mereka itu.

Memang, 24 April tahun lalu, Atletico harus merasakan pahitnya kegagalan merengkuh mahkota Liga Champions lantaran gol Sergio Ramos pada masa injury time yang memaksa perpanjangan waktu. Armada Simeone pun harus merelakan trofi tersebut ke tangan si mapan Los Blancos yang memastikan takhta Eropa ke-10 mereka. Namun, setelah itu, Atletico mampu membalikkan hegemoni Madrid.

Enam pertemuan selanjutnya, masing-masing dua laga di Primera Liga, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol menjadi milik mereka. Bahkan, pesta 4-0 atas Madrid pada duel terkini Primera Liga di Vicente Calderon, 7 Februari lalu, menegaskan siapa yang kini berkuasa. “Karakter dia (Simeone) sebagai pelatih dan mantan pemain yang mengendalikan tim ini dengan baik.

Dia tahu kami adalah tim yang harus memahami siapa diri kami, kelemahan kami, dan juga kekuatan kami. Karena itu, kami mampu mengeluarkan seluruh kualitas kami,” tutur striker Atletico Fernando Torres kepada uefa.com . Torres berpotensi kembali menjadi pilihan utama di depan menemani Antoine Griezmann yang sedang on fire mencetak empat gol di tiga laga terakhir.

Pasalnya, striker utama Mario Mandzukic baru saja pulih dari cedera engkel. Dia tentu perlu penyesuaian lagi dengan kondisi tim terkini. Bermodal militansi pasukannya, Atletico berharap bisa meneruskan dominasi mereka atas Madrid demi membuka jalan ke semifinal Liga Champions. Maklum, kompetisi paling elite di Benua Biru itu menjadi satu-satunya titel yang masih masuk akal dikejar Los Colchoneros setelah tersingkir di Copa del Rey dan tertinggal sembilan poin dari Barcelona dalam perburuan singgasana Primera Liga.

Meski begitu, tekanan terbesar justru dirasakan Entrenador Madrid Carlo Ancelotti. Pasalnya, asuhannya harus berbagi konsentrasi antara mengejar selisih dua poin dengan Barcelona di Primera Liga dan berjuang mempertahankan gelar mereka di Eropa. Beruntung, Ancelotti mendapat angin segar dengan kembalinya Luka Modric dan James Rodriguez ke dalam armadanya.

Gareth Bale yang sempat mengalami masalah pada otot, juga sudah berlatih dan siap tampil. Cristiano Ronaldo, sang senjata utama, pun kembali tokcer dengan memberondong delapan gol dari empat laga terkini. “Ronaldo mampu memanfaatkan kelebihannya, karena kini kami bermain lebih dengan kecepatan. Strategi itu memberinya ruang lebih banyak di depan gawang.

Intensitas ini menjadi salah satu faktor penting melawan Atletico,” ucap Ancelotti, dikutip Reuters. Yang menjadi kendala buat Madrid adalah masalah mental. Setiap bentrok dengan tetangganya itu, para pemain Los Blancos seolah mati kutu. Kaki Ronaldo dkk seolah berat tertancap di tanah sehingga berbagai kesalahan pun kerap mereka lakukan, terutama di area pertahanan sendiri.

“Kami tak boleh melakukan kesalahan seperti yang kami lakukan pada laga-laga terakhir melawan mereka. Jika kami mampu berlari di lapangan seperti yang kami lakukan di akhir musim lalu (final Liga Champions) dan juga di beberapa laga terkini, saya yakin kami akan memainkan pertandingan dengan hebat,” tutur defender Madrid Pepe, dilansir Marca.

Abdul haris
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1928 seconds (0.1#10.140)