Pemain PSIS Semarang Ambil Risiko Main Tarkam

Kamis, 07 Mei 2015 - 15:46 WIB
Pemain PSIS Semarang Ambil Risiko Main Tarkam
Pemain PSIS Semarang Ambil Risiko Main Tarkam
A A A
SEMARANG - Pemain PSIS Semarang benar-benar dalam keadaan sulit pasca penghentian kompetisi oleh PSSI. Setelah dipulangkan dan gajinya dihentikan manajemen PSIS, mereka dituntut untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Nah, sepak bola antarkampung (tarkam), menjadi salah satu sarana untuk mendapatkan penghasilan. Namun dengan mengikuti pertandingan amatir, dan harus berhadapan dengan pemain bola nonprofesional, tentu sangat berisiko.

Permainan keras menjurus keras tanpa dukungan skill mumpuni bisa mengancam pemain. Jika sampai berujung cedera yang membutuhkan penyembuhan lama, bakal memaksanya untuk absen dalam kompetisi resmi.

Kendati begitu, risiko tersebut akan siap dihadapi agar dapur tetap ngebul alias kebutuhan tercukupi.''Ya harus pandai jaga diri saja. Memang mainnya kasar-kasar,''kata striker PSIS Semarang Harry Nur Yulianto, saat dihubungi melalui ponselnya.

Harry mengaku sudah mendapatkan tawaran dari klub Pekalongan. Pihaknya masih menunggu keikutsertaan temannya yang lain satu tim di Mahesa Jenar, untuk sama-sama bermain. Namun jika tidak ada kepastian, dirinya siap untuk bermain sendiri. ''Bisa saja saya sendiri. Honornya beda-beda, ada yang Rp500 ribu, Rp800 ribu, tidak sama,''kata pemain asal Kendal itu.

Pemain yang sudah membela tiga musim di PSIS ini rela ikut tarkam agar kebutuhan hidup tetap tercukupi, setelah Exco PSSI dan PT Liga Indonesia, menghentikan kompetisi pada musim ini.''Saya punya anak satu. Sekaligus untuk menjaga kondisi. Ada juga tawaran dari Banjarnegara, pada bulan ini, tapi saya lupa tepatnya kapan,” terangnya.

Sudah menjadi rahasia umum, pemain yang dalam kondisi cedera parah, tentu klub tidak akan berani mengontrak.
Setiap pemain yang direkrut, harus memberi kontribusi yang nyata. Karena jika mengalami cedera parah, bakal absen lama.

CEO PT Mahesa Jenar Semarang, perusahaan pengelola PSIS Semarang Yoyok Sukawi beberapa waktu lalu pernah sesumbar tidak akan mengontrak pemain jika dalam kondisi cedera parah. Namun dalam kondisi seperti ini, pihaknya tidak bisa melarang pemain untuk ikut tarkam karena para penggawa juga butuh uang untuk hidup.

''Level dan tekanannya beda, jika main tarkam sama turun di kompetisi. Saya kira tidak apa-apa, kan mereka juga butuh biaya hidup,” kata Yoyok Sukawi.

Pemilik nama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya mengatakan, kendati dituntut harus maksimal dalam tarkam, tentu tidak sama dengan tuntutan bermain dalam kompetisi resmi. Pemain harus tetap bisa menjaga diri. ''Mereka tarkam dibayar Rp500 ribu dan di klub dibayar Rp10 juta. Justru tekanan harus tampil maksimal lebih besar di klub,” ucapnya.

Pihaknya tidak mau berandai-andai terkait dengan nasib kompetisi. Hingga saat ini kompetisi masih dihentikan dan belum ada kejelasan selanjutnya. Atas dasar itu, tidak ada alasan dari klub untuk membatasi ruang gerak pemain, karena kebutuhan hidup tidak bisa ditawar-tawar lagi.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1865 seconds (0.1#10.140)