Satu Tim di Barcelona, Kini Berseberangan dari Bangku Cadangan
A
A
A
Barcelona tidak hanya memproduksi pemain kelas dunia. Klub Katalan itu pun melahirkan pelatih berbakat. Kehadiran Luis Enrique, Laurent Blanc, Pep Guardiola, dan Julen Lopetegui pada perempat final Liga Champions musim ini merupakan buktinya.
Membawa tim masingmasing menembus hingga 8 besar kompetisi paling elite Eropa, mereka menunjukkan kualitas yang dipupuk sejak merumput di Camp Nou. Keempat sosok tersebut bahkan satu generasi dan pernah bersamasama memperkuat El Azulgrana. Leg kedua Supercopa de Espana 1996 salah satu contohnya.
Dengan Lopetegui di bawah mistar, Blanc menggalang pertahanan, serta Guardiola dan Enrique menjadi jenderal lapangan tengah, kuartet ini membantu El Azulgrana membungkam Atletico Madrid 3-1 hampir 19 tahun silam. Namun, bukan hanya mereka yang kemudian beralih ke manajemen tim. Di antara 11 nama yang masuk starting line-uplaga itu, Albert Ferrer, Abelardo Fernandez, Sergi Barjuan, Guillermo Amor, dan Juan Antonio Pizzi kemudian turut menimba karier sebagai pelatih.
Hanya dua yang tidak melakukannya: Georghe Popescu dan Guillermo Amor. Popescu tengah menjalani hukuman tiga tahun penjara akibat penipuan, sedangkan Amor sempat menangani Akademi Barcelona dan kini menduduki posisi Direktur Teknik Adelaide United. “Sebenarnya tidak perlu heran. Kami dikelilingi pemain terbaik dan belajar dari pelatih terhebat,” kata anggota skuad Barcelona 1996 lainnya, Hristo Stoichkov, yang sempat mengarsiteki Celta Vigo dan Bulgaria.
Seperti ketika membela Barcelona, para arsitek ini coba menerapkan filosofi serupa kepada anak asuhnya. Di antara mereka, yang paling sukses jelas Guardiola. Bakatnya sebagai nakhoda sudah terlihat saat dia masih bermain. Bersama Bayern Muenchen, dia bakal beradu strategi melawan FC Porto asuhan Lopetegui.
Sementara di tempat terpisah, Enrique yang kembali ke Barcelona, seusai berpetualang di Celta dan AS Roma, meladeni Paris Saint-Germain arahan Blanc. “Permainan Barcelona selalu berdasar pada penguasaan bola dan taktik menyerang. Terlihat benar keempat pelatih itu memiliki pandangan serupa. Saya turut senang melihat prestasi mereka menembus 8 besar Liga Champions. Semoga salah satu bisa masuk final dan merebut gelar,” tandas Amor, dikutip Guardian.
Harley Ikhsan
Membawa tim masingmasing menembus hingga 8 besar kompetisi paling elite Eropa, mereka menunjukkan kualitas yang dipupuk sejak merumput di Camp Nou. Keempat sosok tersebut bahkan satu generasi dan pernah bersamasama memperkuat El Azulgrana. Leg kedua Supercopa de Espana 1996 salah satu contohnya.
Dengan Lopetegui di bawah mistar, Blanc menggalang pertahanan, serta Guardiola dan Enrique menjadi jenderal lapangan tengah, kuartet ini membantu El Azulgrana membungkam Atletico Madrid 3-1 hampir 19 tahun silam. Namun, bukan hanya mereka yang kemudian beralih ke manajemen tim. Di antara 11 nama yang masuk starting line-uplaga itu, Albert Ferrer, Abelardo Fernandez, Sergi Barjuan, Guillermo Amor, dan Juan Antonio Pizzi kemudian turut menimba karier sebagai pelatih.
Hanya dua yang tidak melakukannya: Georghe Popescu dan Guillermo Amor. Popescu tengah menjalani hukuman tiga tahun penjara akibat penipuan, sedangkan Amor sempat menangani Akademi Barcelona dan kini menduduki posisi Direktur Teknik Adelaide United. “Sebenarnya tidak perlu heran. Kami dikelilingi pemain terbaik dan belajar dari pelatih terhebat,” kata anggota skuad Barcelona 1996 lainnya, Hristo Stoichkov, yang sempat mengarsiteki Celta Vigo dan Bulgaria.
Seperti ketika membela Barcelona, para arsitek ini coba menerapkan filosofi serupa kepada anak asuhnya. Di antara mereka, yang paling sukses jelas Guardiola. Bakatnya sebagai nakhoda sudah terlihat saat dia masih bermain. Bersama Bayern Muenchen, dia bakal beradu strategi melawan FC Porto asuhan Lopetegui.
Sementara di tempat terpisah, Enrique yang kembali ke Barcelona, seusai berpetualang di Celta dan AS Roma, meladeni Paris Saint-Germain arahan Blanc. “Permainan Barcelona selalu berdasar pada penguasaan bola dan taktik menyerang. Terlihat benar keempat pelatih itu memiliki pandangan serupa. Saya turut senang melihat prestasi mereka menembus 8 besar Liga Champions. Semoga salah satu bisa masuk final dan merebut gelar,” tandas Amor, dikutip Guardian.
Harley Ikhsan
(bbg)