LDU 2015 Batal, Mental Skuat Seto Ambruk
A
A
A
YOGYAKARTA - Pembatalan Liga Divisi Utama (LDU) 2015, berdampak negatif terhadap mental PSIM Yogyakarta. Pelatih PSIM Seto Nurdiyantara kurang gairah saat melakoni laga uji coba kontra tim Liga Nusantara Persik Kendal di Stadion Mandalakrida, Minggu (3/5/2015) sore. Topas Pamungkas dkk hanya menang 1-0.
"Saya sudah instruksikan kepada pemain agar memberikan yang terbaik karena kemungkinan ini adalah pertandingan terakhir pada musim ini. Tapi, sepertinya mental pemain sudah runtuh," ujar Seto.
Permainan Laskar Mataram sejak menit awal babak pertama terlihat sangat tidak berkembang. Satu-satunya gol yang diciptakan oleh Juni Riyadi pada menit 69 adalah hasil eksekusi dari titik putih. Penalti diberikan wasit Wendi Umar Senoaji setelah tembakan striker pengganti Krisna Adi menyentuh tangan pemain belakang Persik Kendal.
Meski sudah unggul satu kosong, mental yang menurun karena kompetisi tidak akan bergulir di musim ini menjadikan permainan tetap tidak berkembang. Upaya Seto untuk mengganti sejumlah pemain, belum membuahkan hasil hingga akhirnya pertandingan berakhir untuk kemenangan tuan rumah 1-0.
Menanggapi batalnya kompetisi, mantan pemain timnas Indonesia era 2000-an tersebut mengaku kecewa. Sebagai bagian dari masyarakat sepak bola, pemegang lisensi B AFC tersebut menilai kompetisi merupakan bagian yang tidak boleh dihilangkan. Diharapkannya, segera ada solusi dari kedua belah pihak yakni Menpora Imam Nahrawi dan PSSI.
Secara pribadi Seto menilai, kedua belah pihak memiliki niat yang baik yakni memperbaiki iklim sepakbola di Indonesia. "Menpora ada niatnya yang baik. Misalnya yang selama ini ada masalah mengenai gaji pemain ke depan seharusnya tidak boleh ada lagi. Hal itu seharusnya bisa dijelaskan dengan baik," tambah Seto.
Sementara itu Manajer PSIM Agung Damar Kusumandaru mengatakan, pihaknya dalam beberapa hari ke depan akan menggelar rapat pleno tim. Hal tersebut untuk mengambil keputusan paling tepat mempertimbangkan kompetisi yang tidak jadi digulirkan oleh PSSI. "Kami rapat pleno untuk mengumpulkan semua dan bisa memberikan masukan untuk tim ini," tandas Agung.
Secara teknis Agung menyebut PSIM merupakan anggota dari PSSI. Dengan kondisi tersebut Laskar Mataram akan mengikuti apapun keputusan yang diberikan oleh PSSI sebagai induk organisasi.
Sementara itu keputusan PSSI untuk tidak menggulirkan kompetisi mendapatkan respons kekecewaan dari masyarakat pecinta bola di Kota Yogyakarta. Warga yang menonton laga PSIM melawan Persik Kendal menggelar setidaknya tiga spanduk yang bernada kecewa dengan batalnya kompetisi.
Dua spanduk di pasang di sisi selatan bertuliskan "Selamatkan Sepak Bola Indonesia" dan "Menpora Situ Sehat To?" kemudian di sisi barat tribun penonton terpasang spanduk dengan tulisan "Kami Butuh Liga, Menpora ki Piye To?" Usai laga spanduk tersebut menjadi rebutan masyarakat termasuk para pemain bola untuk berfoto selfie.
"Saya sudah instruksikan kepada pemain agar memberikan yang terbaik karena kemungkinan ini adalah pertandingan terakhir pada musim ini. Tapi, sepertinya mental pemain sudah runtuh," ujar Seto.
Permainan Laskar Mataram sejak menit awal babak pertama terlihat sangat tidak berkembang. Satu-satunya gol yang diciptakan oleh Juni Riyadi pada menit 69 adalah hasil eksekusi dari titik putih. Penalti diberikan wasit Wendi Umar Senoaji setelah tembakan striker pengganti Krisna Adi menyentuh tangan pemain belakang Persik Kendal.
Meski sudah unggul satu kosong, mental yang menurun karena kompetisi tidak akan bergulir di musim ini menjadikan permainan tetap tidak berkembang. Upaya Seto untuk mengganti sejumlah pemain, belum membuahkan hasil hingga akhirnya pertandingan berakhir untuk kemenangan tuan rumah 1-0.
Menanggapi batalnya kompetisi, mantan pemain timnas Indonesia era 2000-an tersebut mengaku kecewa. Sebagai bagian dari masyarakat sepak bola, pemegang lisensi B AFC tersebut menilai kompetisi merupakan bagian yang tidak boleh dihilangkan. Diharapkannya, segera ada solusi dari kedua belah pihak yakni Menpora Imam Nahrawi dan PSSI.
Secara pribadi Seto menilai, kedua belah pihak memiliki niat yang baik yakni memperbaiki iklim sepakbola di Indonesia. "Menpora ada niatnya yang baik. Misalnya yang selama ini ada masalah mengenai gaji pemain ke depan seharusnya tidak boleh ada lagi. Hal itu seharusnya bisa dijelaskan dengan baik," tambah Seto.
Sementara itu Manajer PSIM Agung Damar Kusumandaru mengatakan, pihaknya dalam beberapa hari ke depan akan menggelar rapat pleno tim. Hal tersebut untuk mengambil keputusan paling tepat mempertimbangkan kompetisi yang tidak jadi digulirkan oleh PSSI. "Kami rapat pleno untuk mengumpulkan semua dan bisa memberikan masukan untuk tim ini," tandas Agung.
Secara teknis Agung menyebut PSIM merupakan anggota dari PSSI. Dengan kondisi tersebut Laskar Mataram akan mengikuti apapun keputusan yang diberikan oleh PSSI sebagai induk organisasi.
Sementara itu keputusan PSSI untuk tidak menggulirkan kompetisi mendapatkan respons kekecewaan dari masyarakat pecinta bola di Kota Yogyakarta. Warga yang menonton laga PSIM melawan Persik Kendal menggelar setidaknya tiga spanduk yang bernada kecewa dengan batalnya kompetisi.
Dua spanduk di pasang di sisi selatan bertuliskan "Selamatkan Sepak Bola Indonesia" dan "Menpora Situ Sehat To?" kemudian di sisi barat tribun penonton terpasang spanduk dengan tulisan "Kami Butuh Liga, Menpora ki Piye To?" Usai laga spanduk tersebut menjadi rebutan masyarakat termasuk para pemain bola untuk berfoto selfie.
(sha)