Stop Pesta
A
A
A
GENOA - Pesta perayaan gelar juara Seri A 2014/2015 yang didapatkan Juventus di kandang Sampdoria, dini hari kemarin, harus segera dihentikan. Mereka wajib langsung fokus ke semifinal Liga Champions.
Massimiliano Allegri mengatakan, leg pertama kontra Real Madrid di Juventus Arena, Selasa (5/5), ada di depan mata. Mantan pelatih Cagliari dan AC Milan itu menyatakan Los Blancos harus dikalahkan. Kemenangan kandang harus dihasilkan karena bisa memengaruhi peluang Si Nyonya Besar ke final kompetisi elite Benua Biru tersebut. “Kami harus menunjukkan sikap yang sama pada Selasa nanti.
Bahkan, harus jauh lebih baik (dari laga versus Sampdoria). Kami akan menghadapi tim hebat. Dua laga semifinal akan berlangsung 180 menit. Tim harus menyadari hal itu bila ingin mencapai final. Kami harus percaya diri, terlepas besar atau kecilnya peluang kami,” kata Allegri, dilansirFootball Italia . Juru taktik berusia 47 tahun itu menilai, Juventus memiliki misi mulia pada semifinal.
Selain target pribadi, klub asal Turin tersebut juga mengemban tugas menjaga harga diri sepak bola Italia di Eropa. Pasalnya, dalam beberapa musim terkini, prestasi wakil-wakil Seri A di kompetisi antarklub Benua Biru sangat jelek. “Juventus berada semi final (Liga Champions), sedangkan Fiorentina dan Napoli berada di (semifinal) Liga Europa. Ini menjadi pertanda baik untuk sepak bola Italia.
Tentu saja Anda selalu dapat belajar dan beradaptasi dari metode yang kita lihat di luar negeri,” tutur arsitek yang mengambil alih kursi Antonio Conte tersebut. Ambisi Juventus meraih kemenangan pada leg pertama terbuka sangat lebar. Pasalnya, mereka kini bisa berkonsentrasi penuh lantaran telah menjuarai Seri A musim ini.
Sukses Si Nyonya Besar tidak bisa lepas dari gol semata wayang Arturo Vidal ke gawang Sampdoria di Stadio Luigi Ferraris. Itu scudetti keempat Juventus secara beruntun. Meski kompetisi masih menyisakan empat pertandingan, poin Juventus tidak mungkin terkejar rival-rival terdekatnya.
Selain itu, produktivitas Juventus musim ini juga bagus. Mereka menggelontorkan 64 gol. Lini belakang mereka juga sama solidnya dengan lini tengah dan depan. Tercatat, Gianluigi Buffon hanya kebobolan 19 gol. Itu membuat Juventus menjadi tim Seri A yang paling sedikit kebobolan musim ini. Namun, empat scudetti beruntun bukanlah prestasi terbaik Juventus.
Sebelumnya Si Nyonya Besar mampu meraih lima trofi secara beruntun pada 1930/1931, 1931/1932, 1932/1933, 1933/1934, dan 1934/1935. Hingga sejauh ini hanya Torino (1942/1943-1948/1949, 1943/1944 dihentikan karena perang) dan Inter Milan (2005/2006- 2009/2010) yang bisa juara lima musim beruntun.
“Yang paling saya suka dari perjalanan Juventus musim ini adalah secara matematika mengunci gelar juara dengan kinerja meyakinkan. Saya menginginkan itu karena banyak yang harus kami tingkatkan dan itu adalah pertanda untuk terus maju,” ungkap Allegri. “Kami berhasil menempati puncak klasemen dari hari pertama hingga akhir.
Memang, sepanjang perjalanan banyak kendala yang kami hadapi. Namun, kami tidak kehilangan karakteristik tim ini kendati pada beberapa laga hanya meraih hasil imbang atau kalah,” pungkas pelatih kelahiran Livorno, 11 Agustus 1967, itu.
Alimansyah
Massimiliano Allegri mengatakan, leg pertama kontra Real Madrid di Juventus Arena, Selasa (5/5), ada di depan mata. Mantan pelatih Cagliari dan AC Milan itu menyatakan Los Blancos harus dikalahkan. Kemenangan kandang harus dihasilkan karena bisa memengaruhi peluang Si Nyonya Besar ke final kompetisi elite Benua Biru tersebut. “Kami harus menunjukkan sikap yang sama pada Selasa nanti.
Bahkan, harus jauh lebih baik (dari laga versus Sampdoria). Kami akan menghadapi tim hebat. Dua laga semifinal akan berlangsung 180 menit. Tim harus menyadari hal itu bila ingin mencapai final. Kami harus percaya diri, terlepas besar atau kecilnya peluang kami,” kata Allegri, dilansirFootball Italia . Juru taktik berusia 47 tahun itu menilai, Juventus memiliki misi mulia pada semifinal.
Selain target pribadi, klub asal Turin tersebut juga mengemban tugas menjaga harga diri sepak bola Italia di Eropa. Pasalnya, dalam beberapa musim terkini, prestasi wakil-wakil Seri A di kompetisi antarklub Benua Biru sangat jelek. “Juventus berada semi final (Liga Champions), sedangkan Fiorentina dan Napoli berada di (semifinal) Liga Europa. Ini menjadi pertanda baik untuk sepak bola Italia.
Tentu saja Anda selalu dapat belajar dan beradaptasi dari metode yang kita lihat di luar negeri,” tutur arsitek yang mengambil alih kursi Antonio Conte tersebut. Ambisi Juventus meraih kemenangan pada leg pertama terbuka sangat lebar. Pasalnya, mereka kini bisa berkonsentrasi penuh lantaran telah menjuarai Seri A musim ini.
Sukses Si Nyonya Besar tidak bisa lepas dari gol semata wayang Arturo Vidal ke gawang Sampdoria di Stadio Luigi Ferraris. Itu scudetti keempat Juventus secara beruntun. Meski kompetisi masih menyisakan empat pertandingan, poin Juventus tidak mungkin terkejar rival-rival terdekatnya.
Selain itu, produktivitas Juventus musim ini juga bagus. Mereka menggelontorkan 64 gol. Lini belakang mereka juga sama solidnya dengan lini tengah dan depan. Tercatat, Gianluigi Buffon hanya kebobolan 19 gol. Itu membuat Juventus menjadi tim Seri A yang paling sedikit kebobolan musim ini. Namun, empat scudetti beruntun bukanlah prestasi terbaik Juventus.
Sebelumnya Si Nyonya Besar mampu meraih lima trofi secara beruntun pada 1930/1931, 1931/1932, 1932/1933, 1933/1934, dan 1934/1935. Hingga sejauh ini hanya Torino (1942/1943-1948/1949, 1943/1944 dihentikan karena perang) dan Inter Milan (2005/2006- 2009/2010) yang bisa juara lima musim beruntun.
“Yang paling saya suka dari perjalanan Juventus musim ini adalah secara matematika mengunci gelar juara dengan kinerja meyakinkan. Saya menginginkan itu karena banyak yang harus kami tingkatkan dan itu adalah pertanda untuk terus maju,” ungkap Allegri. “Kami berhasil menempati puncak klasemen dari hari pertama hingga akhir.
Memang, sepanjang perjalanan banyak kendala yang kami hadapi. Namun, kami tidak kehilangan karakteristik tim ini kendati pada beberapa laga hanya meraih hasil imbang atau kalah,” pungkas pelatih kelahiran Livorno, 11 Agustus 1967, itu.
Alimansyah
(ftr)