Inilah Bukti kalau Pesepak Bola Wanita Tetap Punya Sejuta Pesona
A
A
A
JAKARTA - Stigma negativ soal wanita yang memutuskan untuk terjun sebagai pemain sepak bola, hingga saat ini memang masih bisa dirasakan di Indonesia. Sebagian masyarakat di negara yang sangat menjunjung tinggi adat ke-timuran ini, menganggap kalau profesi sebagai pesepak bola sangat bertentangan dengan kodrat alamiah kaum hawa. Selain itu, sebagian masyarakat juga beranggapan kalau para wanita yang memutuskan untuk menggeluti sepak bola, akan kehilangan sisi feminisme dan kelembutan mereka.
Hal inilah yang kemudian membuat sepak bola wanita di Indonesia seakan tak punya masa depan. Meski di sebagian daerah masih ada wanita-wanita yang mau terjun langsung ke lapangan hijau, namun kurangnya perhatian, dukungan dan pengakuan dari banyak pihak, membuat sepak bola wanita seakan hanya sebatas pengisi waktu sengggang para kaum hawa.
Hal ini boleh dibilang cukup menyedihkan. Pasalnya, negara-negara Asia lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan, telah berhasil membuat para pesepak bola-nya memiliki nama besar di level Eropa maupun dunia.
Salah satunya adalah Ji So Yun. Pemain asal Korea Selatan yang baru berusia 21 tahun ini, berhasil mengharumkan nama negaranya kala terpilih sebagai pemain wanita terbaik di Liga Primer Inggris musim 2014/2015. Padahal, So Yun baru menginjakan kakinya di Eropa pada awal musim ini setelah sebelumnya memperkuat tim asal Jepang, INAC Kobe Leonessa.
Ia pun tak bisa mengelak kalau penghargaan ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya secara peribadi dan juga negaranya. ''Tidak bisa dipercaya, ini adalah sebuah kebanggaan bagi saya. Saya sangat berterima kasih kepada tim wanita Chelsea karena telah membantu saya mendapatkan gelar ini,'' jelas Ji So Yun usai menerima gelar pemain wanita terbaik Liga Primer Inggris.
Selain So Yun, ada juga nama Leah Williamson yang membuktikan kalau menjadi pesepak bola tidak lantas menghilangkan sisi feminisme pada dirinya. Pemain berusia 18 tahun yang terpilih sebagai pemain muda wanita terbaik Liga Primer Inggris ini, justru berhasil mencuri banyak perhatian para pria kala dirinya datang menghadiri pesta penganugerahan bagi para pesepak bola di Inggris Raya.
Lihat saja cara berpakaiannya. Dengan mengenakan pakaian yang menunjukan bahu dan lengannya, Leah seakan membuktikan kalau menjadi seorang pesepak bola tidak lantas menghilangkan pesona dan kecantikannya sebagai wanita. Padahal, Leah telah memutuskan untuk menggeluti sepak bola sejak usianya masih menginjak 10 tahun.
''Sangat senang bisa di akui oleh pemain lainnya. Ini adalah trovi individual keempat saya, saya hanya berusaha untuk menjadi lebih baik di setiap pertandingan,'' jelas Leah.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada beberapa pesepak bola wanita yang berhasil membuktikan kalau keberingasan yang mereka tunjukan di lapanga hijau, tidak lantas membuat mereka mengesampingkan soal bagaimana caranya menjaga harkat dan martabat mereka sebagai kaum hawa. Lihat saja foto beberapa pemain Jakarta Matador Putri di bawah ini. Bila tanpa mengenakan jersey kebanggaan mereka, pastinya tidak akan ada yang percaya kalau sebenarnya mereka adalah seorang pesepak bola.
Winda misalnya, gadis kelahiran 13 Februari 1993 ini, sudah sejak lama berkecimpung di dunia sepak bola. Namun hal itu nyatanya sama sekali tidak menghilangkan keanggunannya sebagai wanita. Seperti wanita pada umumnya, Winda mengaku juga tak lupa untuk memanjakan tubuhnya dengan sejumlah perawatan khas wanita.
''Iya pasti (perawatan). Namanya juga perempuan, ya harus tetap dijaga badannya,'' tutur Winda yang juga menjabat sebagai kapten Jakarta Matador Putri.
Semoga saja dengan melihat sosok So Yun, Leah, dan beberapa pemain Jakarta Matador Putri, para srikandi Indonesia tidak lagi ragu dan takut untuk menapakan kaki di dunia persepakbolaan Indonesia.
Hal inilah yang kemudian membuat sepak bola wanita di Indonesia seakan tak punya masa depan. Meski di sebagian daerah masih ada wanita-wanita yang mau terjun langsung ke lapangan hijau, namun kurangnya perhatian, dukungan dan pengakuan dari banyak pihak, membuat sepak bola wanita seakan hanya sebatas pengisi waktu sengggang para kaum hawa.
Hal ini boleh dibilang cukup menyedihkan. Pasalnya, negara-negara Asia lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan, telah berhasil membuat para pesepak bola-nya memiliki nama besar di level Eropa maupun dunia.
Salah satunya adalah Ji So Yun. Pemain asal Korea Selatan yang baru berusia 21 tahun ini, berhasil mengharumkan nama negaranya kala terpilih sebagai pemain wanita terbaik di Liga Primer Inggris musim 2014/2015. Padahal, So Yun baru menginjakan kakinya di Eropa pada awal musim ini setelah sebelumnya memperkuat tim asal Jepang, INAC Kobe Leonessa.
Ia pun tak bisa mengelak kalau penghargaan ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya secara peribadi dan juga negaranya. ''Tidak bisa dipercaya, ini adalah sebuah kebanggaan bagi saya. Saya sangat berterima kasih kepada tim wanita Chelsea karena telah membantu saya mendapatkan gelar ini,'' jelas Ji So Yun usai menerima gelar pemain wanita terbaik Liga Primer Inggris.
Selain So Yun, ada juga nama Leah Williamson yang membuktikan kalau menjadi pesepak bola tidak lantas menghilangkan sisi feminisme pada dirinya. Pemain berusia 18 tahun yang terpilih sebagai pemain muda wanita terbaik Liga Primer Inggris ini, justru berhasil mencuri banyak perhatian para pria kala dirinya datang menghadiri pesta penganugerahan bagi para pesepak bola di Inggris Raya.
Lihat saja cara berpakaiannya. Dengan mengenakan pakaian yang menunjukan bahu dan lengannya, Leah seakan membuktikan kalau menjadi seorang pesepak bola tidak lantas menghilangkan pesona dan kecantikannya sebagai wanita. Padahal, Leah telah memutuskan untuk menggeluti sepak bola sejak usianya masih menginjak 10 tahun.
''Sangat senang bisa di akui oleh pemain lainnya. Ini adalah trovi individual keempat saya, saya hanya berusaha untuk menjadi lebih baik di setiap pertandingan,'' jelas Leah.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada beberapa pesepak bola wanita yang berhasil membuktikan kalau keberingasan yang mereka tunjukan di lapanga hijau, tidak lantas membuat mereka mengesampingkan soal bagaimana caranya menjaga harkat dan martabat mereka sebagai kaum hawa. Lihat saja foto beberapa pemain Jakarta Matador Putri di bawah ini. Bila tanpa mengenakan jersey kebanggaan mereka, pastinya tidak akan ada yang percaya kalau sebenarnya mereka adalah seorang pesepak bola.
Winda misalnya, gadis kelahiran 13 Februari 1993 ini, sudah sejak lama berkecimpung di dunia sepak bola. Namun hal itu nyatanya sama sekali tidak menghilangkan keanggunannya sebagai wanita. Seperti wanita pada umumnya, Winda mengaku juga tak lupa untuk memanjakan tubuhnya dengan sejumlah perawatan khas wanita.
''Iya pasti (perawatan). Namanya juga perempuan, ya harus tetap dijaga badannya,'' tutur Winda yang juga menjabat sebagai kapten Jakarta Matador Putri.
Semoga saja dengan melihat sosok So Yun, Leah, dan beberapa pemain Jakarta Matador Putri, para srikandi Indonesia tidak lagi ragu dan takut untuk menapakan kaki di dunia persepakbolaan Indonesia.
(rus)