Main Tarkam, Buka Warung hingga Bisnis Online
A
A
A
MALANG - Para pemain memiliki seribu cara untuk bertahan hidup di tengah kompetisi Liga Indonesia yang vakum sampai batas tidak tentu. Bermain antarkampung (Tarkam), membuka warung hingga menjalankan bisnis online dilakoni pemain agar asap dapur tetap mengepul.
Berbicara soal kegiatan di luar lapangan, pemain bisa digolongan menjadi dua kategori. Pertama adalah pemain yang tidak memiliki usaha atau bisnis tertentu. Pemain yang masuk kategori ini adalah pemain muda yang murni menggantungkan pemasukan dari bermain bola.
Kategori kedua adalah pemain yang sudah memiliki usaha, yang biasanya dikelola istri atau anggota keluarga lain. Walau usaha tersebut tidak benar-benar mampu menopang kebutuhan hidup, namun masih bisa mendatangkan pemasukan.
Di Arema Cronus, ada pemain yang masuk kategori pertama maupun kedua. Bagi pemain di golongan pertama, maka solusi paling praktis menghadapi terhentinya kompetisi adalah dengan menerima undangan bermain di turnamen-turneman amatir atau dikenal dengan tarkam.
Tiga pemain asli Malang sudah melakoni langkah tersebut, yakni Juan Revi, Sunarto, serta Johan Alfarizie. Pada Kamis (7/5) ketiganya harus jauh-jauh ke Banyuwangi untuk menjalani turnamen amatir di wilayah Jajak. Bahkan asisten pelatih Kuncoro juga ikut ke sana. "Saya ke Banyuwangi bersama Juan Revi dan Alfarizie. Juga didampingi asisten pelatih Kuncoro," tutur Sunarto.
Keputusan mengikuti tarkam tak bisa ditawar ketika pemain tidak memiliki kepastian nasibnya dalam setahun ke depan. "Kami akan melakukan apa yang bisa kami lakukan. Kompetisi dibubarkan dan kami tetap butuh pemasukan keuangan," tuturnya lagi. Sunarto juga mengatakan dirinya memenuhi undangan turnamen sekaligus menjaga kondisi fisiknya agar tidak drop.
Selain mengikuti tarkam, ada pemain yang sudah memiliki usaha keluarga sehingga tak terlalu kebingungan. Biasanya pemain seperti ini adalah golongan pemain senior, salah satunya adalah Suroso. Pemain yang musim lalu berkostum Persela Lamongan, memiliki sebuah warung di Malang.
"Ada warung yang dikelola istri saya, menjual masakan khas Jawa. Lumayan untuk mengisi kesibukan dalam situasi begini. Kalau kompetisi terhenti ya saya ikut membantu di warung. Kegiatan lain adalah memelihara burung," ujar Suroso sembari tersenyum.
Sebagai pemain yang sudah memiliki bisnis keluarga, Suroso juga merasakan perjuangan yang dilakukan pemain muda. Dia bisa merasakan bagaimana pemain muda yang belum memiliki usaha dan harus pontang-panting mencari pendapatan lain dari turnamen amatir.
"Kasihan pemain muda yang belum memiliki usaha lain. Mereka pasti bingung dengan situasi seperti ini. Semoga semua pemain nantinya bisa memiliki bisnis yang bisa diandalkan, karena kompetisi di Indonesia tidak menentu," papar bek kelahiran 1981 ini.
Pemain muda yang tengah merintis usaha adalah Hendro Siswanto. Pemain yang pernah memperkuat tim nasional ini tengah merintis usaha bersama istrinya Adirsty Dyah, berupa toko online yang menjual berbagai macam hijab. Bisnis online ini berlabel HS12.
HS12 bermakna ganda. Bisa berarti inisial Hendro Siswanto yang bernomor punggung 12, juga bisa dipanjangkan menjadi Hijab Store 12. "Belum lama kok memulai bisnis online ini. Saya dan istri baru serius dalam sebulan terakhir," kata Hendro.
"Kebetulan sepak bola sedang vakum dan saya bisa alihkan konsentrasi dengan membantu bisnis online. Untuk sementara saya juga belum sempat berpikir untuk ikut turnamen-turnamen amatir. Saya bantu istri dulu," cerita Hendro Siswanto, yang direkrut Arema dari Persela Lamongan
Berbicara soal kegiatan di luar lapangan, pemain bisa digolongan menjadi dua kategori. Pertama adalah pemain yang tidak memiliki usaha atau bisnis tertentu. Pemain yang masuk kategori ini adalah pemain muda yang murni menggantungkan pemasukan dari bermain bola.
Kategori kedua adalah pemain yang sudah memiliki usaha, yang biasanya dikelola istri atau anggota keluarga lain. Walau usaha tersebut tidak benar-benar mampu menopang kebutuhan hidup, namun masih bisa mendatangkan pemasukan.
Di Arema Cronus, ada pemain yang masuk kategori pertama maupun kedua. Bagi pemain di golongan pertama, maka solusi paling praktis menghadapi terhentinya kompetisi adalah dengan menerima undangan bermain di turnamen-turneman amatir atau dikenal dengan tarkam.
Tiga pemain asli Malang sudah melakoni langkah tersebut, yakni Juan Revi, Sunarto, serta Johan Alfarizie. Pada Kamis (7/5) ketiganya harus jauh-jauh ke Banyuwangi untuk menjalani turnamen amatir di wilayah Jajak. Bahkan asisten pelatih Kuncoro juga ikut ke sana. "Saya ke Banyuwangi bersama Juan Revi dan Alfarizie. Juga didampingi asisten pelatih Kuncoro," tutur Sunarto.
Keputusan mengikuti tarkam tak bisa ditawar ketika pemain tidak memiliki kepastian nasibnya dalam setahun ke depan. "Kami akan melakukan apa yang bisa kami lakukan. Kompetisi dibubarkan dan kami tetap butuh pemasukan keuangan," tuturnya lagi. Sunarto juga mengatakan dirinya memenuhi undangan turnamen sekaligus menjaga kondisi fisiknya agar tidak drop.
Selain mengikuti tarkam, ada pemain yang sudah memiliki usaha keluarga sehingga tak terlalu kebingungan. Biasanya pemain seperti ini adalah golongan pemain senior, salah satunya adalah Suroso. Pemain yang musim lalu berkostum Persela Lamongan, memiliki sebuah warung di Malang.
"Ada warung yang dikelola istri saya, menjual masakan khas Jawa. Lumayan untuk mengisi kesibukan dalam situasi begini. Kalau kompetisi terhenti ya saya ikut membantu di warung. Kegiatan lain adalah memelihara burung," ujar Suroso sembari tersenyum.
Sebagai pemain yang sudah memiliki bisnis keluarga, Suroso juga merasakan perjuangan yang dilakukan pemain muda. Dia bisa merasakan bagaimana pemain muda yang belum memiliki usaha dan harus pontang-panting mencari pendapatan lain dari turnamen amatir.
"Kasihan pemain muda yang belum memiliki usaha lain. Mereka pasti bingung dengan situasi seperti ini. Semoga semua pemain nantinya bisa memiliki bisnis yang bisa diandalkan, karena kompetisi di Indonesia tidak menentu," papar bek kelahiran 1981 ini.
Pemain muda yang tengah merintis usaha adalah Hendro Siswanto. Pemain yang pernah memperkuat tim nasional ini tengah merintis usaha bersama istrinya Adirsty Dyah, berupa toko online yang menjual berbagai macam hijab. Bisnis online ini berlabel HS12.
HS12 bermakna ganda. Bisa berarti inisial Hendro Siswanto yang bernomor punggung 12, juga bisa dipanjangkan menjadi Hijab Store 12. "Belum lama kok memulai bisnis online ini. Saya dan istri baru serius dalam sebulan terakhir," kata Hendro.
"Kebetulan sepak bola sedang vakum dan saya bisa alihkan konsentrasi dengan membantu bisnis online. Untuk sementara saya juga belum sempat berpikir untuk ikut turnamen-turnamen amatir. Saya bantu istri dulu," cerita Hendro Siswanto, yang direkrut Arema dari Persela Lamongan
(aww)