PSIS Sebut Dualisme Liga Sebuah Kemunduran
A
A
A
SEMARANG - Manajemen PSIS Semarang berharap tidak ada dualisme kompetisi sepak bola di Tanah Air. Jika sampai terjadi dualisme lagi, ini merupakan bentuk kemunduran.
Setelah kompetisi dihentikan dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mau menggulirkan liga di bawah Tim Transisi, sangat rawan terjadi dualisme. Pasalnya, PT Liga Indonesia (Liga) menolak permintaan Kemenpora agar QNB League dan Divisi Utama (DU) dilanjutkan kembali tanpa di bawah kendali PSSI.
Kemenpora kemudian berencana membentuk Tim Transisi untuk menggulirkan kompetisi, dengan menggandeng operator yang lain selain PT Liga. Sementara, PT Liga juga telah berancang-ancang membentuk Liga New Divisi Utama musim depan. Ini pun dengan catatan, PSSI tidak di-suspend oleh FIFA.
Kompetisi resmi ini akan digulirkan lagi, pada Oktober 2015 hingga Juni 2016. Namun untuk musim 2014/2015, sudah dipastikan berhenti total. ''Memang ada rencana dari PT Liga untuk menggulirkan New Divisi Utama. Kami klub yang di bawah, tentu tidak ingin ada dualisme lagi,''ujar Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho.
Setyo berharap, konflik yang ada di tingkat pusat agar secepatnya ada titik temu dan sepak bola kembali berjalan seperti biasa. ''Tentu manajemen klub, pemain berharap sepak bola normal kembali. Jika sampai ada dualisme, efeknya tidak baik karena pemain sampai wasit, bisa saja dikenai sanksi, dan karirnya bisa terancam,''terangnya.
Lebih jauh Setyo menerangkan, PT Liga juga memberikan masukan untuk digelarnya Piala Utama, dengan konsep turnamen, bukan kompetisi. Piala Utama ditawarkan sebagai ganti dari kompetisi DU 2014/2015 yang dihentikan. Namun, ini juga belum pasti, karena masih menunggu rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Liga pada 12 Mei mendatang.
Wacana ini akan diserahkan kembali kepada klub-kub Divisi DU terkait kesiapannya. Jika memang tidak digelar pun, juga tidak masalah, karena bukan sebuah keharusan. ''Ini hanya untuk mengisi kekosongan dan kevakuman klub-klub DU. Dengan harapan, pemain tetap ada aktivitas dan mendapat income,''ucapnya.
Menurut dia, jika Piala Utama digelar dalam waktu dekat, sangat mustahil. Sebab, tim DU terdiri dari 58 klub se-Indonesia. Tentu butuh koordinasi dan akan memakan banyak tenaga. Jika diputar per wilayah, misal Grup 3 yang dihuni tim-tim Jateng dan grup lainnya di tiap-tiap provinsi, akan lebih mudah. ''Soal turnamen lokal, kami juga belum tahu jadi atau tidak. Karena ada wacana Piala Utama itu, tentu perlu dibicarakan lagi,''kata dia.
Setelah kompetisi dihentikan dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mau menggulirkan liga di bawah Tim Transisi, sangat rawan terjadi dualisme. Pasalnya, PT Liga Indonesia (Liga) menolak permintaan Kemenpora agar QNB League dan Divisi Utama (DU) dilanjutkan kembali tanpa di bawah kendali PSSI.
Kemenpora kemudian berencana membentuk Tim Transisi untuk menggulirkan kompetisi, dengan menggandeng operator yang lain selain PT Liga. Sementara, PT Liga juga telah berancang-ancang membentuk Liga New Divisi Utama musim depan. Ini pun dengan catatan, PSSI tidak di-suspend oleh FIFA.
Kompetisi resmi ini akan digulirkan lagi, pada Oktober 2015 hingga Juni 2016. Namun untuk musim 2014/2015, sudah dipastikan berhenti total. ''Memang ada rencana dari PT Liga untuk menggulirkan New Divisi Utama. Kami klub yang di bawah, tentu tidak ingin ada dualisme lagi,''ujar Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho.
Setyo berharap, konflik yang ada di tingkat pusat agar secepatnya ada titik temu dan sepak bola kembali berjalan seperti biasa. ''Tentu manajemen klub, pemain berharap sepak bola normal kembali. Jika sampai ada dualisme, efeknya tidak baik karena pemain sampai wasit, bisa saja dikenai sanksi, dan karirnya bisa terancam,''terangnya.
Lebih jauh Setyo menerangkan, PT Liga juga memberikan masukan untuk digelarnya Piala Utama, dengan konsep turnamen, bukan kompetisi. Piala Utama ditawarkan sebagai ganti dari kompetisi DU 2014/2015 yang dihentikan. Namun, ini juga belum pasti, karena masih menunggu rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Liga pada 12 Mei mendatang.
Wacana ini akan diserahkan kembali kepada klub-kub Divisi DU terkait kesiapannya. Jika memang tidak digelar pun, juga tidak masalah, karena bukan sebuah keharusan. ''Ini hanya untuk mengisi kekosongan dan kevakuman klub-klub DU. Dengan harapan, pemain tetap ada aktivitas dan mendapat income,''ucapnya.
Menurut dia, jika Piala Utama digelar dalam waktu dekat, sangat mustahil. Sebab, tim DU terdiri dari 58 klub se-Indonesia. Tentu butuh koordinasi dan akan memakan banyak tenaga. Jika diputar per wilayah, misal Grup 3 yang dihuni tim-tim Jateng dan grup lainnya di tiap-tiap provinsi, akan lebih mudah. ''Soal turnamen lokal, kami juga belum tahu jadi atau tidak. Karena ada wacana Piala Utama itu, tentu perlu dibicarakan lagi,''kata dia.
(aww)